PANDANGAN DUNIA TERHADAP MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM CERPEN JURU MASAK KARANGAN DAMHURI MUHAMMAD: SEBUAH KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK - ZIOVA VIANDRA
PANDANGAN DUNIA TERHADAP MASYARAKAT MINANGKABAU DALAM CERPEN JURU MASAK KARANGAN DAMHURI MUHAMMAD: SEBUAH KAJIAN STRUKTURALISME GENETIK
Makalah ini dibuat sebagai Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Menulis yang diampu oleh Ibu Dr. Fathiaty Murtadho, M. Pd dan Ibu Dr. Gres Grasia Azmin, M.Hum
Ziova Viandra Shakti (2125163451)
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pandangan Dunia Terhadap Masyarakat Minangkabau dalam Cerpen Juru Masak Karangan Damhuri Muhammad: Sebuah Kajian Strukturalisme Genetik” ini.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini untuk menyelesaikan ujian akhir semester mata kuliah menulis dan berusaha untuk menyampaikannya kepada teman-teman kami mengenai analisis strukturalisme genetik sebuah cerpen.
Dalam proses pembuatan makalah ini tentu saya mendapatkan bantuan dari beberapa pihak terkait. Saya ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
•Ibu Dr. Fathiaty Murtadho, M.Pd., selaku dosen mata kuliah menulis
•Ibu Dr. Gres Grasia Azmin, M. Hum., selaku dosen mata kuliah menulis
•Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan untuk makalah ini
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dari segi susunan kalimat dan tata bahasanya. Oleh karena itu saya menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya meminta maaf atas segala kekurangan yang membuat pembaca merasa tidak nyaman atau tidak berkenan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 6 Juni 2018
Penulis
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian........................................................................................................... 2
Rumusan Masalah.......................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Hakikat Strukturalisme................................................................................................... 3
2.2 Hakikat Strukturalisme Genetik..................................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pendekatan Analisis....................................................................................................... 6
3.2 Karakteristik Cerpen Juru Masak Karangan Damhuri Muhammad.............................. 6
3.3 Hasil Analisis................................................................................................................. 6
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 17
ABSTRAK
Cerpen Juru Masak karangan Damhuri Muhammad menceritakan tentang betapa berjasanya seorang juru masak di Lareh Panjang bernama Makaji dan perjalanan menuju kesuksesan karir anak sulungnya, Azrial. Peneliti ingin mengidentifikasi pandangan dunia terhadap masyarakat Suku Minangkabau yang terdapat dalam cerpen tersebut. Objek penelitian yang digunakan berupa cerpen itu sendiri yang dianalisis terlebih dahulu kepengarangannya, kemudian dilanjutkan dengan analisis tema, penokohan, dan latarnya. Barulah setelah itu dilanjutkan dengan analisis pandangan dunia menurut konsep strukturalisme genetik Goldmann. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerpen ini memperlihatkan kebiasaan merantau dan kuliner sebagai bidang usaha sebagai “komponen identitas” mayarakat Suku Minangkabau. Penggambaran tersebut tentunya tak lepas dari latar belakang pengarang yang merupakan anggota masyarakat Suku Minangkabau.
Kata kunci: cerpen, Juru Masak, Damhuri Muhammad
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra merupakan hasil dari olah pikiran yang dilakukan oleh penciptanya terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Pencipta yang sering disebut sebagai pengarang dalam ilmu sastra seringkali menggambarkan hal-hal tertentu seperti sistem sosial, kebudayaan, kondisi ekonomi, dan sebagainya. Tak hanya itu, masyarakat dan karakternya juga memiliki peran penting dalam proses terciptanya sebuah karya sastra. Struktur fisik sebuah karya sastra dan faktor eksternal yang menumbuhkan daya imajinatif pengarang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Salah satu genre karya sastra ialah prosa dalam bentuk cerita pendek (cerpen). Cerpen merupakan salah satu media untuk memperkenalkan kepada para pembaca mengenai latar belakang sosial, budaya, ekonomi, dan masyarakat di suatu wilayah dalam berbagai macam sisi. Sesuai namanya, plot yang digambarkan singkat sehingga kronologi peristiwa yang ditampilkan tidak rinci seperti halnya novel.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih cerpen Juru Masak karangan Damhuri Muhammad sebab cerpen ini menggambarkan beberapa hal yang mencerminkan latar belakang kebudayaan dan kebiasaan Minangkabau. Selain itu, cerpen ini juga menggambarkan bahwa ada beberapa kebudayaan dan kebiasaan masyarakat Minangkabau yang sudah sangat dikenali oleh sebagian besar masyarakat, sehingga begitu menarik untuk dikaji.
