PENOKOHAN DALAM CERPEN MALAIKAT JUGA TAHUKARANGAN DEWI LESTARI DANMAAFKAN BUNDA,ANAKKU!” KARANGAN IRNA SYAHRIAL : KAJIAN INTERTEKSTUAL (Oleh: Anisa Yulicahyanti)
PENOKOHAN DALAM
CERPEN MALAIKAT JUGA TAHUKARANGAN DEWI LESTARI DANMAAFKAN
BUNDA,ANAKKU!” KARANGAN IRNA SYAHRIAL : KAJIAN INTERTEKSTUAL
ABSTRAK
Karya sastra sebagai proses kreatif yang merupakan
gambaran masyarakat dibentuk oleh pandangan sang pencipta. Sebuah karya sastra
dapat pula menjadi contoh atau sandaran bagi karya sastra yang lahir
berikutnya. Pada cerpen Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari dan cerpen Maafkan Bunda,Anakku! Karya Irna
Syahrial diindikasikan
mengandung perbedaan serta persamaan didalamnya. Maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menganalisis penokohan dari
cerpen Malaikat Juga Tahu karya Dewi
Lestari dan cerpen Maafkan
Bunda,Anakku! Karya Irna Syahrial Metode yang digunakan adalah
kualitatif dengan kajian intertekstual yang dikemukakan oleh Pradopo. Adapun
dalam penelitian ini didapat hasil yaitu adanya persamaan tokoh kedua cerpen
yang menekankan tokoh yang menderita Down Syndrom. Dalam kedua cerpen ini ditemukan bahwa masyarakat saat ini masih belumpeka terhadap penilaian dan sikap dari seseorang yang mengidap Downsyndrom (Sindroma Down) hal inidibuktikan dengan tokon perempuan itu dalam cerpenMalaikat Juga Tahu yang tidak memahami kondisi siAbang yang tulus mencintainya. Sedangkan padacerpen Maafkan Bunda, Anakku! Tokoh bunda masihbelum bisa menerima kondisi Dani sang anak,padahaldalam kondisi psikologisnya, Dani berada dalam tahapperkembangan yang membutuhkan dukungan darikeluarga nya.
Kata kunci: cerpen, intertekstual, penokohan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Karya sastra adalah hasil karya cipta manusia yang berupa fiksi
yang didalamnya terdapat pesan-pesan atau makna yang ingin disampaikan oleh
penulis kepada pembaca, baik itu berupa karangan ataupun pengalaman pribadi
penulis. Karya sastra tidak terlepas dari penulisnya. Penulis atau
pengarang memberikan intensinya dalam karyanya. Karya sastra merupakan luapan
perasaan, pikiran, dan pengalaman (dalam arti luas) pengarangnya. Sebuah karya
sastra, baik puisi maupun prosa, mempunyai hubungan sejarah antara karya
sezaman, yang mendahuluinya atau yang kemudian. Hubungan sejarah ini baik
berupa persamaan ataupun pertentangan. Seiring dengan kreatifitas yang muncul
dari banyaknya pengarang, tidak dapat dipungkiri adanya karya sastra yang
terinspirasi dari karya lain, adanya jenis karya sastra yang memiliki hubungan
sejarah dengan jenis karya sastra yang berbeda.
Dari penjelasan di atas, dalam tulisan ini penulis akan mengkaji
berdasarkan metode intertekstualitas terhadap dua buah karya yang berbeda namun
memiliki hubungan atau keterkaitan di antara kedua cerpen tersebut. Kedua
cerpen tersebut yaitu menjadikan tokoh yang menderita downsyndrom atau sindroma
down sebagai tokoh dalam penyajiannya.Alasan kami memilih kedua cerpen tersebut karenakankami ingin mengkaji cerpen yang sama-sama memilikitokoh penderita downsyndrom, namun juga berbedadalam sisi perilaku dan kasus yang diceritakan.
Kajian intertekstual berangkat dari pemikiran bahwa kapan pun
karya tak mungkin lahir dari situasi kekosongan budaya. Unsur budaya, termasuk
semua kesepakan dan tradisi di masyarakat. Dalam wujudnya yang khusus berupa
teks-teks kesusastraan yang ditulis sebelumnya. Kajian intertekstualitas
dimaksudkan sebagai kajian terhadap sejumlah teks (sastra), yang diduga
mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu, misalnya untuk menemukan adanya
hubungan unsur-unsur intrinsik seperti ide, gagasan,peristiwa, plot, penokohan,
(gaya) bahasa, dan lainnya, di antara teks yang dikaji.
Secara khusus dapat dikatakan bahwa kajian interteks berusaha
menemukan aspek-aspek tertentu yang telah ada pada karya-karya sebelumnya pada
karya yang muncul lebih kemudian. Tujuan kajian interteks itu sendiri adalah
untuk memberikan makna secara lebih penuh terhadap karya tersebut. Penulisan
dan atau pemunculan sebuah karya sering ada kaitannya dengan unsur
kesejarahannya sehingga pemberian makna itu akan lebih lengkap jika dikaitkan
dengan unsur kesejarahan itu (Teeuw, 1983: 62-5 dalam Rahman dan Abdul
Jalil:2004)
Dalam hal hubungan sejarah antarteks itu, perlu
diperhatikan prinsip intertekstual. Hal ini ditunjukkan oleh Riffaterre dalam
bukunya semiotics of poerty(1978)
bahwa sajak baru bermakna penuh dalam hubungannya dengan sajak lain. Hubungan
ini dapat berupa persamaan atau pertentangan. Dikemukakan Riffterre
(1978:11-23) bahwa sajak (teks sastra) yang menjadi latar penciptaan karya
sastra sesudahnya itu disebut hipogram. Karena
tak ada karya sastra yang lahir itu mencontoh atau meniru karya sebelumnnya
yang diserap dan ditransformasikan dalam karya itu. Karena hal yang demikian
ini, dikatakan oleh Julia Kristeva (Culler,1997:139) bahwa setiap teks sastra
itu merupakan mosaik kutipan-kutipan, penyerapan dan transformasi teks-teks
lain.
