Bagas Legowo 2SI-2
ABSTRAK
Kata Kunci: Subaltern, Minoritas, Kemiskinan
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Puisi sebagai salah sebuah karya
seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji
struktur yang tersusun dari unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah
struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan.
Dapat pula puisi dikaji jenis-jenis atau ragam-ragamnya, mengingat bahwa ada
beragam-ragam puisi.
Wordworst (dalam Pradopo, 2012 : 6)
mempunyai gagasan bahwa puisi adalah peryataan perasaan yang imajinatif, yaitu
perasaan yang direkakan atau diangkankan. Adapun Auden (dalam Pradopo, 2012 :
6) mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang
bercampur. Jadi, puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan
perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama.
Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting,
digubah dalam wujud yang berkesan.
Pada kesempatan kali ini, kami akan
membahas tentang perpaduan kajian puisi yang telah memberikan banyak perubahan,
kali ini kami akan menjelaskan tentang pendekatan kajian subaltern yang
mengaitkannya dengan teori lain.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari Puisi dan pendekatan
Subaltern?
2.
Bagaimana hubungan puisi “Hey
Temanku Si Miskin dengan pendekatan
Sosiologi?
3.
Bagaimana interpretasi Kesenjangan
Sosial dalam puisi “Hey Temanku Si Miskin” dengan Pendekatan Sosiologi?
1.3
Tujuan
Umum
1.
Menjelaskan kesenjangan
Sosial di puisi “Hey Temanku Si Miskin
2.
Menghubungkan puisi Subaltern
“Hey Temanku Si Miskin” dengan pendekatan Sosiologi
1.4 Tujuan Khusus
Menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Bu Venus sebagai Dosen Pengampu mata kuliah Kajian
Puisi dan mendapat nilai yang baik atau mencukupi
BAB II
PEMBAHASAN
1.5
PENGERTIAN PUISI
Puisi adalah suatu bentuk
dalam karya sastra yang berasal dari hasil suatu perasaan yang di ungkapkan
oleh penyair dengan bahasayang menggunakan irama, rima, bait dan penyusunan lirik
yang berisi makna.
Di dalam puisi biasanya
mengutamakan akan bunyi, bentuk serta makna yang terkandung untuk di sampaikan.
Keindahan pada puisi menjadi kualitas estetika yang begitu indah.
Di dalam puisi juga
terdapat ungkapan perasaan dan pikiran dari penyair yang menggunakan
imajinasinya dan kemudian berkonsentrasi untuk menyusun puisi dengan kekuatan
bahasa, baik secara fisik maupun batin.
1.6
PENGERTIAN SUBALTERN
Istilah subaltern mula-mula digunakan dan
diperkenalkan oleh seorang Marxis Italia Antonio Gramsci sebagai
kelompok-kelompok dalam masyarakat yang menjadi subjek hegemoni kelas-kelas
yang berkuasa. Kelas subaltern di samping tertindas mereka juga tidak memiliki
akses kepada kaum elite dan cenderung diabaikan.
Menurut Gayatri ChakravortySpivaksubaltern
adalah subjek yang tertekan, para anggota ‘klas-klas’-nya Antonio Gramsci, atau
yang lebih umum mereka yang berada di tingkat inferior. Subaltern memiliki dua
karakteristik yaitu, adanya penekanan dan di dalamnya bekerja suatu mekanisme
pendiskriminasian. Penting dari pendapat Spivak tersebut bahwa subaltern tidak
bisa memahami keberadaannya dan tidak mampu untuk menyuarakan aspirasinya. Kaum
subaltern tidak memiliki ruang untuk menyuarakan kondisinya, sehingga perlu
kaum intelektual sebagai “wakil” mereka.
