Skip to main content

Soekarno Sang Guru Bangsa: Resensi Buku Biografi


Ditulis oleh Ade Irma

Siapa yang tak kenal dengan sosok fenomenal yang pernah dimiliki bangsa ini. Dari Sabang hingga Merauka, bahkan ditiap penjuru pun, jika disebutkan nama tokoh ini tentu mengetahuinya. Siapa lagi jika bukan Ir. Soekarno. Presiden pertama Indonesia yang tak hanya dikenal di negerinya sendiri melainkan pula di dunia internasional. Jika kita belajar mengenai sejarah kemerdekaan Indonesia, pastilah nama beliau tidak berhenti disebutkan. Secara umum, Soekarno memang dikenal sebagi tokoh kemerdekaan Indonesia sekaligus presiden pertama. Namun, seberapa jauh kita mengenal sosok penting yang pernah dimiliki oleh bangsa ini? Jika kita ingin mengenal lebih jauh tentang Soekarno, banyak sekali sumber yang dapat membantu. Salah satunya adalah buku biografi.

Buku biografi yang berjudul Soekarno Sang Guru Bangsa adalah karya dari Anom Whani Wicaksana. Diterbitkan oleh C-Klik Media pada tahun 2018. Dengan jumlah halaman 210 dan harga buku Rp39.000,00. Anom sendiri merupakan seorang penulis berkelahiran Yogyakarta, 26 Juni 1980 yang sangat berminat pada dunia literasi, terutama kajian sejarah dan penulisan biografi. Karya pertamanya yang pernah diterbitkan, yaitu Soe Hok Gie Tak Pernah Mati: Catatan Sang Demonstran (2015). Sekarang ia sedang menyiapkan naskah-naskah biografi tentang Mohammad Hatta, Raden Ajeng Kartini, dan K. H. Abdurrahman Wahid. Dalam buku ini dapat dikelompokkan empat bagian mengenai isi buku. Bagian pertama mengenai masa awal kehidupan Soekarno. Ketika ia masih kecil, siapa saja dan bagaimana latar belakang keluarganya, hingga pendidikan pertama yang ditempuh olehnya. Bagian kedua membahas tentang masa menuju Indonesia merdeka ketika Soekarno kuliah dan setelah lulus kuliahnya banyak berkegiatan dalam organisasi hingga politik. Selanjutnya, bagian ketiga adalah masa kepresidenan. Pada masa ini, Soekarno melahirkan pemikiran baru, mengeluarkan kebijakan yang kontroversial, serta apa saja perannya dalam dunia internasional. Pada ketiga bagian tersebut tidak luput diceritakan sedikit tentang percintaan Soekarno dan para istrinya. Bagian akhir membahas tentang bagaimana ujung kehidupan dari Soekarno yang menjadi tahanan politik karena dituduh atas keterkaitannya pada G30S PKI sampai akhir hayatnya. Berdasarkan klasifikasinya, buku biografi ini dapat dibaca oleh semua kalangan berusia 17 tahun ke atas karena ada beberapa pembahasan mengenai konflik dan ideologi-ideologi terkait kebangsaan yang secara umum dapat dimengerti oleh orang-orang yang sudah berusia cukup.

Nilai buku ini dapat dibandingkan dengan salah satu buku biografi lain yang ditulis oleh Bob Hering dengan judul Soekarno, Sang Arsitek Bangsa. Buku karya Bob Hering tersebut terdiri dari 138 halaman dengan penceritaan isi buku yang berurutan dan terdapat gambar Soekarno secara eksklusif. Sedangkan buku karya Anom ini terdiri dari 210 halaman dengan urutan penceritaan isi buku yang acak -- lazimnya buku biografi diceritakan secara berurutan, dari masa kecil tokoh hingga wafatnya -- dan gambar dalam buku didapatkan dari sumber lain. Dari perbandingan tersebut, dapat diketahui apa saja yang menjadi kelemahan dan keunggulan buku ini. Urutan isi buku yang acak, banyakny kesalahan penulisan kata seperti, keptningan seharusnya kepentingan, penulisan tahun 1865 seharusnya 1965 (hlm. 166), kata Setelah (hlm. 170) yang seharusnya tidak ditulis kapital karena tidak terletak di awal kalimat, dan masih banyak lagi kesalahan penggunaan kata. Hal lainnya dari kelemahan buku ini ialah terdapat beberapa pembahasan yang diulang-ulang, sehingga cerita antar bab tidak selalu aktual. Beranjak dari kelemahan, buku ini juga memiliki keunggulan diantaranya adalah harganya yang cukup terjangkau, adanya informasi khusus terkait tokoh yang jarang diketahui secara umum, dan penggunaan bahasanya yang mudah dipahami.