Penelitian ini juga mendapat gambaran dari
penelitian KAJIAN INTERTEKSTUAL
PADA NOVEL KEI KARYA
ERNI ALADJAI DAN CERPEN SEBAB AKU
CINTA SEBAB AKU ANGIN KARYA HELVY TIANA ROSA oleh Zahra Sastra
yang ditulis tahun 2016.
Penulis mengkaji cerpen Malaikat Juga Tahu Karangan Dewi Lestari dan Maafkan
Bunda,Anakku! Karangan Irna Syahrial sebagai kajian dalam membanding
suatu teks yang menjadi hipogram atau karya sastra yang menjadi karya
selanjutnya dengan teks yang menjadi teks transformasi yang mana muncul setelah
hipogram muncul.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telahdikemukakan oleh peneliti, penelitian ini dapatdirumuskan “Bagaimana penokohan dalam cerpenMJT karangan Dewi Lestari dan cerpen MBA karangan Irna Syahrial dengan kajian intertekstual”
?
Rumusan masalah ini dapat dikembangkanmenjadi empat pertanyaan penelitian
1.2.1 Bagaimana struktur tema dan penokohandalam cerpen MJT karangan Dewi Lestari dengankajian strukturalisme?
1.2.2 Bagimana struktur tema dan penokohandalam cerpen MBA karangan Irna Syahrialdengan kajian strukturalisme?
1.2.3 Bagaimana struktur penokohan dalamcerpen cerpen MJT karangan Dewi Lestari dancerpen MBA karangan Irna Syahrial dengankajian intertekstual?
1.2.4 Bagaimana interpretasi penokohan dalamcerpen MJT karangan Dewi Lestari dan cerpenMBA karangan Irna Syahrial dengan kajianintertekstual”
?
1.3. Tujuan penelitian
Penelitian kali ini terdiri dari dua tujuan yaitu:
1.3.1. Tujuan Umum:
Penulisan makalah ini bertujuan untuk
mengkaji Penokohan dalam cerpen MJT Karangan Dewi
Lestari dan cerpen MBA karangan Irna
Syahrial menggunakan kajian: Intertekstual
1.3.2 Tujuan Khusus:
1.3.2.1 Mengetahui struktur dan unsur intrinsik dari kedua
cerpen tersebut.
1.3.2.2 Mengetahui bagaimana nilai-nilai sosial yang terkandung
dalam kedua cerpen tersebut dan bagaimana interpretasinya.
1.3.2.3 Mengetahui interpretasi cerpen tersebut menggunakan
kajian intertekstual
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoretis
Menginformasikan struktur cerpen karangan Dewi
Lestari dan Irna Syahrial dengan menggunakan kajian Intertekstual dan bagaimana
perilaku penderita downsyndrom dalam kedua cerpen tersebut dengan menggunakan
kajian intertekstual
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi mahasiswa dan dosen, dapat digunakan
sebagai bacaan dalam memahami teori intertekstual dalam sebuah cerita pendek
dengan mengetahui teori dan pengaplikasiannya dalam makalah ini.
1.4.2.2 Bagi masyarakat, dapat digunakan sebagai
acuan untuk mengetahui bagaimana intertekstual dapat menjadi sarana pengkajian
dalam sebuah karya sastra.
BAB II
KAJIAN
TEORETIS
2.1. Hakikat Cerpen:
Cerita pendek atau
yang lebih dikenal dengan cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa.
Sebuah cerpen mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian,
peristiwa, dan pengalaman. Tokoh dalam cerpen tidak mengalami perubahan
nasib
Cerita pendek, sesuai
dengan namanya, memperlihatkan cirri bahasa yang serba pendek, baik peristiwa
yang diungkapkan, isi cerita, jumlah pelaku, dan jumlah kata yang digunakan
(Priyanti, 2013:5). Adapun ciri-ciri sebuah cerpen adalah sebagai berikut.
1. Bentuk tulisan singkat,
padat, dan lebih pendek daripada novel.
2. Tulisan kurang dari
10.000 kata.
3. Sumber cerita dari
kehidupan sehari-hari, baik pengalaman sendiri maupun orang lain.
4. Tidak melukiskan seluruh
kehidupan pelakunya karena mengangkat masalah tunggal atau sarinya saja.
5. Habis dibaca sekali
duduk dan hanya mengisahkan sesuatu yang berarti bagi pelakunya.
6. Tokoh-tokohnya
dilukiskan mengalami konflik sampai pada penyelesaiannya.
7. Penggunaan kata-katanya
sangat ekonomis dan mudah dikenal masyarakat.
8. Meninggalkan kesan
mendalam dan efek pada perasaan pembaca.
9. Menceritakan satu
kejadian dari terjadinya perkembangan jiwa dan krisis, tetapi tidak sampai
menimbulkan perubahan nasib.
10. Beralur tunggal dan
lurus.
11. Penokohannya sangat
sederhana, singkat, dan tidak mendalam.