Kaum-kaum
Subaltern
Kelompok-kelompok yang terpinggirkan dari
ranah publik dan tidak mampu menyuarakan kondisinya sebagai akibat kuatnya
hegemoni dominan tidak berada jauh dari pandangan kita. Pandangan yang
dicanangkan kaum dominan menjadikan kaum subaltern sulit mengakses ranah
publik. Perlakuan berbeda dan tindakan yang tidak menyenangkan dari kelompok
dominan terhadap kelompok subaltern memunculkan perlawanan baik dari dalam
kelompok sendiri maupun terhadap aktor lain yaitu lingkungan sekitar dan
negara. Perlawanan telah ditunjukkan kaum-kaum subaltern seperti buruh, petani,
waria, etnis Tionghoa di Indonesia, dan lain sebagainya. Berikut ini bebrapa
contoh dari mereka:
1.
Buruh
Pengaruh kapitalisme yang mendunia, kaum
buruh menjadi kelompok yang menjadi sasaran hegemoni dari kelas atas yaitu
majikan dan kaum elit. Pandangan umum mengenai kaum buruh merupakan kelompok
kelas bawah yang tertindas dan terpinggirkan. Dalam segi ekonomi, mereka
tergolong lemah dan tidak memiliki akses untuk mengembangkan diri. Adanya
diskriminasi yang mereka alami seperti upah rendah dan tunjangna yang sangat
minim.
Sebagai kaum subaltern perjuangan kaum
buruh untuk menuju kehidupan yang lebih baik, mereka membentuk sarikat sebagai
bentuk representasi untuk berelasi dengan kaum elit. Serikat buruh ini
merupakan suatu bentuk kesamaan rasa dalam memperjuangkan perbaikan yang
menyeluruh untuk segala aspek kehidupan, terutama persoalan ekonomi.
2.
Waria
Kaum waria dapat digolongkan sebagai
kelompok kelas bawah yang mengalami penekanan dan diskriminas dari kelas
dominan. Terpinggirnya waria dari ranah publikberkaitan dengan identitas
transeksual yang dimilikinya yang belum mendapat pengakuan dari masyarakat pada
umumnya. Kondisi sosial masyarakat saat ini hanya mengakui identitas laki-laki
dan perempuan.
Budaya dominan masyarakat yang hanya
mengakui identitas laki-laki dan perempuan menyebabkankaum waria mengalami
diskriminasi dalam kelompok masyarakat. Diskriminasi yang dialami kaum waria
berhubungan erat dengan stereotype dari masyarakat umum bahwa kaum waria dekat
dengan hal negatif. Dalam hal ini penyimpangan seksualitas, penderita HIV/AIDS
dan juga digolongkan sebagai komunitas
yang memiliki tingkat pendidikan rendah yang tidak mempunyai ketrampilan selain
berdandan. Kaum waria sebagai subaltern dipahami dengan melihat
pendiskriminasian dari kelompok masyarakat lain.
Diskriminasi dalam kaum waria terbagi
kedalam diskriminasi langsung dan tidak langsung. Diskriminasi langsung berupa
pembatasan bagi waria untuk mengakses wilayah tertentu seperti daerah
pemukiman, jenis pekerjaan, fasilitas umum, dan lain sebagainya. Diskriminasi
tidak langsung terjadi melalui pembuatan kebijakan-kebijakan yang menjadi
pembatas kelompok waria untuk berhubungan dengan kelompok lain. Posisi waria
yang terpinggirkan dalam ranah publik ini mengalami diskriminasi dalam akses
administrasi kependudukan, kesehatan, pendidikan dan pekerjaan. Misalnya dalam
pembuatan KTP sebagai bentuk pengakuan menjadi warga negara Indonesia, KTP juga
menjadi prasyarat untuk mengakses hak-hak politik dan sebagai alat untuk
mengakses pelayanan publik lainnya. Sering mengalami kesulitan dalam
pembuatannya, mulai dari prasyarat yang dibutuhkan seperti Kartu Keluarga (yang
jarang dimiliki oleh Waria yang tereksklusi dari keluarganya), penegasan
identitas waria dalam KTP (karena hanya terdapat dua jenis kelamin pilihan
kelamin yakni laki laki dan perempuan), juga dalam foto yang digunakan dalam
KTP (waria harus berfoto dengan wajah “aslinya”
sebagai laki-laki). Belum adanya pengakuan
dari pemerintah ini yang membatasi waria untuk menegaskan identitasnya.