Demikian resensi buku biografi tentang tokoh Soekarno yang ditulis oleh Anom Whani Wicaksana. Buku biografi ini dapat menambah wawasan pembaca tidak hanya mengenai kehidupan Soekarno, melainkan pula terkait kemerdakaan dan ideologi kebangsaan yang juga dijelaskan di dalamnya. Dengan membaca buku ini, pembaca diharapkan dapat lebih mengenal sosok Soekarno dan memiliki pengetahuan baru terkait ideologi-ideologi kebangsaan.

Comments

Popular posts from this blog

PENOKOHAN DALAM CERPEN MALAIKAT JUGA TAHUKARANGAN DEWI LESTARI DANMAAFKAN BUNDA,ANAKKU!” KARANGAN IRNA SYAHRIAL : KAJIAN INTERTEKSTUAL (Oleh: Anisa Yulicahyanti)

PENOKOHAN DALAM CERPEN  MALAIKAT JUGA TAHU KARANGAN DEWI LESTARI DAN MAAFKAN BUNDA,ANAKKU!”  KARANGAN IRNA SYAHRIAL : KAJIAN INTERTEKSTUAL ABSTRAK Karya sastra sebagai proses kreatif yang merupakan gambaran masyarakat dibentuk oleh pandangan sang pencipta. Sebuah karya sastra dapat pula menjadi contoh atau sandaran bagi karya sastra yang lahir berikutnya. Pada c erpen Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari dan cerpen  Maafkan Bunda,Anakku! Karya Irna Syahrial   diindikasikan mengandung perbedaan serta persamaan didalamnya. Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penokohan dari cerpen Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari dan cerpen  Maafkan Bunda,Anakku! Karya Irna Syahrial  Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan kajian intertekstual yang dikemukakan oleh Pradopo. Adapun dalam penelitian ini didapat hasil yaitu adanya persamaan tokoh kedua cerpen yang menekankan tokoh yang menderita Down Syndrom. Dalam kedua cerpen ini ditemukan  bahwa masyarak

KONFLIK DALAM LAKON MENTANG-MENTANG DARI NEW YORK KARYA MARCELINO ACANA JR. (KAJIAN SOSIOLOGI)

Bima Dewanto Program Studi Sastra Indonesia Abstrak Budaya dan tradisi masyarakat di dunia memiliki keanekaragaman yang sangat banyak. Masing-masing dari budaya yang mereka miliki berasal dari latar belakang sosial yang khas dan budaya yang berbeda satu sama lain. Setiap kelompok masyarakat membawa kebiasaan dan tradisi masing-masing dalam kehidupannya sehari-hari. Tradisi yang mereka jalankan adalah hasil dari pembelajaran, perkembangan, dan proses yang mereka jalani bersama masyarakat lainnya. Proses ini membentuk identitas budaya dalam diri individu sehingga memotivasi seseorang untuk belajar tentang sikap dari kelompok masyarakat sendiri maupun kelompok masyarakat lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyajikan kepada pembaca mengenai konflik dalam lakon Mentang-mentang dari New York. Metode yang digunakan merupakan metode deskriptif dengan teknik analisis kualitatif. Objek dari penelitian ini ialah naskah drama Mentang-mentang dari New York karya Marcellino Aca