Pengertian cerpen menurut Edgar Allan Poe dalam Burhan
Nurgiyantoro (2002): Cerpen atau cerita pendek adalah sebuah cerita yang
selesai dibaca dalam sekali duduk, kira kira selama 30 menit hingga 2 jam-atau
suatu hal yang sekiranya waktu membaca tidak mungkin dilakukan untuk novel.
Sehingga, penulis menyimpulkan bahwa cerpen adalah sebuah cerita
singkat yang padat dan jelas yang memiliki kurang dari puluhan ribu kata yang
bisa dibaca secara singkat selama beberapa menit hingga 2 jam.
Jenis-jenis cerpen
Menurut
Burhan Nurgiyantoro (2002) cerpen terbagi atas beberapa kelas menurut jumlah
katanya:
1. Short short stor, cerpen yang pendek dengan jumlah kata
berkisar 500-an kata.
2. Middle short story, cerpen yang cukupan dengan jumlah kata 500
sampai 4000 kata
3. Long short story, cerpen yang panjang dengan jumlah kata 4000
sampai puluhan ribu kata.
2.2 Struktur Cerpen
2.2.1
Tema
Tema merupakan unsur yang begitu penting dalam pembentukan
sebuah karya prosa, karena tema adalah dasar bagi seorang pengarang untuk
mengembangkan suatu cerita. Sering dijumpai berbagai kekeliruan dalam memaknai
sebuah tema. Tema sering disamakan dengan topik, padahal pengertian dari
keduanya jelas berbeda. Topik dalam sebuah karya prosa adalah pokok
pembicaraan, sedangkan tema adalah gagasan sentral, yakni sesuatu yang hendak
diperjuangkan melalui karya tersebut.
Menurut Stanton (1965:20) dan Kenny (1966:88) tema (theme) adalah
makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Sehingga, tema adalah unsur utama
yang membentuk suatu cerita.
2.2.2
Tokoh
Menurut
Abrams dalam Nurgiyantoro (1995) tokoh cerita (character) adalah orang yang
ditampilkan dalam sesuatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca
ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Tokoh
juga sebagai subjek atau pelaku dalam sebuah cerita, seseorang atau sesuatu
yang memainkan sebuah peran. Sehingga, dalam membuat atau menganalisis
sebuah cerpen, tokoh akan menjadi sesuatu yang paling melekat.
2.2.3 Latar
Menurut
Abrams dalam Nurgiyantoro.1995) latar atau setting yang disebut juga sebagai
landas tumpu, menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa peristiwa yang diceritakan.
Latar
dalam sebuah cerpen biasanya dapat diidentifikasi menjadi sebuah tempat
kejadian atau peristiwa, waktu yang terjadi didalam sebuah cerita dan keadaan
lingkungan sekitarnya atau suasana saat terjadi peristiwa
2.2.4
Alur atau Plot
Alur atau
plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa
sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu
cerita (Siswanto,Wahyudi.2008.Pengantar Teori Sastra)
Stanton (dalam Nurgiyantoro), mengemukakan bahwa
plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu
hanya dihubungkan secara sebab akibat peristiwa yang satu disebabkan
atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Sehingga, plot
adalah urutan sebuah peristiwa yang ada dalam sebuah cerita yang terjadi
akibat adanya pengaruh sebab akibat. Plot terdiri atas Peristiwa, Konflik
dan klimaks. Peristiwa, peralihan suatu keadaan ke keadaan lain. Plot
merupakan hal yang penting karena sebuah cerpen harus memiliki plot yang jelas.
Urutan peristiwa harus dijelaskan secara terperinci sehingga dapat dimengerti
oleh pembaca. Selain itu, adanya konflik dan klimaks juga menjadi bumbu yang
membuat cerita manjadi semakin lebih menarik.
2.2.5 Sudut Pandang
Menurut Abrams pada (Nurgiantoro;1995,38) Sudut pandang atau point
of view, menunjuk pada cara sebuah cerita dikisahkan. Dari sisi mana
sebuah cerita diceritakan, juga merupakan pengertian sudut pandang.
2.2.6 Penokohan
Menurut Jones dalam (Nurgiyantoro:1995)penokohan adalah pelukisan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Penokohan adalah bagaimana pengarang menggambarkan sikap perilaku dari tokoh.
Hal ini dapat diidentifikasi lewat dialog, atau narasi yang dituliskan
pengarang.
2.2.7 Amanat
Siswanti (2008:161-162) Amanat adalah gagasan yang
mendasarikarya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca
dan pendengar, di dalam karya sastra moderen, amanat ini biasanya tersirat di
dalam karya sastra lama pada umumnya amanat tersurat.
2.3 Hakikat intertekstual
Prinsip dasar intertektualitas (Pradopo,1997:28) adalah karya
hanya dapat dipahami maknannya secara utuh dalam kaitannya dengan teks lain
yang menjadi hipogram. Hipogram adalah karya sastra terdahulu yang dijadikan
sandaran berkarya. Hipogram tersebut bisa sangat halus dan juga sangat ketara.
Dalam kaitan ini, sastrawan yang lahir berikut adalah reseptor dan transformator
karya sebelumnya. Dengan demikian, mereka selalu menciptakan karya asli, karena
dalam mencipta selalu diolah dengan pandangannya sendiri dengan horison atau
harapannya sendiri. Penelitian intertekstual sebenarnya merupakan usaha
pemahaman sastra sebagai sebuah “pressuppostition” yakni, sebuah perkiraan
sebuah suatu teks baru mengandung teks lain sebelumnya.