Peneliti membatasi penelitian ini dengan hanya menganalisis strukur fisik ceroen tersebut berupa tema, tokoh dan penokohan, serta latar pada naskah drama dengan pendekatan strukturalisme menurut Burhan Nurgiyantoro. Selain itu, penulis juga akan menggunakan konsep pandangan dunia dalam kajian strukturalisme genetik sebagai bagian dari analisis unsur ekstrinsiknya.
1.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui struktur yang terkait dengan konsep pandangan dunia dalam cerpen Juru Masak karangan Damhuri Muhammad
2. Untuk mengetahui konsep pandangan dunia yang terdapat dalam cerpen Juru Masak karangan Damhuri Muhammad
3. Mengetahui pandangan pengarang terhadap konsep pandangan dunia yang digambarkan dalam cerpen Juru Masak karangan Damhuri Muhammad
4. Mengetahui hasil interpretasi sebagai pembaca terhadap cerpen Juru Masak karangan Damhuri Muhammad
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kepegarangan pada cerpen Juru Masak karangan Damhuri Muhammad?
2. Bagaimana struktur yang terdapat dalam cerpen Juru Masak karangan Damhuri Muhammad?
3. Apa sajakah konsep pandangan dunia yang digambarkan oleh Damhuri Muhammad dalam cerpen Juru Masak?
4. Bagaimana pandangan Damhuri Muhammad sebagai pengarang terhadap konsep pandangan dunia yang digambarkannya dalam cerpen Juru Masak?
5. Bagaimana hasil interpretasi terhadap cerpen Juru Masak karangan Damhuri Muhammad?
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Hakikat cerpen
2.2.1 Pengertian Cerpen
Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra dalam bentuk naratif (prosa). Sesuai namanya, cerpen memiliki karakteristik dalam hal panjang cerita sebagai formalitas bentuk. Panjang cerpen pun bervariasi sehingga dapat dikatakan bahwa batas maksimal jumlah kata yang digunakan tidak bersifat mutlak. Jika dibedakan berdasarkan panjangnya, cerpen dibedakan menjadi tiga macam, yakni cerpen pendek yang berjumlah sekitar 500-an kata, cerpen cukupan, dan cerpen panjang (Nurgiyantoro, 2013: 12)
Cerpen memiliki kelebihan, yakni pengungkapan peristiwa secara lebih banyak (implisit) dari sekadar apa yang diceritakan. Penggambaran kronologi suatu peristiwa tidak rinci dan hanya berfokus pada satu masalah saja (Nurgiyantoro, 2013: 13). Dengan begitu, pembaca hanya dipusatkan perhatiannya kepada satu inti permasalahan saja.
Struktur Cerpen
2.2.2
Sebuah karya sastra tidak akan pernah tercipta tanpa adanya struktur fisik yang membangun (unsur intrinsik), tak terkecuali sebuah cerpen. Unsur-unsur inilah yang merupakan komponen faktual yang dijumpai pembaca (Nurgiyantoro, 2013: 30). Akan tetapi, untuk kepentingan penelitian ini, peneliti hanya menjabarkan hakikat dari tiga dari semua unsur intrinsik cerpen, yaitu tema, penokohan, dan latar.
2.2.2.1 Tema
Tema merupakan gagasan dasar yang menopang sebuah karya sastra sebagai struktur semantis dan bersifat abstrak. Unsur ini dimunculkan secara berulang-ulang di dalam isi cerita secara implisit (Nurgiyantoro, 2013: 115). Seringkali, pembaca kesulitan menentukan tema yang terkandung dalam cerita karena tidak ditunjukkan secara eksplisit, tetapi keberadaannya didukung oleh cerita sehingga dapat muncul dengan sendirinya (Nurgiyantoro, 2013: 116)
Untuk kepentingan penelitian ini, peneliti menggunakan konsep tema berdasarkan penafsiran makna menurut Nurgiyantoro, yakni tema mayor dan tema minor. Tema mayor makna cerita yang menjadi gagasan umum dalam suatu cerita, sedangkan tema minor adalah makna tambahan yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu saja yang mendukung makna utama (Nurgiyantoro, 2013: 133-134).
2.2.2.2 Tokoh dan Penokohan
Tokoh merupakan pelaku dalam cerita. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2013: 247), tokoh cerita merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya sastra (prosa atau drama). Mereka ditafsirkan oleh pembaca memiliki kualitas diri atau kecenderungan dalam suatu hal tertentu yang diekspresikan dalam bentuk tindakan atau ucapan.
Untuk kepentingan penelitian ini, peneliti menggunakan dua konsep penokohan menurut Nurgiyantoro, yaitu berdasarkan peran dan berdasarkan fungsinya. Berdasarkan perannya, tokoh dibedakan menjadi tokoh utama yang diutamakan sehingga lebih banyak diceritakan dan tokoh tambahan yang kurang dijadikan pusat perhatian. Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan menjadi tokoh portagonis yang menampilkan dirinya dengan norma-norma yang ideal bagi orang lain dan tokoh antagonis yang merupakan oposisi dari tokoh antagonis dan umumnya menjadi penyebab terjadinya konflik. (Nurgiyantoro, 2013: 261).