Waria sebagai subaltern tidak
memiliki kemampuan untuk memperjuangkan
dirinya sendiri. Organisasi waria memiliki peran penting dalam mewujudkan pengakuan
masyarakat terhadap identitas waria. Berusaha merubah paradigma negatif tentang
waria menjadi yang lebih positif dalam kehidupan sosial. Upaya dilakukan dengan
pernyataan dalam berbagai aktivitas diskusi baik formal maupun non formal
dengan masyarakat luas, dan juga melalui media tulisan untuk membuat suatu
wacana. Selain elite waria, akademisi juga berperan dalam merepresentasikan
identitas waria dengan melakukan penelitian dan kajiannya yang berpengaruh pada
identitas waria.
Kaum subaltern yang tereksklusi ini, dapat
memberi pengaruh dan tekanan pada elit. Seperti contoh pada kalangan waria yang
seharusnya mendapat pengakuan dalam ranah pemerintah ini, memerlukan pembuatan
suatu kebijakan untuk kalangan waria, agar tidak tereksklusi dalam ranah publik.
Kaum subaltern juga bisa menjadi kelompok penekan terhadap suatu kebijakan
pemerintahan dengan kekuasaan yang dimiliki oleh kalangan ini. Meski terdapat
kalangan yang memilih dalam ranah yang berbeda dalam lingkup dominan, bukan
berarti perbedaan tersebut menempatkan mereka sebagai kaum minoritas yang
termarginalkan dan terekskusi dalam ranah publik. Apalagi dengan adanya
perbedaan bentuk perlakuan pada kalangan ini yang cendrung diskriminatif
sungguh membuat hak-hak mereka menjadi tidak terekonstruksi secara nyata.
3.
Etnis Tionghoa
Etnis Tionghoa di Indonesia yang tidak
mempunyai cukup ruang untuk mengekspresikan apa yang menjadi kebudayaannya. Di
Indonesia sendiri terdapat dikotomi warga negara berdasarkan perbedaan etnik.
Dikotomi pribumi dan non-pribumi menjadi persoalan etnis dan pada gilirannya
menyebabkan permasalahan identitas. Tionghoa selalu dicitrakan sebagai
pendatang sehingga identitas non-pribumi selalu dilekatkan kepadanya, sebagai
penguasa ekonomi, dan memiliki identitas homogen. Citra ini dibentuk oleh kaum
dominan dan ditumbuhkan secara terus menerus. Identitas mereka sering
didefinisikan secara paksa oleh kaum dominan, terlebih lagi negara yang demi
mempertahankan hegemoni kekuasaannya berperan menjalankan politik identitas. Tidak
hanya pergulatannya dalam identitas bangsa tetapijuga berhadapan dengan
struktur dan budaya lokal.
Singkatnya, subaltern adalah “mereka yang
bukan elit”. Dan yang dimaksud elit adalah “kelompok-kelompok dominan, baik
pribumi maupun asing”. Yang asing adalah pejabat-pejabat Inggris dan para
pemilik industri, pedagang, pemilik perkebunan, tuan tanah, dan misionaris.
Sedang para pribumi yang dalam tatanan kelas subaltern dibagi menjadi dua
lapis, yaitu mereka yang beroperasi di tingkat nasional (pengusaha feodal,
pegawai pribumi di birokrasi tinggi) dan mereka yang beroperasi di tingkat
lokal dan regional (anggota kelompok-kelompok dominan).
1.7 Pendekatan
Sosiologi
Pendekatan sosiologis bertolak dari
asusmsi bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya
sastra seorang pengarang mengungkapkan problem kehidupan yang penngarang
sendiri ikut di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan
sekaligus mampu memberi pengaruh dalam masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat
sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu zaman, dari lingkungan
yang membesarkannya.