Secara garis besar, penelitian intertekstual memiliki dua fokus:
pertama, meminta perhatian kita tentang pentingnya teks yang terdahulu
(priorteks). Yang kedua, intertekstual akan membimbing peneliti untuk
mempertimbangkan teks terdahulu sebagai penyumbang kode yang memungkinkan
lahirnya berbagai efek signifikansi. Barthes berpendapat, karya sastra yang
anonim sekalipun kadang kadang akan mewarnai peciptaan karya selanjutnya.
2.4 Pengertian Hipogram dan Transformasi
2.4.1 Hipogram
Hipogram dapat diibaratkan sebagai “induk” yang melahirkan
karya-karya baru. Pengidentifikasian hal itu dapat dilakukan dengan
memperbandingkan antara karya “induk” dan karya “baru”.
2.4.2 Transformasi Teks.
Makna kunci istilah “transformasi” adalah “perubahan”, yaitu
perubahan terhadap suatu hal atau keadaan. Di dalam intertekstual,
hubungannya seringkali terjadi kontras-kontras. Hal ini disebabkan cara
mentransformasikan tanda ke dalam cerita berbeda.
Transformasi dapat terjadi dari tanda memetik kata/frase,
memetik dari teks ke teks. Khusus untuk analisis intertekstualitas masalah yang
akan di analisis adalah transformasi dari teks ke teks sebagai faktor
komunikatif cerita.
Proses transformasi dapat dikatakan sebagai proses derivasi
teks. Sumbersumber yang diperoleh seorang pengarang dari teks lain menjadi
bahan atau pengetahuannya dan kemudian bahan itu ditransformasikan ke
dalam karyanya. Transformasi juga sebagai proses aktualisasi ide
pengarang, sehingga faktor individual (subjektivitas) pengarang menjadi
penting.
2.5 Hakikat Downsyndrom (sindroma down)
Merupakan kelainan genetik yang terjadi pada kromosom 21
pada berkas q22 genSLC5A3, yang dapat dikenal dengan melihat
manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada
keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada
tahun 1866 oleh
Dr.John Longdon Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan
yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang
datar menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan mongolisme.
Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi
nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu
pertama kali sindrom ini dengan istilah sindrom Down dan hingga kini penyakit
ini dikenal dengan istilah yang sama.
Sindrom Down dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme genetik yang
berbeda. Hal ini menyebabkan variabilitas yang luas pada gejala individu
kompleks karena gen dan interaksi lingkungan. Sebelum kelahiran, tidak
mungkin untuk memprediksi gejala-gejala bahwa seorang individu dengan sindrom
Down akan berkembang. . Beberapa masalah yang hadir pada saat lahir, seperti
malformasi jantung tertentu. Lain menjadi jelas dari waktu ke waktu,
seperti epilepsi.
Manifestasi yang paling umum adalah sindrom Down memiliki
karakteristik wajah, kerusakan kognitif, penyakit
jantung bawaan (biasanya sebuah cacat
septum ventrikel), pendengaran defisit
(mungkin karena faktor sensorik-saraf, atau serosa kronis otitis
media, juga dikenal sebagai Lem-telinga
), perawakan
pendek, kelainan tiroid, dan penyakit
Alzheimer. Lain yang kurang umum
termasuk penyakit serius leukemia, defisiensi
imun, dan epilepsi.
BAB II
PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi Data
3.1.1 Deskripsi data Objek
Data
|
Malaikat Juga
Tahu
|
Maafkan
Bunda,anakku!
|
Judul
|
Malaikat
Juga Tahu
|
Maafkan
Bunda,anakku!
|
Pengarang
|
Dewi
Lestari
|
Irna
Syahrial
|
Penerbit
|
Bentang Pustaka
|
Dimuat dalam majalah UMMI
|
Tahun Terbit
|
2008
|
2009
|
Tebal Halaman
|
9 halaman
|
3
halaman
|
3.1.2 Sinopsis
3.1.2.1 Cerpen Malaikat Juga Tahu
Seorang wanita yang tegar yang
dipanggil “bunda”,Bunda merupakan pemilik rumah kos yang hidup bersama kedua
anaknya bernama abang dan adek. Abang ini menderita keterbelakangan mental
sehingga dalam usia yang sudah 38 tahun jiwanya masih seperti usia empat
tahunan. Sementara adek merantau ke luar negeri.
Abang bersahabat dekat dengan penghuni
kost hingga ahirnya jatuh hati pada Wanita tersebut, dan tetapi ternyata
si Wanita yang di cintai Abang itu ternyata jatuh cinta pada saudara
Abang yang normal yaitu adek.
Bunda berusaha berbicara dari hati ke
hati denganWanita tersebut, siapa diantara keduanya yang patut untuk dipilih
hingga bunda berkata sesuatu yang paling menyentuh “Dia mencintai tidak
cuma dengan hati. Tapi seluruh jiwanya. Bukan basa-basi surat cinta, tidak Cuma
rayuan gombal, tapi fakta. Adiknya bisa cinta sama kamu, tapi kalau kalian
putus, dia dengan gampang cari lagi. Tapi Abang tidak mungkin cari yang
lain. Dia cinta sama kamu tanpa pilihan seumur hidupnya.”
Setiap malam minggu Bunda selalu
meminta Si Wanita untuk datang ke rumahnya tetapi Wanita tersebut keberatan
hingga ahirnya si Wanita tersebut memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka
semua dan tak pernah kembali.