2.2.2.3 Latar
Menurut Abrams, latar merupakan komponen tumpu yang mendukung lahirnya sebuah karya sastra, seperti tempat, hubungan sejarah, dan lingkungan sosial yang merupakan tempat terjadinya peristiwa yang digambarkan (Nurgiyantoro, 2013: 302). Mustahil jika komponen ini dipisahkan dari sebuah karya sastra sebab pada dasarnya para tokoh memerlukan latar sebagai titik tumpu terjadinya kehidupan yang dialaminya.
Untuk kepentingan penelitian ini, peneliti hanya menggunakan satu dari tiga konsep latar menurut Nurgiyantoro, yakni latar tempat. Latar tempat sangat penting untuk mengetahui lebih lanjut unsur ekstrinsik sebuah karya sastra, terutama jika berkaitan dengan sosiologi dan konsep-konsepnya.
2.3 Hakikat Strukturalisme Genetik
2.3.1 Pengertian Strukturalisme Genetik
Strukturalisme genetik merupakan sebuah pendekatan dimana sastra dipandang sebagai fakta kemanusiaan (Dwi Susanto, 2016: 120). Konsep ini lahir karena pemahaman kritis Goldmann terhadap konsep strukturalisme murni yang hanya berfokus pada unsur intrinsiknya saja sehingga hal-hal eksternal karya sastra diabaikan. Ia menyatakan bahwa sebuah karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan artinya atau dapat dikatakan bahwa karya sastra bersifat dinamis (Faruk, 2012: 159).
Strukturalisme genetik Goldmann sebenarnya memiliki dua konsep, yakni pandangan dunia dan sosial. Akan tetapi, untuk kepentingan penelitian ini, peneliti hanya menguraikan konsep pandangan dunia karena konsep inilah yang menjadi tema utama dalam penelitian ini.
2.3.2 Konsep Pandangan Dunia dalam Strukturalisme Genetik
Pandangan dunia merupakan rumusan dari gagasan, pendapat, atau perasaan yang menghubungkan anggota kelompok sosial tertentu dengan yang membedakannya dengan kelompok lain. Pengarang berperan sebagai representasi dari sebuah kelompok sosial tertentu dalam masyarakat yang menyuarakan pandangan dunia mereka ke dalam karyanya (Wiyatmi, 2013: 21). Konsep ini merupakan hasil interaksi antara subjek kolektif dengan keadaan lingkungan di sekitar subjek tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pendekatan Analisis
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab pertama, penelitian ini menggunakan pendekatan strukturalisme genetik Goldmann. Akan tetapi, hanya satu konsep yang digunakan untuk kepentingan penelitian ini, yakni konsep pandangan dunia yang menggambarkan gagasan atau pendapat yang berkaitan dengan suatu kelompok sosial dengan hal yang membedakannya dengan kelompok lain. Pandangan inilah yang disampaikan oleh pengarang melalui karyanya.
Analisis unsur ekstrinsik tentu tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya analisis unsur intrinsik terlebih dahulu sebab keduanya merupakan satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup analisis unsur intrinsik menjadi tiga konsep saja, yakni tema, tokoh dan penokohan, serta latar. Ketiga unsur ini memiliki kaitan erat dengan konsep pandangan dunia dalam kajian strukturalisme genetik Goldmann.
3.2 Karakteristik Cerpen Juru Masak Karangan Damhuri Muhammad
Seperti halnya karya sastra pada umumnya, cerpen Juru Masak memiliki karakteristik tersendiri. Cerpen ini merupakan cerpen cukupan karena memilki jumlah kata yang lebih dari lima ratus buah tetapi tidak sampai puluhan ribu kata. Teknik penceritaannya menggunakan konsep campuran dari kronologi runtut dan diselipkan bagian sorot balik yang membuat cerita menjadi begitu menarik untuk dibaca. Penggambaran beberapa hal yang menjadi “komponen identitas” masyarakat Suku Minangkabau juga menambah nilai estetika pada cerpen tersebut. Penggambaran “komponen identitias” tersebut tentunya tak lepas dari latar belakang pengarang.
3.3 Hasil Analisis
3.3.1 Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan cerpen Juru Masak karangan Dahmuri Muhammad sebagai onjek penelitian. Metode yang digunakan adalah metode analisis isi yang mencakup analisis struktural (tema, tokoh dan penokohan, serta latar) dan analisis konsep pandangan dunia strukturalisme genetik Goldmann.