Sosiologis sastra merupakan suatu
pendekatan yang memperhitungkan nilai penting hubugan antara sastra dan
masyarakat. Sebagai sebuah pendekatan dalam ilmu sastra Indonesia, boleh
dikatakan sastra sosiologis masih sangat muda.
Secara singkat dapat dikatakan sosiologi
itu adalah telaah objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat, telaah
tentang lembaga dan proses social.
Sosiologi mencoba memahami bagaimana
masyarakat dimungkinkan hidup, tumbuh dan berkembang. Sosiologi menyangkut
masalah-masalah masyrakat seperti struktur perekonomian, agama (religi),
politik, dan sosialisasi individu di tengah masyarakat. Jadi, pendekatan
sosilogis itu adalah pendekatan yang mencerminkan kehidupan masyarakat.
1.8 Perspektif Sosiologi dan Hubungan Sosiologi
Dengan Ilmu Lain
Untuk mempelajari sesuatu di masyarakat
sebaiknya dimulai dengan membuat asumsi tentang sifat-sifat objek yang akan
dipelajari. Asumsi ini disebut perspektif atau paradigma, yaitu suatu cara
memandang atau cara memahami gejala tertentu menurut keyakinan kita. Di dalam
sosiologi terdapat beberapa perspektif, yaitu sebagai berikut.
1. Perspektif Interaksionis
Memusatkan perhatian terhadap interaksi antara
individu dengan kelompok, terutama dengan menggunakan simbol-simbol, antara
lain tanda, isyarat, dan kata-kata baik lisan maupun tulisan.
2. Perspektif Evolusionis
Paradigma utama dalam sosiologi yang
memusatkan perhatian pada pola perubahan dan perkembangan yang muncul dalam
masyarakat yang berbeda untuk mengetahui urutan umum yang ada.
3. Perspektif Fungsionalis
Melihat masyarakat sebagai suatu jaringan
kelompok yang bekerja sama secara terorganisir dan memiliki seperangkat aturan
dan nilai kelompok atau lembaga yang melaksanakan tugas tertentu secara
terus-menerus sesuai dengan fungsinya yang dianut oleh sebagian besar
anggotanya. Masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang stabil dengan
kecenderungan ke arah keseimbangan, yaitu untuk mempertahankan sistem kerja
yang selaras dan seimbang.
4. Perspektif Konflik
Memandang adanya pertentangan antarkelas
dan eksploitasi kelas di dalam masyarakat sebagai penggerak utama
kekuatan-kekuatan dalam sejarah. Masyarakat terikat sebab ada kekuatan dari
kelompok kelas yang dominan. Kelompok ini menciptakan suatu konsensus untuk
melaksanakan nilai-nilai dan peraturan di masyarakat.
1.9
ANALISIS MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS
Di dalam puisi Subaltern,
kita bisa menggabungkan atau menggunakan pendekatan kajian puisi lainnya.
Disini kami akan mengkaji puisi Subaltern dengan dibantu oleh pendekatan
Sosiologi. Kami akan menggunakan puisi yang bertemakan Subaltern (Kaum
minoritas) dan akan mengkajinya dengan pendekatan sosiologi. Berikut adalah
puisi Subaltern:
HEI TEMANKU SI MISKIN
KARYA: BEETHOVEN. SILABAN.
..Hei Temanku Si Miskin
Hei kamu temanku . . . .
Yang terlahir di atas buaian derita
Di asuh di atas pakaian kesusahan,
Menjadi besar dalam rumah-rumah
Kesewenang-wenangan.
Kamulah yang selalu nikmati
Makan sesuap nasi yang kering
Karena tarikan nafas panjang
Dan meminum airmu yang bercampur
Dengan air mata dan kesedihan.