Bunda selalu menangisi malam
minggunya karena setiap malam minggu abang selalu memberantakan
barang-barangnya kalau beruntung ia akan kelelahan sendiri dan tertidur
dipangkuan ibunya sementara jika tidak ia harus menutup hari anaknya dengan
obat penenang.
3.1.2.2 Cerpen Maafkan Bunda,anakku!
Dani
adalah seorang anak yg mengidap autis, namun Sang Bunda baru mengetahui hal tersebut
dari seorang dokter. Sang bunda pun belum dapat menerima keputusan tersebut
dengan lapang dada. Ia dan Ayah sempat berdiskusi, Ayah membujuk bunda untuk
mengorbankan banyak perhatiannya untuk Dani karena Dani masih dalam tahap
penyembuhan. Setiap hari selama dua bulan, Bunda menemani keseharian Dani namun
Bunda tetap merasa hampa ia merasa seperti tidak dipedulikan oleh anak sendiri.
Dani biasanya memanggil Bi Inah untuk membantunya. Pada suatu hari saat sedang
pergi, ia menyadari selama ini ia belum ikhlas menerima Dani. Namun sayang
sekali hal itu hanya akan bertahan sebagai kekecewaan
3.3 Struktur Cerpen dengan menggunakan Kajian Intertekstual
3.3.1 Tema
Dalam
cerpen Malaikat juga tahu, temanya berisi tentang Bagaimana cara mencintai
seorang wanita dari sisi seorang penderita Downsyndrom (sindroma down).
Sedangkan dalam cerpen Maafkan Bunda,anakku! Temanya berisi
tentang bagaimana seorang ibu yang mencintai anaknya yang seorang
penderita downsyndrom (sindroma down)
Kedua
cerpen tersebut sama sama berisi tentang bagaimana seorang ibu dan anak nya
yang menderita downsyndrom (sindroma down) dan bagaimana cara menyikapinya.
3.3. 2 Tokoh
Tokoh
dalam Cerpen Malaikat Juga Tahu yang pertama adalah Abang, kemudian ada Bunda,
Perempuan itu, dan Adik abang. Sedangkan dalam cerpen Maafkan Bunda,Anakku!
Tokohnya ialah Dani, Bunda, ayah dan pembantu rumah tangga bernama Bi Irah
Tokoh
Abang dan Dani merupakan sama sama tokoh yang mengidap Downsyndrom, sehingga
peranan Abang dan Dani memiliki beberapa kesamaan.
3.3.3 Alur
Dalam
cerpen Malaikat Juga Tahu, alur yang disajikan adalah alur maju mundur, dimana
bunda bercerita tentang keadaan suami dan anak pertamanya. Sedangkan dalam
cerpen Maafkan Bunda,anakku! Alur yang digunakan juga maju mundur dengan ciri
dimana dokter memvonis Dani dengan downsyndrom pada awal awal umur Dani.
3.3.4 Latar
Dalam
cerpen Malaikat Juga Tahu, latar tempat banyak terjadi di rumah kos Bunda, “Rumah Bunda yang besar dan memiliki banyak kamar adalah rumah
kos paling legendaris.”(Recoverso,2008:14) Dengan latar suasana yang haru
dan sedih saat perempuan itu lebih memilih adik abang dibanding dengan abang
yang tulus mencintainya. Sedangkan untuk latar waktu terjadi pada malam hari,
dimana abang dan perempuan itu akan bersama sambil memandangi
bintang “menatap bintang yang bersembulan dari carikan awan kelabu. Saat
yang paling tepat untuk bermalam minggu di
pekarangan.” (Recoverso,2008:14)
Dalam
cerpen Maafkan Bunda,anakku! Latar tempat terjadi di kamar tidur
bunda Kamar Bunda“Sebelum tidur suamiku
mengajakku berbicara”dan Ruang dokter, ruang
ICU. “Dari hasil serangkaian tes serta gejala-gejala yang
diperlihatkannya, besar kemungkinan putra ibu mengalami
autis,”(Majalahummi,2009:15) kata dr. Hadi, dokter yang kami
kunjungi” sedangkan untuk latar suasana, terjadi keharuan dan kesedihan
saat Bunda mengetahui bahwa Dani mengidap Downsyndrom atau sindroma down. Dan
dengan latar waktu malam hari yang dibuktikan dengan “Jam satu malam aku terbangun ketika kudengar Dani mengoceh
sendiri.”(majalahummi,2009:15)
Kedua
cerpen ini memiliki waktu yang sama yakni pada Malam hari dan suasana yang haru
karna terdapat tokoh yang mengidap penyakit Downsyndrom.
3.3.5 Penokohan
Kedua
tokoh bunda dalam kedua cerpen tersebut sama sama baik, penyayang dan
sabar. Dalam Cerpen Malaikat juga Tahu dapat dibuktikan dengan “Bunda menangisi setiap malam Minggu. Tidak pakai air mata
karena ia tidak punya cukup waktu. Ia menangis cukup dalam
hati”(Recoverso,2008:15) Sedangkan dalam cerpen Maafkan Bunda, anakku!