Pertama-tama, peneliti membaca terlebih dahulu cerpen Juru Masak, kemudian membuat sinopsisnya. Setelah itu, peneliti mencoba mengidentifikasi kepengarangan novel tersebut. Barulah setelah itu, peneliti menganalisis struktur (tema, tokoh dan penokohan, serta latar) dan konsep pandangan dunia yang terdapat dalam cerpen tersebut. Peneliti juga akan mengidentifikasi pemikiran pengarang dalam cerpen tersebut dan menginterpretasi sendiri cerpen tersebut.
3.3.2 Hasil
3.3.2.1 Kepengarangan
Untuk mengetahui konsep pandangan dunia yang digambarkan pengarang, peneliti perlu mengetahui kepengarangan karya sastra tersebut. Pada penelitian ini, peneliti akan mengidentifikasi kepengarangan Damhuri Muhammad, pengarang cerpen Juru Masak.
Damhuri Muhammad sendiri lahir di Taram, Payakumbuh, Sumatera Barat pada tanggal 1 Juli 1974. Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Padang pada tahun 1997. Ia diketahui bersuku Minang sehingga tak heran jika banyak cerpennya yang menampilkan ciri khas masyarakat Minangkabau.
3.3.2.2 Struktur Cerpen Juru Masak karangan Damhuri Muhammad
Pada penelitian ini, peneliti hanya menganalisis tiga dari delapan unsur intrinsik prosa menurut Nurgiyantoro.
A. Tema
Konsep tema yang digunakan peneliti ialah tema berdasarkan penafsiran makna. Pertama, ialah tema mayor yang menjadi keutamaan makna cerita. Sejak awal, makna yang terkandung sebagai tema mayor sudah terlihat dengan adanya pengenalan mengenai betapa pentingnya Makaji, Sang Juru Masak di setiap kenduri yang diadakan di kampung halamannya, Lareh Panjang. Kutipannya sebagai berikut.
Perhelatan bisa kacau tanpa kehadiran lelaki itu. Gulai Kambing akan terasa hambar lantaran racikan bumbu tak meresap ke dalam daging. Kuah Gulai Kentang dan Gulai Rebung bakal encer karena keliru menakar jumlah kelapa parut hingga setiap menu masakan kekurangan santan. Akibatnya, berseraklah gunjing dan cela yang mesti ditanggung tuan rumah, bukan karena kenduri kurang meriah, tidak pula karena pelaminan tempat bersandingnya pasangan pengantin tak sedap dipandang mata, tapi karena macam-macam hidangan yang tersuguh tak menggugah selera. Nasi banyak gulai melimpah, tapi helat tak bikin kenyang. Ini celakanya bila Makaji, juru masak handal itu tak dilibatkan. (hal. 1)
Adapun tema minor dalam cerita ini, yaitu cinta yang ditolak. Hal tersebut tergambar ketika tokoh Mangkudun, ayah dari Renggogeni, pujaan hati Azrial tidak merestui hubungan tersebut karena perbedaan status ekonomi. Kutipannya sebagai berikut.
Masih segar dalam ingatan Azrial, waktu itu Renggogeni hampir tamat dari akademi perawat di kota, tak banyak orang Lareh Panjang yang bisa bersekolah tinggi seperti Renggogeni. Perempuan kuning langsat pujaan Azrial itu benar-benar akan menjadi seorang juru rawat. Sementara Azrial bukan siapa-siapa, hanya tamatan madrasah aliyah yang sehari-hari bekerja honorer sebagai sekretaris di kantor kepala desa. Ibarat emas dan loyang perbedaan mereka.
“Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masak!” bentak Mangkudun, dan tak lama berselang berita ini berdengung juga di kuping Azrial.
“Dia laki-laki taat, jujur, bertanggungjawab. Renggo yakin kami berjodoh,”
“Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial. Akan saya carikan kau jodoh yang lebih bermartabat!”
“Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru masak?”
“Jatuh martabat keluarga kita bila laki-laki itu jadi suamimu. Paham kau?” (hal. 3)
Selain itu, ada pula tema minor lain yang ditemui peneliti, yaitu keberhasilan setelah keterpurukan. Hal ini terlihat ketika tokoh Azrial menjadi seorang pengusaha sukses di Jakarta setelah kepergiannya dari Lareh Panjang untuk mencoba melupakan Renggogeni. Kutipannya sebagai berikut.
Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah tak berpembatang, tak ada yang bisa diandalkan. Tapi tidak patut rasanya Mangkudun memandangnya dengan sebelah mata. Maka, dengan berat hati Azrial melupakan Renggogeni. Ia hengkang dari kampung, pergi membawa luka hati. Awalnya ia hanya tukang cuci piring di Rumah Makan milik seorang perantau dari Lareh Panjang yang lebih dulu mengadu untung di Jakarta. Sedikit demi sedikit dikumpulkannya modal, agar tidak selalu bergantung pada induk semang. Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah jadi juragan, punya enam Rumah Makan dan duapuluh empat anak buah yang tiap hari sibuk melayani pelanggan. Barangkali, ada hikmahnya juga Azrial gagal mempersunting anak gadis Mangkudun. Kini, lelaki itu kerap disebut sebagai orang Lareh Panjang paling sukses di rantau. Itu sebabnya ia ingin membawa Makaji ke Jakarta. (hal. 4)
B. Tokoh dan Penokohan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua konsep penokohan, yakni tokoh berdasarkan perannya dan tokoh berdasarkan fungsinya.
