Skip to main content

Kesenjangan Sosial Dalam Puisi "Hey Temanku Si Miskin" Karya Beethoven Silaban


Bagas Legowo 2SI-2

ABSTRAK


Penelitian ini dibuat untuk mengetahui struktur analisis dalam puisi “Hey Temanku Si Miskin” karya Chairil Anwar. Yang diceritakan oleh kehidupan si penulis. Dari beberapa karangan karya sastra selain puisi yang di analisis, karya sastra lain yang dapat dianalisis antara lain juga cerpen dan novel. Namun dengan menganalisis stuktur puisi yang singkat padat dan jelas yang mana setiap kata yang ada bisa di analisis secara terstruktur. Penelitian objek ini menggunakan pendekatan subaltern yang mendeskripsikan pendekatan ini sebagai bentuk kemiskinan atau kaum yang terbelakang atau minoritas. Metode yang dilakukan dengan menganalisis struktur ini adalah dengan deskriptif kualitatif.
                                                                                                                         



Kata Kunci: Subaltern, Minoritas, Kemiskinan



BAB 1

PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang
Puisi sebagai salah sebuah karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur yang tersusun dari unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula puisi dikaji jenis-jenis atau ragam-ragamnya, mengingat bahwa ada beragam-ragam puisi.
Wordworst (dalam Pradopo, 2012 : 6) mempunyai gagasan bahwa puisi adalah peryataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangkankan. Adapun Auden (dalam Pradopo, 2012 : 6) mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur. Jadi, puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang berkesan.
Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas tentang perpaduan kajian puisi yang telah memberikan banyak perubahan, kali ini kami akan menjelaskan tentang pendekatan kajian subaltern yang mengaitkannya dengan teori lain.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari Puisi dan pendekatan Subaltern?
2.      Bagaimana hubungan puisi “Hey Temanku Si Miskin  dengan pendekatan Sosiologi?
3.      Bagaimana interpretasi Kesenjangan Sosial dalam puisi “Hey Temanku Si Miskin” dengan Pendekatan Sosiologi?

1.3   Tujuan Umum
1.      Menjelaskan kesenjangan Sosial di puisi “Hey Temanku Si Miskin
2.      Menghubungkan puisi Subaltern “Hey Temanku Si Miskin” dengan pendekatan Sosiologi


1.4 Tujuan Khusus
Menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Bu Venus sebagai Dosen Pengampu mata kuliah Kajian Puisi dan mendapat nilai yang baik atau mencukupi

BAB II
PEMBAHASAN
1.5  PENGERTIAN  PUISI

Puisi adalah suatu bentuk dalam karya sastra yang berasal dari hasil suatu perasaan yang di ungkapkan oleh penyair dengan bahasayang menggunakan irama, rima, bait dan penyusunan lirik yang berisi makna.
Di dalam puisi biasanya mengutamakan akan bunyi, bentuk serta makna yang terkandung untuk di sampaikan. Keindahan pada puisi menjadi kualitas estetika yang begitu indah.
Di dalam puisi juga terdapat ungkapan perasaan dan pikiran dari penyair yang menggunakan imajinasinya dan kemudian berkonsentrasi untuk menyusun puisi dengan kekuatan bahasa, baik secara fisik maupun batin.