Dapat dibuktikan dengan “Dani, sudah nak. Kalau
pusing kepalanya nanti bisa terbentur di lantai,” kataku berusaha menangkapnya,
tapi terlepas, dia licin seperti belut.(majalah ummi,2009:15)
Lalu
ada tokoh Abang yang tulus, “Tapi kalau ditanya, siapa
yang bisa mencintai kamu paling tulus, Bunda akan menjagokan
Abang.”(Recoverso,2008:15)Dan tokoh Dani yang keras kepala, Dia meronta lebih keras. Tenaganya ternyata cukup kuat untuk
membuat peganganku terlepas. Dengan sebuah hentakan keras Dani melepaskan
diri dariku.(Majalah ummi,2009:16)
Lalu
ada tokoh perempuan itu yang perasa “Perempuan itu mengucap maap berulang kali
di dalam hati”(Recoverso,2008:17) dan tokoh Adik abang yang egois “Ini tidak adil. Ini tidak masuk akal...” protes anaknya
lagi.”(Recoverso,2008:15)“Mereka menolak menjadi bagian dari ritual menjerang
air, cuci baju, dan seratus sabun.”
Dalam Cerpen Maafkan Bunda,Anakku! Terdapat tokoh ayah
yang Bijaksana, perhatian “Sepertinya memang harus ada yang kita
korbankan untuk kesembuhan Dani, Bunda”(Majalah ummi,2009:16)dan tokoh Bi
Irah yang perhatian dan sabar “. Bi Irah mengusap-usap punggung Dani berusaha
menenangkannya.(majalah ummi,2009:16)
3.3.6 Sudut Pandang
Perbedaan sudut pandang
terjadi diantara kedua cerpen ini. Cerpen Malaikat Juga Tahu menggunakan sudut
pandang orang ketiga “Laki-laki dan perempuan itu terbaring di atas rumput,
menatap bintang yang bersembulan dari carikan awan
kelabu.”(Recoverso,2008:14)Sedangkan cerpen Maafkan Bunda,anakku!
Menggunakan sudut pandang orang pertama akuan. “Kepalaku terasa berat. Aku
masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku di tempat
tidur.”(Majalah ummi,2009:15)
3.3.7 Amanat
Amanat dari kedua cerpen ini
adalah bahwa penderita downsyndrom jugalah seorang manusia biasa yang bisa merasakan
cinta, sehingga kita harus memperlakukan mereka dengan cinta. Namun dalam
cerpen Malaikat Juga Tahu, amanat yang ada yaitu jangan mengukur kasih sayang
seseorang dari sudut pandang diri sendiri. Sedangkan dalam cerpen Maafkan
bunda,anakku! Amanat yang dapat diambil yaitu lakukanlah hal terbaik untuk
orang lain selama hidup.
3.3.8 Plot
Peristiwa dalam cerpen Malaikat Juga
Tahu lebih menceritakan tentang abang yang merasa sakit hati karena telah
kehilangan perempuan itu. Konfliknya adalah ketika perempuan itu lebih memilih
bersama adik abang dibanding dengan abang. Klimaks terjadi ketika sang bunda
meminta perempuan itu tetap bersama abang namun ditolak oleh perempuan itu dan
adik abang sehingga mereka pergi dan abang merasa kehilangan.
Peristiwa dalam cerpen Maafkan
Bunda, anakku! Lebih menceritakan tentang bagaimana bunda menghadapi Dani.
Konfliknya adalah ketika bunda merasa belum bisa menerima Dani dan Dani yang
belum terbiasa dengan kehadiran Bunda, klimaks terjadi ketika bunda merasa
bersalah karna selama ini belum bisa menerima Dani.
3.4 Interpretasi kedua cerpen dengan kajian Intertekstual
Saat membaca kedua cerpen
tersebut, kita akan menemui dua benang merah yang menjadi inti masalah atau
inti cerita. Kasus abang dan Dani sebagai penderita downsyndrom atau sindroma
down akan melekat dengan mudah dalam ingatan kita. Yang kedua adalah adanya
tokoh bunda pada kedua cerpen tersebut. Bunda abang dan Bunda Dani memiliki
jenis rasa kasih sayang yang berbeda terhadap anaknya. Namun, dalam kedua
cerpen tersebut juga ada perbedaan didalamnya. Cerpen Malaikat Juga Tahu adalah
cinta dewasa antara Abang, Perempuan itu dan Adik abang. Sedangkan dalam
cerpen Maafkan Bunda,anakku! Adalah cinta antara ibu dan anak. Menginterpretasi cerpen berarti menelaah tema dan
amanatnya. Sebuah karya sastra di ciptakan bukan tanpa tujuan. Ia merupakan
media untuk menyampaikan pikiran, keluhan, harapan, pendapat, atau
pesan. Cerpen mengandung nilai-nilai kehidupan yang bermanfaat bagi
manusia, seperti nilai budaya dan sosial.
3.4.1 Persamaan nilai-nilai sosial budaya
Kedua cerpen ini menampilkan bahwa
masyarakat saat ini masih belum peka terhadap penilaian dan sikap dari
seseorang yang mengidap Downsyndrom (Sindroma Down) hal ini dibuktikan dengan
tokon perempuan itu dalam cerpen Malaikat Juga Tahu yang tidak memahami kondisi
si Abang yang tulus mencintainya. Sedangkan pada cerpen Maafkan Bunda, Anakku!
Tokoh bunda masih belum bisa menerima kondisi Dani sang anak,padahal dalam
kondisi psikologisnya, Dani berada dalam tahap perkembangan yang membutuhkan
dukungan dari keluarga nya. Masyarakat masih memandang sebelah mata terhadap
penderita, padahal seharusnya mereka memberi perhatian lebih terhadap penderita
downsyndrom (Sindroma Down). Kedua cerpen ini menggambarkan bagaimana seorang
ibu dalam mencintai anaknya namun dalam bentuk masalah yang berbeda dikedua
cerita tersebut.