Janganlah kamu putus asa
Karena ada orang-orang
Yang zalim terhadap alam raya,
Ada orang di balik sesuatu.... ,
Ada orang di balik mendung... ,
Ada orang di balik debu kekacauan... ,
Ada orang di balik segala sesuatu...
Yang kuat itu adalah DIA
Segala keadilan, segala kasih sayang,
Segala rindu dan segala cinta.
Percayalah temanku . . . .
Niscaya . . . . .
Bahwa realita waktu itu jua
Kenyataan akan merobek-robek
Penutup air mata yang menghapus
Senyummu temanku.
1. Hey Temanku Si Miskin
Dari sisi pengarangnya,
seolah-olah pengarang sedang memanggil temannya yang miskin
2. Yang di asuh diatas pakaian kesusahan
Di dalam kalimat ini menggambarkan
bahwa si tokoh di asuh dalam keadaan yang sulit, dari kata kesusahan disini
jelas bahwa si tokoh miskin itu kesulitan dengan perekonomiannya.
3. Makan sesuap nasi yang kering
Ini adalah bukti bahwa si tokoh ini mengalami
masalah perekonomian, sehingga tak jarang dia dan orang-orang miskin lainnya
makan nasi yang sudah basi dikeringkan dan diolah lagi untuk bisa dimakan
olehnya.
4. Janganlah kamu putus asa
Si pengarang menyemangati
tokoh Si Miskin agar tidak putus asa
5. Karena ada orang-orang zalim
Yang zalim terhadap alam
raya
Arti kalimat ini ada
banyak sekali orang-orang zalim di negara ini, contohnya adalah para pejabat yang
selalu memberikan janji manis kepada masyarakat. Tetapi apa yang mereka katakan
hanyalah kebohongan semata, yang menyebabkan masyarakat kena kesenjangan sosial
6. Ada orang di balik sesuatu
Ada orang di balik
mendung
Ada orang di balik debu
kekacauan
Ada orang di balik segala
sesuatu
Di segala sesuatu apa
yang terjadi pasti ada orang yang menjadi dalangnya
7. Percayalah temanku hingga baris akhir
Itu jika dilihat dari sisi pengarangnya mungkin
si pengrang ingin menyampaikan bahwa kita harus semangat menjalani hidup dan
bertekad kuat pada kenyataan yang di alami si tokoh miskin dan akan menghapus
air mata si tokoh dengan senyuman.
BAB
III
KESIMPULAN
Jadi,
dengan pendekatan subaltern ini kita bisa menghubungkan atau menggabungkan
dengan pendekatan Sosiologi. Dengan, Pendekatan Sosiologi juga menjelaskan
tentang kesenjangan sosial yang melanda seluruh rakyat indonesia. Pendekatan
subaltern adalah pendekatan yang menurut kami adalah pendekatan yang sangat
merakyat, karna dengan pendekatan ini kita bisa tahu apa artinya kemiskinan, kesenjangan
sosial dan ketidakadilan. Jadi, dengan pendekatan subaltern masyarakat bisa
menjadi paham dan menyadari akan penderitaan bangsa ini.
BAB
IV
PENUTUPAN
Demikianlah
makalah yang kami buat semoga bermanfaat bagi orang yang membacanya dan menambah
wawasan bagi orang yang membaca makalah ini. Dan penulis mohon maaf apabila ada
kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat yang tidak jelas, mengerti, dan
lugas mohon jangan dimasukan ke dalam hati.
Dan kami juga sangat mengharapkan yang membaca makalah ini akan bertambah motivasinya dan mengapai cita-cita yang di inginkan, karena saya membuat makalah ini mempunyai arti penting yang sangat mendalam.
Sekian penutup dari kami semoga berkenan di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Dan kami juga sangat mengharapkan yang membaca makalah ini akan bertambah motivasinya dan mengapai cita-cita yang di inginkan, karena saya membuat makalah ini mempunyai arti penting yang sangat mendalam.
Sekian penutup dari kami semoga berkenan di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Comments
Post a Comment