Tokoh berdasarkan peran dilihat dari seberapa pentingnya peran dari tokoh tersebut. Adapun tokoh utama, yakni tokoh Makaji, Sang Juru Masak. Ia adalah sosok yang dijadikan pusat perhatian dalam cerpen tersebut. Kutipan berikut menunjukkan betapa pentingnya peran Makaji sebagai tokoh yang sangat diperhatikan.
Begitulah pentingnya Makaji. Tanpa campur tangannya, kenduri terasa hambar, sehambar Gulai Kambing dan Gulai Rebung karena bumbu-bumbu tak diracik oleh tangan dingin lelaki itu. Sejak dulu, Makaji tak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah hajatan itu orang terpandang yang tamunya membludak atau orang biasa yang hanya sanggup menggelar syukuran seadanya. Makaji tak pilih kasih, meski ia satu-satunya juru masak yang masih tersisa di Lareh Panjang. Di usia senja, ia masih tangguh menahan kantuk, tangannya tetap gesit meracik bumbu, masih kuat ia berjaga semalam suntuk. (hal. 2)
Kemudian, ada tokoh Azrial yang merupakan putra sulung dari Makaji. Ia memiliki peran yang cukup penting dalam jalannya cerita. Kesuksesannya di tanah rantau membuatnya ingin membawa ayahnya pergi dari kampung halaman dan hidup bersama di rantau. Kutipannya sebagai berikut.
“Separuh umur Ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri di kampung ini, bagaimana kalau tanggungjawab itu dibebankan pada yang lebih muda?” saran Azrial, putra sulung Makaji sewaktu ia pulang kampung enam bulan lalu.
“Mungkin sudah saatnya Ayah berhenti,”
“Belum! Akan Ayah pikul beban ini hingga tangan Ayah tak lincah lagi meracik bumbu,” balas Makaji waktu itu.
“Kalau memang masih ingin jadi juru masak, bagaimana kalau Ayah jadi juru masak di salah satu Rumah Makan milik saya di Jakarta? Saya tak ingin lagi berjauhan dengan Ayah,” (hal. 2)
Adapun tokoh Mangkudun yang juga memiliki pengaruh cukup tinggi dalam cerita. Posisinya sebagai orang paling berpengaruh di kampungnya memiliki peran yang cukup penting. Ia juga turut andil dalam hancurnya hubungan Azrial dan Renggogeni hingga berujung hijrahnya Azrial dari Lareh Panjang. Sementara itu, Renggogeni juga memiliki peran yang sama pentingnya dalam konflik tersebut. Kutipannya sebagai berikut.
Merah padam muka Azrial mendengar nama itu. Siapa lagi anak gadis Mangkudun kalau bukan Renggogeni, perempuan masa lalunya. Musabab hengkangnya ia dari Lareh Panjang tidak lain adalah Renggogeni, anak perempuan tunggal babeleng itu. Siapa pula yang tak kenal Mangkudun? Di Lareh Panjang, ia dijuluki tuan tanah, hampir sepertiga wilayah kampung ini miliknya. Sejak dulu, orang-orang Lareh Panjang yang kesulitan uang selalu beres di tangannya, mereka tinggal menyebutkan sawah, ladang atau tambak ikan sebagai agunan, dengan senang hati Mangkudun akan memegang gadaian itu.
Masih segar dalam ingatan Azrial, waktu itu Renggogeni hampir tamat dari akademi perawat di kota, tak banyak orang Lareh Panjang yang bisa bersekolah tinggi seperti Renggogeni. Perempuan kuning langsat pujaan Azrial itu benar-benar akan menjadi seorang juru rawat. Sementara Azrial bukan siapa-siapa, hanya tamatan madrasah aliyah yang sehari-hari bekerja honorer sebagai sekretaris di kantor kepala desa. Ibarat emas dan loyang perbedaan mereka.
“Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masak!” bentak Mangkudun, dan tak lama berselang berita ini berdengung juga di kuping Azrial.
“Dia laki-laki taat, jujur, bertanggungjawab. Renggo yakin kami berjodoh,”
“Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial. Akan saya carikan kau jodoh yang lebih bermartabat!”
“Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru masak?”