3.4.2 Perbedaan nilai-nilai sosial budaya
Dalam Cerpen Malaikat Juga
Tahu masalah yang dialami oleh tokoh Bunda adalah bagaimana ia mengatasi
masalah ketika Abang jatuh cinta kepada perempuan itu. Namun perempuan itu
lebih memilih Adik Abang. Konflik antara abang yang tidak sempurna membuat
pembaca mampu memahami kondisi Abang lebih baik dan lebih dalam. Sedangkan dalam
Cerpen Maafkan Bunda, Anakku! Masalah yang dihadapi tokoh ibu adalah konflik
batin antara dirinya sendiri. Ia belum bisa memahami kondisi sang anak yang
seharusnya mendapat perhatian lebih, sehingga ditengah cerita ia memutuskan
untuk memberi perhatian lebih kepada anaknya.
3.4.3 Hubungan
kedua cerpen tersebut terhadap hipogram dan transformasi?
Setelah mengkaji kedua cerpen diatas, maka dapat dilihat
bahwa yang menjadi hipogram atau induk karya adalah cerpen Malaikat Juga Tahu
karna cerpen tersebut terinspirasi dari lagu yang ada dalam album Rectoverso
yang dirilis pada tahun 2008. Dan maka Cerpen Maafkan Bunda,anakku!
Yang diterbitkan pada tahun 2009 merupakan transformasinya.
Banyaknya persamaan dalam kedua cerpen tersebut terutama
dalam tokoh utama yang sama sama menderita downsyndrom (sindroma down) menjadi
kunci utama adanya persamaan. Karakter ibu yang penyayang dan sabar juga
menjadi persamaan diantara keduanya.
Dalam menghadapi dan menafsirkan perilaku seorang penderita
downsyndrom, masyarakat saat ini juga masih
belum peka terhadap penilaian dan sikap dari seseorang yang mengidap
Downsyndrom (Sindroma Down) namun, cerpen tersebut membahas cinta dari sudut
masalah yang berbeda. Cinta terhadap lawan jenis dalam cerpen Malaikat Juga
Tahu, dan cinta seorang ibu terhadap anaknya dalam Maafkan Bunda,anakku!
Sehingga dalam penafsirannya akan terdapat dua hal yang berbeda namun memiliki
rasa yang sama.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kajian intertekstual berangkat dari pemikiranbahwa kapan pun karya tak mungkin lahir dari situasikekosongan budaya. Unsur budaya, termasuk semuakesepakan dan tradisi di masyarakat. Dalam wujudnyayang khusus berupa teks-teks kesusastraan yang ditulissebelumnya. Kajian intertekstualitas dimaksudkansebagai kajian terhadap sejumlah teks (sastra),
yang diduga mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu, misalnya untuk menemukan adanya hubungan unsur-unsur intrinsik seperti ide, gagasan,peristiwa,
plot, penokohan, (gaya) bahasa, dan lainnya,
di antara teksyang dikaji.
Secara khusus dapat dikatakan bahwa kajianintertekstual berusaha menemukan aspek-aspektertentu yang telah ada pada karya-karya sebelumnyapada karya yang muncul lebih kemudian. Tujuankajian interteks itu sendiri adalah untuk memberikanmakna secara lebih penuh terhadap karya tersebut. Penulisan dan atau pemunculan sebuah karya seringada kaitannya dengan unsur kesejarahannya sehinggapemberian makna itu akan lebih lengkap jika dikaitkandengan unsur kesejarahan itu (Teeuw,
1983: 62-5 dalam Rahman dan Abdul Jalil:2004).
Secara garis besar, penelitian intertekstualmemiliki dua fokus: pertama, meminta perhatian kitatentang pentingnya teks yang terdahulu (priorteks).
Yang kedua, intertekstual akan membimbing penelitiuntuk mempertimbangkan teks terdahulu sebagaipenyumbang kode yang memungkinkan lahirnyaberbagai efek signifikansi.
Barthes berpendapat, karyasastra yang anonim sekalipun kadang kadang akanmewarnai peciptaan karya selanjutnya.
Dalam makalah kali ini kami mengkaji cerpenmalaikat juga tau dan cerpen maafkan bunda anakku! Tedapat beberapa perbedaan dan persamaan padakedua cerpen tersebut. Persamaan kedua cerpentersebut dapat dilihat dari kedua cerpen inimenampilkan bahwa masyarakat saat ini masih belumpeka terhadap penilaian dan sikap dari seseorang yang mengidap Downsyndrom (Sindroma Down) hal inidibuktikan dengan tokon perempuan itu dalam cerpenMalaikat Juga Tahu yang tidak memahami kondisi siAbang yang tulus mencintainya. Sedangkan padacerpen Maafkan Bunda, Anakku! Tokoh bunda masihbelum bisa menerima kondisi Dani sang anak,padahaldalam kondisi psikologisnya, Dani berada dalam tahapperkembangan yang membutuhkan dukungan darikeluarga nya. Masyarakat masih memandang sebelahmata terhadap penderita, padahal seharusnya merekamemberi perhatian lebih terhadap penderitadownsyndrom (Sindroma Down). Dan perbedaan padakedua cerpen ini dapat dilihat dari tema cerita padacerpen malaikat juga tahu menceritakan bagaimanacara mencintai seorang wanita dari sisi seorangpenderita Downsyndrom (sindroma down) dan temapada cerpen maafkan bunda anakku! tentangbagaimana seorang ibu yang mencintai anaknya yang seorang penderita downsyndrom (sindroma down).