1.6     PENGERTIAN SUBALTERN

Istilah subaltern mula-mula digunakan dan diperkenalkan oleh seorang Marxis Italia Antonio Gramsci sebagai kelompok-kelompok dalam masyarakat yang menjadi subjek hegemoni kelas-kelas yang berkuasa. Kelas subaltern di samping tertindas mereka juga tidak memiliki akses kepada kaum elite dan cenderung diabaikan.
Menurut Gayatri ChakravortySpivaksubaltern adalah subjek yang tertekan, para anggota ‘klas-klas’-nya Antonio Gramsci, atau yang lebih umum mereka yang berada di tingkat inferior. Subaltern memiliki dua karakteristik yaitu, adanya penekanan dan di dalamnya bekerja suatu mekanisme pendiskriminasian. Penting dari pendapat Spivak tersebut bahwa subaltern tidak bisa memahami keberadaannya dan tidak mampu untuk menyuarakan aspirasinya. Kaum subaltern tidak memiliki ruang untuk menyuarakan kondisinya, sehingga perlu kaum intelektual sebagai “wakil” mereka.
 Kaum-kaum Subaltern
Kelompok-kelompok yang terpinggirkan dari ranah publik dan tidak mampu menyuarakan kondisinya sebagai akibat kuatnya hegemoni dominan tidak berada jauh dari pandangan kita. Pandangan yang dicanangkan kaum dominan menjadikan kaum subaltern sulit mengakses ranah publik. Perlakuan berbeda dan tindakan yang tidak menyenangkan dari kelompok dominan terhadap kelompok subaltern memunculkan perlawanan baik dari dalam kelompok sendiri maupun terhadap aktor lain yaitu lingkungan sekitar dan negara. Perlawanan telah ditunjukkan kaum-kaum subaltern seperti buruh, petani, waria, etnis Tionghoa di Indonesia, dan lain sebagainya. Berikut ini bebrapa contoh dari mereka:

1.       Buruh
Pengaruh kapitalisme yang mendunia, kaum buruh menjadi kelompok yang menjadi sasaran hegemoni dari kelas atas yaitu majikan dan kaum elit. Pandangan umum mengenai kaum buruh merupakan kelompok kelas bawah yang tertindas dan terpinggirkan. Dalam segi ekonomi, mereka tergolong lemah dan tidak memiliki akses untuk mengembangkan diri. Adanya diskriminasi yang mereka alami seperti upah rendah dan tunjangna yang sangat minim.
Sebagai kaum subaltern perjuangan kaum buruh untuk menuju kehidupan yang lebih baik, mereka membentuk sarikat sebagai bentuk representasi untuk berelasi dengan kaum elit. Serikat buruh ini merupakan suatu bentuk kesamaan rasa dalam memperjuangkan perbaikan yang menyeluruh untuk segala aspek kehidupan, terutama persoalan ekonomi.