“Jatuh martabat keluarga kita bila laki-laki itu jadi suamimu. Paham kau?” (hal. 3)
Tokoh tambahan, ialah tokoh yang tidak memiliki peran yang cukup penting bahkan seringkali kurang mendapat perhatian, akan tetapi mendukung jalannya sebuah cerita. Adapun segelintir tokoh tambahan yang tampil pada saat pengenalan cerita, yakni Gentasari dan Rustamadji, sepasang pengantin yang melangsungkan pernikahan di Lareh Panjang. Mereka hanya berperan sebagai tokoh pendukung. Kutipannya sebagai berikut.
Beberapa tahun lalu, pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamadji yang digelar dengan menyembelih tigabelas ekor kambing dan berlangsung selama tiga hari, tak berjalan mulus, bahkan hampir saja batal. (hal. 1)
Kemudian, ada tokoh Sutan Basabatuah yang juga merupakan tokoh pendukung. Ia merupakan seorang penghulu yang juga turut mengambil bagian dalam kenduri tersebut. Ia merupakan satu dari sekian banyak orang yang merasa kecewa karena makanan yang dihidangkan bukan masakan Makaji. Kutipannya sebagai berikut.
“Kalau besok Gulai Nangka masih sehambar hari ini, kenduri tak usah dilanjutkan!” ancam Sutan Basabatuah, penghulu tinggi dari keluarga Rustamadji. (hal. 2)
Tokoh tambahan yang lainnya ialah Yusnaldi. Ia merupakan calon suami dari Renggogeni. Kedua insan tersebut dipertemukan karena perjodohan yang dilakukan oleh Mangkudun, ayah Renggogeni. Kutipannya sebagai berikut.
Mangkudun benar-benar menepati janji pada Renggogeni, bahwa ia akan carikan jodoh yang sepadan dengan anak gadisnya itu, yang jauh lebih bermartabat. Tengoklah, Renggogeni kini tengah bersanding dengan Yusnaldi, perwira muda polisi yang bila tidak ‘macam-macam’ tentu karirnya lekas menanjak. Duh, betapa beruntungnya keluarga besar Mangkudun. (hal. 4-5)
Selanjutnya, peneliti akan mengidentifikasi penokohan berdasarkan fungsinya. Tokoh pertama, yaitu Makaji memiliki sifat murah hati atau tidak pilih kasih. Ia senantiasa siap membantu keluarga siapa saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli dari kalangan mana mereka. Ia juga seorang yang sangat gigih dalam bekerja. Kutipannya sebagai berikut.
Sejak dulu, Makaji tak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah hajatan itu orang terpandang yang tamunya membludak atau orang biasa yang hanya sanggup menggelar syukuran seadanya. Makaji tak pilih kasih, meski ia satu-satunya juru masak yang masih tersisa di Lareh Panjang. Di usia senja, ia masih tangguh menahan kantuk, tangannya tetap gesit meracik bumbu, masih kuat ia berjaga semalam suntuk. (hal. 2)
Tokoh Azrial digambarkan memiliki sifat penyayang. Kesuksesannya di Jakarta tidak membuatnya menjadi seorang yang durhaka karena menelantarkan orangtuanya. Ia justru ingin sekali berada di dekat ayahnya. Kutipannya sebagai berikut.
“Separuh umur Ayah sudah habis untuk membantu setiap kenduri di kampung ini, bagaimana kalau tanggungjawab itu dibebankan pada yang lebih muda?” saran Azrial, putra sulung Makaji sewaktu ia pulang kampung enam bulan lalu.
“Mungkin sudah saatnya Ayah berhenti,”
“Belum! Akan Ayah pikul beban ini hingga tangan Ayah tak lincah lagi meracik bumbu,” balas Makaji waktu itu.
“Kalau memang masih ingin jadi juru masak, bagaimana kalau Ayah jadi juru masak di salah satu Rumah Makan milik saya di Jakarta? Saya tak ingin lagi berjauhan dengan Ayah,” (hal. 2)
Azrial juga memiliki sifat gigih dan pantang menyerah. Karena kedua sifatnya inilah, ia berhasil meraih kesuksesan di Jakarta sebagai pemiliki usaha rumah makan. Pencapaiannya pun tidak main-main, ia memiliki enam rumah makan dan dua puluh empat karyawan. Kutipannya sebagai berikut.
Awalnya ia hanya tukang cuci piring di Rumah Makan milik seorang perantau dari Lareh Panjang yang lebih dulu mengadu untung di Jakarta. Sedikit demi sedikit dikumpulkannya modal, agar tidak selalu bergantung pada induk semang. Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah jadi juragan, punya enam Rumah Makan dan duapuluh empat anak buah yang tiap hari sibuk melayani pelanggan. Barangkali, ada hikmahnya juga Azrial gagal mempersunting anak gadis Mangkudun. Kini, lelaki itu kerap disebut sebagai orang Lareh Panjang paling sukses di rantau. (hal. 4)
Mangkudun memilki fungsi yang berlawanan dengan kedua tokoh yang diuraikan sebelumnya. Posisinya sebagai orang berpengaruh di Lareh Panjang membuatnya menjadi orang yang sombong dan memandang seseorang yang dirasa kurang memenuhi standar ideal dengan sebelah mata. Ia tidak merestui anaknya, Renggogeni menikah dengan Azrial karena perbedaan status ekonomi. Azrial bukan berasal dari keluarga berada. Kutipannya sebagai berikut.
“Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masak!” bentak Mangkudun, dan tak lama berselang berita ini berdengung juga di kuping Azrial.
“Dia laki-laki taat, jujur, bertanggungjawab. Renggo yakin kami berjodoh,”
“Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial. Akan saya carikan kau jodoh yang lebih bermartabat!”
“Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru masak?”
“Jatuh martabat keluarga kita bila laki-laki itu jadi suamimu. Paham kau?”
Derajat keluarga Azrial memang seumpama lurah tak berbatu, seperti sawah tak berpembatang, tak ada yang bisa diandalkan. Tapi tidak patut rasanya Mangkudun memandangnya dengan sebelah mata. Maka, dengan berat hati Azrial melupakan Renggogeni. Ia hengkang dari kampung, pergi membawa luka hati. (hal. 3-4)
Renggogeni memilki perangai yang berbeda dengan ayahnya. Ia tidak peduli status ekonomi yang disandang calon pasangannya. Namun, sebagai anak, ia haruslah patuh terhadap permintaan ayahnya. Kutipannya sebagai berikut.
“Bahkan bila ia jadi kepala desa pun, tak sudi saya punya menantu anak juru masak!” bentak Mangkudun, dan tak lama berselang berita ini berdengung juga di kuping Azrial.
“Dia laki-laki taat, jujur, bertanggungjawab. Renggo yakin kami berjodoh,”
“Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial. Akan saya carikan kau jodoh yang lebih bermartabat!”
“Apa dia salah kalau ayahnya hanya juru masak?”
“Jatuh martabat keluarga kita bila laki-laki itu jadi suamimu. Paham kau?” (hal. 3)
C. Latar
Latar merupakan sebuah komponen yang mendukung tokoh untuk menjalankan perannya dalam cerita. Dalam penelitian ini, peneliti hanya menganalisis latar tempat.
Latar tempat pertama, ialah Lareh Panjang. Wilayah ini merupakan tempat tinggal Makaji dan tokoh-tokoh lainnya. Kutipannya sebagai berikut.
Begitulah pentingnya Makaji. Tanpa campur tangannya, kenduri terasa hambar, sehambar Gulai Kambing dan Gulai Rebung karena bumbu-bumbu tak diracik oleh tangan dingin lelaki itu. Sejak dulu, Makaji tak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah hajatan itu orang terpandang yang tamunya membludak atau orang biasa yang hanya sanggup menggelar syukuran seadanya. Makaji tak pilih kasih, meski ia satu-satunya juru masak yang masih tersisa di Lareh Panjang. Di usia senja, ia masih tangguh menahan kantuk, tangannya tetap gesit meracik bumbu, masih kuat ia berjaga semalam suntuk. (hal. 2)
Jakarta juga menjadi latar tempat yang digambarkan dalam cerpen tersebu. Kota itu juga menjadi saksi kesuksesan Azrial sebagai pengusaha kuliner. Ada dua kutipan yang membuktikan hal tersebut. Kutipannya sebagai berikut.
Ia hengkang dari kampung, pergi membawa luka hati. Awalnya ia hanya tukang cuci piring di Rumah Makan milik seorang perantau dari Lareh Panjang yang lebih dulu mengadu untung di Jakarta. Sedikit demi sedikit dikumpulkannya modal, agar tidak selalu bergantung pada induk semang. Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah jadi juragan, punya enam Rumah Makan dan duapuluh empat anak buah yang tiap hari sibuk melayani pelanggan. (hal. 4)
3.3.2.3 Konsep Pandangan Dunia dalam Cerpen Juru Masak karangan Damhuri Muhammad
Selanjutnya, peneliti akan mengidentifikasi konsep pandangan dunia yang tergambar dalam cerpen Juru Masak karangan Damhuri Muhammad. Peneliti menemukan beberapa hal yang menggambarkan pandangan dunia terhadap masyarakat Minangkabau.
Merantau merupakan suatu hal yang sudah sangat melekat pada masyarakat Minangkabau. Biasanya, orang melakukan hal tersebut karena mereka ingin mencari kehidupan yang layak. Tak hanya itu, ada juga yang beralasan ingin mendapatkan pencapaian yang lebih tinggi dalam karirnya. Kota-kota besar, seperti Jakarta biasanya menjadi tujuan perantauan. Kutipan yang menggambarkan hal tersebut adalah sebagai berikut.