4.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dandetails dalam menjelaskan tentang pendekatanintertekstual di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat di pertanggungjawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan, dapat pula menanggapikesimpulan dari bahasan makalah yang telah penulisjelaskan.
LAMPIRAN
Tema
Malaikat Juga
Tahu
|
Maafkan
Bunda,Anakku!
|
Bagaimana cara
mencintai seorang wanita dari sisi seorang penderita Downsyndrom (sindroma
down)
|
Tentang
bagaimana seorang ibu yang mencintai anaknya yang seorang penderita
downsyndrom (sindroma down)
|
Tokoh
Malaikat Juga
Tahu
|
Maafkan
Bunda,Anakku!
|
1. Bunda
2. Abang
3. Perempuan itu
4. Adik abang
|
1. Dani
2. Bunda
3. Ayah
4. Bi Irah
|
Alur
Malaikat Juga
Tahu
|
Maafkan
Bunda,Anakku!
|
Alur Maju
Mundur
|
Alur Maju
Mundur
|
Latar
|
Malaikat
Juga Tahu
|
Maafkan
Bunda, Anakku!
|
Latar
Tempat
|
Rumah
kos bunda
“Rumah Bunda yang besar dan memiliki banyak kamar adalah rumah
kos paling legendaris.”(Recoverso,2009:14)
|
Kamar
Bunda
“Sebelum tidur suamiku mengajakku berbicara”
Ruang
dokter, ruang ICU.
“Dari hasil serangkaian tes serta gejala-gejala yang
diperlihatkannya, besar kemungkinan putra ibu mengalami autis,” kata dr.
Hadi, dokter yang kami kunjungi”
(Majalah ummi,2009:15)
|
Latar
Suasana
|
Sedih
saat perempuan yang dicintainya lebih memilih adiknya
|
Sedih
saat mengetahui anaknya divonis dokter down syndrom
|
Latar
Waktu
|
Malam
hari “menatap bintang yang bersembulan dari carikan awan kelabu. Saat yang
paling tepat untukbermalam minggu di pekarangan.”(Recoverso,2008:14)
|
Malam
hari “Jam satu malam aku terbangun ketika kudengar Dani mengoceh sendiri.”
(Majalah ummi,2009:15)
|
Penokohan
Malaikat juga
Tahu
|
Maafkan Bunda
Anakku!
|
1. Bunda: baik, penyayang, sabar.
“Bunda menangisi setiap malam Minggu. Tidak pakai air mata
karena ia tidak punya cukup waktu. Ia menangis cukup dalam hati”
(Recoverso,2008:15)
|
1. Bunda:
baik, penyayang, sabar
“Dani,
sudah nak. Kalau pusing kepalanya nanti bisa terbentur di lantai,” kataku
berusaha menangkapnya, tapi terlepas, dia licin seperti belut.
(Majalah ummi,2009:16)
|
2. Abang: Tulus
“Tapi kalau ditanya, siapa yang bisa mencintai kamu paling
tulus, Bunda akan menjagokan Abang.”(Recoverso,2008:15)
|
2. Ayah:
Bijaksana, perhatian
“Sepertinya
memang harus ada yang kita korbankan untuk kesembuhan Dani, Bunda”
(Majalah ummi,2009:16)
|
3. Perempuan itu: Perasa
“Perempuan
itu mengucap maap berulang ‘kali di dalam hati
(Recoverso,2008:17)
|
3. Dani:
keras kepala
Dia
meronta lebih keras. Tenaganya ternyata cukup kuat untuk membuat peganganku
terlepas. Dengan sebuah hentakan keras Dani melepaskan diri
dariku (Majalah ummi,2009:15)
|
4. Adik: Egois
“Ini tidak adil. Ini tidak masuk akal...” protes anaknya
lagi.”
“Mereka menolak menjadi bagian dari ritual menjerang air, cuci
baju, dan seratus sabun.
(Recoverso,2008:15)
|
4. Bi
Irah: Perhatian, sabar
“.
Bi Irah mengusap-usap punggung Dani berusaha menenangkannya.
(Majalah ummi,2009:16)
|
Sudut Pandang
Malaikat Juga
Tahu
|
Maafkan bunda
anakku!
|
Sudut
pandang orang ketiga:
“Laki-laki
dan perempuan itu terbaring di atas rumput, menatap bintang yang bersembulan
dari carikan awan kelabu.”
(Recoverso,2008:14)
|
Sudut
pandang orang pertama: “aku”
“Kepalaku
terasa berat. Aku masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku di tempat tidur.”
(Majalah ummi,2009,15)
|
Amanat
Malaikat juga
tahu
|
Maafkan
bunda anakku!
|
Jangan
mengukur kasih sayang seseorang dari sudut pandang diri sendiri
|
Lakukanlah
hal terbaik untuk orang lain selama hidup
|
Daftar
Pustaka
Abrams, M.H. 1979. The Mirror and The Lamp. London-New
York: Oxford
University Press.
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra.
Yogyakarta: C A P S
(Center For
Academik Publishing Service)
Lestari, Dee. 2008. Recoverso. Jakarta: BentangPustaka.
Nurgiantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University
Press.
Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta:
C A P S (Center
For
Academik Publishing Service).
Syahrial, Irna. 2009. Majalah UMMI no.
04/XXI/Agustus 2009/1431 H.
Teew, A. 2016. Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: Pustaka
Jaya.
Comments
Post a Comment