2.      Waria
Kaum waria dapat digolongkan sebagai kelompok kelas bawah yang mengalami penekanan dan diskriminas dari kelas dominan. Terpinggirnya waria dari ranah publikberkaitan dengan identitas transeksual yang dimilikinya yang belum mendapat pengakuan dari masyarakat pada umumnya. Kondisi sosial masyarakat saat ini hanya mengakui identitas laki-laki dan perempuan.
Budaya dominan masyarakat yang hanya mengakui identitas laki-laki dan perempuan menyebabkankaum waria mengalami diskriminasi dalam kelompok masyarakat. Diskriminasi yang dialami kaum waria berhubungan erat dengan stereotype dari masyarakat umum bahwa kaum waria dekat dengan hal negatif. Dalam hal ini penyimpangan seksualitas, penderita HIV/AIDS dan  juga digolongkan sebagai komunitas yang memiliki tingkat pendidikan rendah yang tidak mempunyai ketrampilan selain berdandan. Kaum waria sebagai subaltern dipahami dengan melihat pendiskriminasian dari kelompok masyarakat lain.
Diskriminasi dalam kaum waria terbagi kedalam diskriminasi langsung dan tidak langsung. Diskriminasi langsung berupa pembatasan bagi waria untuk mengakses wilayah tertentu seperti daerah pemukiman, jenis pekerjaan, fasilitas umum, dan lain sebagainya. Diskriminasi tidak langsung terjadi melalui pembuatan kebijakan-kebijakan yang menjadi pembatas kelompok waria untuk berhubungan dengan kelompok lain. Posisi waria yang terpinggirkan dalam ranah publik ini mengalami diskriminasi dalam akses administrasi kependudukan, kesehatan, pendidikan dan pekerjaan. Misalnya dalam pembuatan KTP sebagai bentuk pengakuan menjadi warga negara Indonesia, KTP juga menjadi prasyarat untuk mengakses hak-hak politik dan sebagai alat untuk mengakses pelayanan publik lainnya. Sering mengalami kesulitan dalam pembuatannya, mulai dari prasyarat yang dibutuhkan seperti Kartu Keluarga (yang jarang dimiliki oleh Waria yang tereksklusi dari keluarganya), penegasan identitas waria dalam KTP (karena hanya terdapat dua jenis kelamin pilihan kelamin yakni laki laki dan perempuan), juga dalam foto yang digunakan dalam KTP (waria harus berfoto dengan wajah “aslinya”
 sebagai laki-laki). Belum adanya pengakuan dari pemerintah ini yang membatasi waria untuk menegaskan identitasnya.
Waria sebagai subaltern tidak memiliki  kemampuan untuk memperjuangkan dirinya sendiri. Organisasi waria memiliki peran penting dalam mewujudkan pengakuan masyarakat terhadap identitas waria. Berusaha merubah paradigma negatif tentang waria menjadi yang lebih positif dalam kehidupan sosial. Upaya dilakukan dengan pernyataan dalam berbagai aktivitas diskusi baik formal maupun non formal dengan masyarakat luas, dan juga melalui media tulisan untuk membuat suatu wacana. Selain elite waria, akademisi juga berperan dalam merepresentasikan identitas waria dengan melakukan penelitian dan kajiannya yang berpengaruh pada identitas waria.
Kaum subaltern yang tereksklusi ini, dapat memberi pengaruh dan tekanan pada elit. Seperti contoh pada kalangan waria yang seharusnya mendapat pengakuan dalam ranah pemerintah ini, memerlukan pembuatan suatu kebijakan untuk kalangan waria, agar tidak tereksklusi dalam ranah publik. Kaum subaltern juga bisa menjadi kelompok penekan terhadap suatu kebijakan pemerintahan dengan kekuasaan yang dimiliki oleh kalangan ini. Meski terdapat kalangan yang memilih dalam ranah yang berbeda dalam lingkup dominan, bukan berarti perbedaan tersebut menempatkan mereka sebagai kaum minoritas yang termarginalkan dan terekskusi dalam ranah publik. Apalagi dengan adanya perbedaan bentuk perlakuan pada kalangan ini yang cendrung diskriminatif sungguh membuat hak-hak mereka menjadi tidak terekonstruksi secara nyata.

3.       Etnis Tionghoa
Etnis Tionghoa di Indonesia yang tidak mempunyai cukup ruang untuk mengekspresikan apa yang menjadi kebudayaannya. Di Indonesia sendiri terdapat dikotomi warga negara berdasarkan perbedaan etnik. Dikotomi pribumi dan non-pribumi menjadi persoalan etnis dan pada gilirannya menyebabkan permasalahan identitas. Tionghoa selalu dicitrakan sebagai pendatang sehingga identitas non-pribumi selalu dilekatkan kepadanya, sebagai penguasa ekonomi, dan memiliki identitas homogen. Citra ini dibentuk oleh kaum dominan dan ditumbuhkan secara terus menerus. Identitas mereka sering didefinisikan secara paksa oleh kaum dominan, terlebih lagi negara yang demi mempertahankan hegemoni kekuasaannya berperan menjalankan politik identitas. Tidak hanya pergulatannya dalam identitas bangsa tetapijuga berhadapan dengan struktur dan budaya lokal.
Singkatnya, subaltern adalah “mereka yang bukan elit”. Dan yang dimaksud elit adalah “kelompok-kelompok dominan, baik pribumi maupun asing”. Yang asing adalah pejabat-pejabat Inggris dan para pemilik industri, pedagang, pemilik perkebunan, tuan tanah, dan misionaris. Sedang para pribumi yang dalam tatanan kelas subaltern dibagi menjadi dua lapis, yaitu mereka yang beroperasi di tingkat nasional (pengusaha feodal, pegawai pribumi di birokrasi tinggi) dan mereka yang beroperasi di tingkat lokal dan regional (anggota kelompok-kelompok dominan).