Ia hengkang dari kampung, pergi membawa luka hati. Awalnya ia hanya tukang cuci piring di Rumah Makan milik seorang perantau dari Lareh Panjang yang lebih dulu mengadu untung di Jakarta. Sedikit demi sedikit dikumpulkannya modal, agar tidak selalu bergantung pada induk semang. Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah jadi juragan, punya enam Rumah Makan dan duapuluh empat anak buah yang tiap hari sibuk melayani pelanggan. (hal. 4)
Usaha kuliner merupakan bidang usaha yang paling banyak ditekuni oleh masyarakat Minangkabau. Makanan dengan cita rasa dan penyajian yang khas membuat para calon wirausahawan menjadikannya sebagai komponen yang memancing daya tarik konsumen sehingga tak heran jika banyak masyarakat Minang yang memutuskan untuk memulai usaha semacam ini di perantauan. Kutipan yang menggambarkan hal tersebut adalah sebagai berikut.
“Kalau memang masih ingin jadi juru masak, bagaimana kalau Ayah jadi juru masak di salah satu Rumah Makan milik saya di Jakarta? Saya tak ingin lagi berjauhan dengan Ayah,” (hal. 2)
3.3.2.4 Pemikiran Damhuri Muhammad dalam Cerpen Juru Masak
Damhuri Muhammad memang dikenal dengan karyanya yang beberapa kali menggambarkan unsur-unsur yang melekat pada suku Minangkabau yang tak lain adalah suku bangsanya. Melalui cerpen ini, ia ingin menggambarkan beberapa hal yang memang sudah sangat melekat pada masyarakat Minangkabau, yakni merantau dan usaha kuliner sebagai mata pencaharian. Akan tetapi, penggambaran kedua hal tersebut diiringi dengan konflik yang menjadi pemicu munculnya kedua “komponen identitas” masyarakat Minangkabau. Kedua hal tersebut merupakan hal mendukung karir seorang Azrial. Berawal dari keterpurukan, ia pun menjadi seorang yang sukses dalam karirnya dengan dipicu oleh kedua hal tersebut. Tentunya, kesuksesan Azrial juga tak lepas dari usaha yang sungguh-sungguh.
3.3.2.5 Interpretasi Peneliti Sebagai Pembaca Terhadap Cerpen Juru Masak Karangan Damhuri Muhammad
Peneliti melihat cerpen Juru Masak karangan Damhuri Muhammad merepresentasikan realita kehidupan yang ada di sekitarnya. Seseorang yang begitu berjasa bagi sebagian besar orang karena kelebihannya yang dipresentasikan oleh Makaji, seseorang yang awalnya biasa saja dan bahkan dipandang sebelah mata karena status ekonominya menjadi orang yang sukses berkat usaha kerasnya yang dipresentasikan oleh Azrial, dan seseorang yang sangat berpengaruh di suatu wilayah dan memiliki sifat sombong yang dipresentasikan oleh Mangkudun. Ketiga tokoh tersebut merupakan representasi dari sebagian besar orang di dalam kehidupan sehari-hari. Cerpen ini mengajarkan pembaca untuk selalu berusaha keras jika ingin mendapatkan pencapaian yang lebih baik dan tidak memandang sebelah mata orang yang memiliki kekurangan tertentu.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa cerpen Juru Masak karangan Damhuri Muhammad menggambarkan beberapa hal terkait identitas masyarakat Minangkabau. Masyarakat Minangkabau sudah sangat kental dengan kebiasaan merantau untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dan pencapaian dalam karir yang lebih baik. Tak hanya itu, masyarakat Minangkabau juga sudah sangat kental dengan usaha kuliner sebagai salah satu bidang usaha yang cukup banyak digeluti. Usaha semacam itu pada akhirnya menjadi sebuah rumah makan yang seringkali menjadi daya tarik konsumen, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Penulis juga memiliki pandangan yang sama terhadap hal tersebut.
Peneliti juga menginterpretasikan cerpen tersebut melalui watak beberapa tokohnya. Dari hasil interpretasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa cerpen tersebut mengajarkan pembaca agar senantiasa berusaha untuk mencapai hal yang diinginkan dan tidak memandang seseorang dengan sebelah mata.
DAFTAR PUSTAKA
Faruk. 2012. Metode Penelitian Sastra; Sebuah Penjelajahan Awal. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi, cet. ke-10. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Susanto, Dwi. 2016. Pengajaran Kajian Sastra. Jakarta. Center for Academic Publishing Service
Wiyatmi. 2013. Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Kanwa Publisher
Setiawan, Andria. 2014. Cerpen Juru Masak Karya Damhuri Muhammad, diakses, 7 Juli 2018 (https://andriasetiawan.wordpress.com/2014/09/09/cerpen-juru-masak-karya-damhuri-muhammad/ )
Comments
Post a Comment