Resensi
Buku Pengantar Sosiologi Sastra Karya Wiyatmi
Oleh
Nabila Yusufa
Buku
Sosiologi Sastra karangan Wiyatmi
merupakan salah satu jenis buku nonfiksi yang menjelaskan sebuah konsep ilmu sosiologi
sastra. Menjelaskan tentang hubungan antara sosiologi sebagai sebuah ilmu dan
sastra sebagai fenomena masyarakat. Memiliki latar belakang dalam ilmu
kesusasteraan adalah bekal utama yang dimiliki Wiyatmi dalam kepenulisan buku
ini. Menempuh kuliah S1,S2, sampai S3 jurusan Sastra Indonesia di UGM
(Universitas Gadjah Mada) dan sekarang
menjadi dosen di UNY (Universitas Negeri Yogjakarta) dan Lektor Kepala. Selain
menduduki profesi tersebut Wiyatmi juga menjadi seorang penulis dalam beberapa
karyanya. Beberapa contoh karyanya yaitu, Pengantar
Kajian Sastra, Psikologi Sastra-Kritis Sastra Feminis, Sejarah Sastra Indonesia
berperspektif Gender, dan Pengantar
Sosiologi Sastra sebagai buku yang telah diresensi.
Memiliki
latar belakang pada bidang ilmu kesusasteraan memudahkan Wiyatmi menuangkan
ilmunya yang dimediakan menjadi buku. Ditulis dengan tebal 197 halaman dengan
tahun terbit 2013 dan diterbitkan oleh Kanwa Publisher memiliki isi dan gaya tutur
bahasa yang mudah dipahami dan tidak membingungkan pembaca. Sekaligus isi buku
ini dapat diunggah di internet dengan bentuk PDF secara gratis. Hal ini menjadi
nilai ketertarikan dan kelebihan buku Wiyatmi sendiri. Buku yang di tulis Wiyatmi
ini cukup membantu pembaca yang ingin tahu secara lebih lanjut mengenai ilmu
sosiologi sastra sebagai buku pengantar.
Buku
Wiyatmi terbitan tahun 2013 ini dibagi kedalam 7 BAB yang didalamnya terdapat
Sub BAB sebagai penunjang penjelasan yang lebih lengkap. BAB 1 dalam buku ini
menjelaskan bagaimana hakikat ilmu sosiologi sastra semestinya yaitu, sosiologi
adalah ilmu yang bersifat Ilmiah dan Subjektif dan sastra adalah suatu hal yang
bersifat Personal dan Objektif. Walau sosiologi dan sastra memiliki sifat yang
berbeda, namun ilmu sosiologi sastra berusaha mengkaji hubungan-hubungannya
(karya sastra) dalam segi-segi kemasyarakatan (sosial).
Ilmu
ini juga memiliki pertumbuhan dan perkembangan. Yang pada awal mulanya dikemukakan
oleh Plato dan juga muridnya Aristoteles. Yang mengatakan bahwa ini adalah
sebuah tiruan atau sebuah mimises menurut Plato dan sebuah proses kreatif
menurut Aristoeles. BAB 2 dalam buku Wiyatmi menjelaskan pertumbuhan dan
perkembangan ilmu sosiologi sastra serta pemikiran-pemikiran para terdahulu
yang memiliki gagasan terhadap ilmu sosiologi sastra. Setelah Plato dan
Aristoteles sosiologi sastra berkembang lebih jauh lagi oleh Johan Gottfried
von Harder dan Madame de Steal yang beranggapan bahwa ada hubungan antara sastra
dengan lingkungan sosial, iklim, geografi, dan lembaga sosial. Setelah itu
dalam buku ini dilanjutkan perkembangan sosiologi sastra oleh Trine dan Lucien
Goldmann dengan uraian asal-usul (genetik) karya sastra. Setelah itu
perkembangannya ditandai dengan sastra dan marxisme tokohnya yaitu Karl Marx,
Georgi Plekanov, George Lucas, Tolstoy, dan Engels. Dan yang terakhir
dikembangan dengan pemikiran Wellek, Warren, dan Ian Watt. Namun BAB ini memang tidak terlalu
menjelaskan secara terperinci mengenai pemikiran setiap tokoh dan alirannya.
BAB
3 membahas tentang sosiologi pengarang, karya sastra dan pembaca. Hal itu
seperti yang dikemukakan oleh Wellek dan Warren. Dimana diantara ketiganya
sangatlah memiliki hubungan yang erat. Bagaimana pengarang yang mempengaruhi
karya sastra, karya sastra mepengaruhi pembaca atau kondisi masyarakat
(pembaca) yang dapat mempengaruhi kepengarangan dan karya sastra.
BAB
4 menjelaskan mengenai penerbitan dan distribusi karya. Yang utama hubungan
antara penerbit dengan pengarang. Dimana peran penerbit menentukan distribusi
karya tersebut sampai ketangan pembaca. Tidak semudah itu sebuah karya sampai
ketangan masyarakat, biasanya penerbit akan menyeleksi naskah terlebih dahulu,
menetukan bentuk fisik buku, hingga penyampulan buku. Setelah itu adanya
kesepakatan antara penerbit denga pengarang, kesepakatan Royalti atau Beli
Purus. Lalu setelah itu adanya distribusi mengenai hibah dan penjualan.
BAB
5,6 sampai 7 membahas secara lebih lanjut mengenai pemahaman dan contoh
penerapan kajian sosiologi sastra dengan alirannya. Yaitu, sosiologi sastra Marxisme,
strukturalisme genetik, dan teori hegemoni. Pembahasan Wiyatmi mengenai hal ini
dijelaskannya secara singkat. Hal ini terkadang bisa saja membuat pembaca
kurang paham, namun Wiyatmi mengganti penjelasan yang terperinci itu dengan
novel atau karya sastra dari setiap aliran sosiologi sastra. Sebagai pembanding
dalam buku sosiologi sastra karya Sapardi Djoko Damono menjelaskan secara
terperinci mengenai pemikiran setiap tokoh dan apa yang membedakan tiap-tiap
pemikirannya. Tidak kurang dari itu buku ini tetap layak dijadikan sebagai buku
pengantar ilmu sosiologi sastra bagi Mahasiswa, Peminat Sastra maupun kalangan
umum yang ingin membacanya.
Hai Nabila, saya Abdul Fattah. Resensi yang telah anda buat mengenai buku "Sosiologi Sastra" karya Wiyatmi sangat membantu dan menurut saya sudah cukup baik, sederhana, singkat, padat, dan jelas. Terimakasih.
ReplyDelete