1.7     Pendekatan  Sosiologi
Pendekatan sosiologis bertolak dari asusmsi bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra seorang pengarang mengungkapkan problem kehidupan yang penngarang sendiri ikut di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh dalam masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu zaman, dari lingkungan yang membesarkannya.
Sosiologis sastra merupakan suatu pendekatan yang memperhitungkan nilai penting hubugan antara sastra dan masyarakat. Sebagai sebuah pendekatan dalam ilmu sastra Indonesia, boleh dikatakan sastra sosiologis masih sangat muda.
Secara singkat dapat dikatakan sosiologi itu adalah telaah objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat, telaah tentang lembaga dan proses social.
Sosiologi mencoba memahami bagaimana masyarakat dimungkinkan hidup, tumbuh dan berkembang. Sosiologi menyangkut masalah-masalah masyrakat seperti struktur perekonomian, agama (religi), politik, dan sosialisasi individu di tengah masyarakat. Jadi, pendekatan sosilogis itu adalah pendekatan yang mencerminkan kehidupan masyarakat.
1.8   Perspektif Sosiologi dan Hubungan Sosiologi Dengan Ilmu Lain
Untuk mempelajari sesuatu di masyarakat sebaiknya dimulai dengan membuat asumsi tentang sifat-sifat objek yang akan dipelajari. Asumsi ini disebut perspektif atau paradigma, yaitu suatu cara memandang atau cara memahami gejala tertentu menurut keyakinan kita. Di dalam sosiologi terdapat beberapa perspektif, yaitu sebagai berikut.

1. Perspektif Interaksionis
Memusatkan perhatian terhadap interaksi antara individu dengan kelompok, terutama dengan menggunakan simbol-simbol, antara lain tanda, isyarat, dan kata-kata baik lisan maupun tulisan.

2. Perspektif Evolusionis
Paradigma utama dalam sosiologi yang memusatkan perhatian pada pola perubahan dan perkembangan yang muncul dalam masyarakat yang berbeda untuk mengetahui urutan umum yang ada.

3. Perspektif Fungsionalis
Melihat masyarakat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisir dan memiliki seperangkat aturan dan nilai kelompok atau lembaga yang melaksanakan tugas tertentu secara terus-menerus sesuai dengan fungsinya yang dianut oleh sebagian besar anggotanya. Masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang stabil dengan kecenderungan ke arah keseimbangan, yaitu untuk mempertahankan sistem kerja yang selaras dan seimbang.

4. Perspektif Konflik
Memandang adanya pertentangan antarkelas dan eksploitasi kelas di dalam masyarakat sebagai penggerak utama kekuatan-kekuatan dalam sejarah. Masyarakat terikat sebab ada kekuatan dari kelompok kelas yang dominan. Kelompok ini menciptakan suatu konsensus untuk melaksanakan nilai-nilai dan peraturan di masyarakat.

1.9   ANALISIS MENGGUNAKAN PENDEKATAN SOSIOLOGIS

Di dalam puisi Subaltern, kita bisa menggabungkan atau menggunakan pendekatan kajian puisi lainnya. Disini kami akan mengkaji puisi Subaltern dengan dibantu oleh pendekatan Sosiologi. Kami akan menggunakan puisi yang bertemakan Subaltern (Kaum minoritas) dan akan mengkajinya dengan pendekatan sosiologi. Berikut adalah puisi Subaltern:

HEI TEMANKU SI MISKIN
KARYA: BEETHOVEN. SILABAN.
..Hei Temanku Si Miskin

Hei kamu temanku . . . .
Yang terlahir di atas buaian derita
Di asuh di atas pakaian kesusahan,
Menjadi besar dalam rumah-rumah
Kesewenang-wenangan.

Kamulah yang selalu nikmati
Makan sesuap nasi yang kering
Karena tarikan nafas panjang
Dan meminum airmu yang bercampur
Dengan air mata dan kesedihan.

Janganlah kamu putus asa
Karena ada orang-orang
Yang zalim terhadap alam raya,

Ada orang di balik sesuatu.... ,
Ada orang di balik mendung... ,
Ada orang di balik debu kekacauan... ,
Ada orang di balik segala sesuatu...

Yang kuat itu adalah DIA
Segala keadilan, segala kasih sayang,
Segala rindu dan segala cinta.

Percayalah temanku . . . .
Niscaya . . . . .
Bahwa realita waktu itu jua
Kenyataan akan merobek-robek
Penutup air mata yang menghapus
Senyummu temanku.







1.      Hey  Temanku Si Miskin
Dari sisi pengarangnya, seolah-olah pengarang sedang memanggil temannya yang miskin

2.       Yang di asuh diatas pakaian kesusahan
Di dalam kalimat ini menggambarkan bahwa si tokoh di asuh dalam keadaan yang sulit, dari kata kesusahan disini jelas bahwa si tokoh miskin itu kesulitan dengan perekonomiannya.

3.       Makan sesuap nasi yang kering
 Ini adalah bukti bahwa si tokoh ini mengalami masalah perekonomian, sehingga tak jarang dia dan orang-orang miskin lainnya makan nasi yang sudah basi dikeringkan dan diolah lagi untuk bisa dimakan olehnya.

4.       Janganlah kamu putus asa
Si pengarang menyemangati tokoh Si Miskin agar tidak putus asa

5.       Karena ada orang-orang zalim
Yang zalim terhadap alam raya
Arti kalimat ini ada banyak sekali orang-orang zalim di negara ini, contohnya adalah para pejabat yang selalu memberikan janji manis kepada masyarakat. Tetapi apa yang mereka katakan hanyalah kebohongan semata, yang menyebabkan masyarakat kena kesenjangan sosial

6.       Ada orang di balik sesuatu
Ada orang di balik mendung
Ada orang di balik debu kekacauan
Ada orang di balik segala sesuatu
Di segala sesuatu apa yang terjadi pasti ada orang yang menjadi dalangnya

7.       Percayalah temanku hingga baris akhir
 Itu jika dilihat dari sisi pengarangnya mungkin si pengrang ingin menyampaikan bahwa kita harus semangat menjalani hidup dan bertekad kuat pada kenyataan yang di alami si tokoh miskin dan akan menghapus air mata si tokoh dengan senyuman.







BAB III

KESIMPULAN

Jadi, dengan pendekatan subaltern ini kita bisa menghubungkan atau menggabungkan dengan pendekatan Sosiologi. Dengan, Pendekatan Sosiologi juga menjelaskan tentang kesenjangan sosial yang melanda seluruh rakyat indonesia. Pendekatan subaltern adalah pendekatan yang menurut kami adalah pendekatan yang sangat merakyat, karna dengan pendekatan ini kita bisa tahu apa artinya kemiskinan, kesenjangan sosial dan ketidakadilan. Jadi, dengan pendekatan subaltern masyarakat bisa menjadi paham dan menyadari akan penderitaan bangsa ini.


BAB IV

PENUTUPAN

Demikianlah makalah yang kami buat semoga bermanfaat bagi orang yang membacanya dan menambah wawasan bagi orang yang membaca makalah ini. Dan penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat yang tidak jelas, mengerti, dan lugas mohon jangan dimasukan ke dalam hati.

Dan kami juga sangat mengharapkan yang membaca makalah ini akan bertambah motivasinya dan mengapai cita-cita yang di inginkan, karena saya membuat makalah ini mempunyai arti penting yang sangat mendalam.

Sekian penutup dari kami semoga berkenan di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.


Comments

Popular posts from this blog

PENOKOHAN DALAM CERPEN MALAIKAT JUGA TAHUKARANGAN DEWI LESTARI DANMAAFKAN BUNDA,ANAKKU!” KARANGAN IRNA SYAHRIAL : KAJIAN INTERTEKSTUAL (Oleh: Anisa Yulicahyanti)

PENOKOHAN DALAM CERPEN  MALAIKAT JUGA TAHU KARANGAN DEWI LESTARI DAN MAAFKAN BUNDA,ANAKKU!”  KARANGAN IRNA SYAHRIAL : KAJIAN INTERTEKSTUAL ABSTRAK Karya sastra sebagai proses kreatif yang merupakan gambaran masyarakat dibentuk oleh pandangan sang pencipta. Sebuah karya sastra dapat pula menjadi contoh atau sandaran bagi karya sastra yang lahir berikutnya. Pada c erpen Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari dan cerpen  Maafkan Bunda,Anakku! Karya Irna Syahrial   diindikasikan mengandung perbedaan serta persamaan didalamnya. Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penokohan dari cerpen Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari dan cerpen  Maafkan Bunda,Anakku! Karya Irna Syahrial  Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan kajian intertekstual yang dikemukakan oleh Pradopo. Adapun dalam penelitian ini didapat hasil yaitu adanya persamaan tokoh kedua cerpen yang menekankan tokoh yang menderita Down Syndrom. Dalam kedua cerpen ini ditemukan  bahwa masyarak

KONFLIK DALAM LAKON MENTANG-MENTANG DARI NEW YORK KARYA MARCELINO ACANA JR. (KAJIAN SOSIOLOGI)

Bima Dewanto Program Studi Sastra Indonesia Abstrak Budaya dan tradisi masyarakat di dunia memiliki keanekaragaman yang sangat banyak. Masing-masing dari budaya yang mereka miliki berasal dari latar belakang sosial yang khas dan budaya yang berbeda satu sama lain. Setiap kelompok masyarakat membawa kebiasaan dan tradisi masing-masing dalam kehidupannya sehari-hari. Tradisi yang mereka jalankan adalah hasil dari pembelajaran, perkembangan, dan proses yang mereka jalani bersama masyarakat lainnya. Proses ini membentuk identitas budaya dalam diri individu sehingga memotivasi seseorang untuk belajar tentang sikap dari kelompok masyarakat sendiri maupun kelompok masyarakat lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyajikan kepada pembaca mengenai konflik dalam lakon Mentang-mentang dari New York. Metode yang digunakan merupakan metode deskriptif dengan teknik analisis kualitatif. Objek dari penelitian ini ialah naskah drama Mentang-mentang dari New York karya Marcellino Aca

Soekarno Sang Guru Bangsa: Resensi Buku Biografi

Ditulis oleh Ade Irma S iapa yang tak kenal dengan sosok fenomenal yang pernah dimiliki bangsa ini. Dari Sabang hingga Merauka, bahkan ditiap penjuru pun, jika disebutkan nama tokoh ini tentu mengetahuinya. Siapa lagi jika bukan Ir. Soekarno. Presiden pertama Indonesia yang tak hanya dikenal di negerinya sendiri melainkan pula di dunia internasional. Jika kita belajar mengenai sejarah kemerdekaan Indonesia, pastilah nama beliau tidak berhenti disebutkan. Secara umum, Soekarno memang dikenal sebagi tokoh kemerdekaan Indonesia sekaligus presiden pertama. Namun, seberapa jauh kita mengenal sosok penting yang pernah dimiliki oleh bangsa ini? Jika kita ingin mengenal lebih jauh tentang Soekarno, banyak sekali sumber yang dapat membantu. Salah satunya adalah buku biografi. Buku biografi yang berjudul Soekarno Sang Guru Bangsa adalah karya dari Anom Whani Wicaksana. Diterbitkan oleh C-Klik Media pada tahun 2018. Dengan jumlah halaman 210 dan harga buku Rp39.000,00. Anom sendiri