Muhammad Kahfi
Judul Buku : Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia
Judul Buku : Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia
Penulis Buku : Dr. Wiyatmi, M.Hum.
Penerbit Buku : Kanwa Publisher
Cetakan : 1, 2013
Tebal Buku : 197 halaman
Sinopsis Sosiologi Sastra : Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia
Sosiologi Sastra merupakan kajian
interdisipliner untuk mengemukakan seluk beluk masyarakat yang hidup disuatu
zaman atau wilayah yang tak terekam oleh mata orang – orang milenial. Namun,
dengan suatu karya sastra dan dikaji dengan pendekatan ini membuat penggambaran
besar suatu zaman tertentu yang memuat adat istiadat atau kultur masyarakat
suatu zaman untuk diketahui oleh para sosiolog zaman milenial.
Dalam tiap pendekatan ilmiah memiliki banyak
sub kajian yang menjadi perhatian para peneliti untuk menggunakannya dalam
penelitiannya. Khususnya penelitian dibidang sosiologi yang notabenenya harus
bersifat objektif. Menekankan pada aspek pembelajaran mengenai pengaplikasian
tiap – tiap sub kajian sosiologi sastra menjadi kepentingan yang diperlukan
bagi para akademisi.
Gambaran secara umum mengenai hasil tulisan
Ibu Wiyatmi ini lebih kepada bagaimana Sosiologi Sastra dalam pandangan seorang
Dosen Universitas Negeri Yogyakarta untuk menginformasikan secara aplikatif
kepada para Mahasiswa khususnya sebagai bahan ajar. Terlebih kapasitas dirinya
sebagai lulusan Sastra Indonesia, Universitas Gadjah Mada menjadikannya sebagai
Dosen yang diakui secara de facto karena keilmuannnya.
Isi buku ini lebih kepada makna dan hakikat
Sosiologi Sastra itu sendiri sebagai Ilmu Interdisipliner, lalu Perkembangan
Sosiologi Sastra yang mencakup pada sub kajian sosiologi yang lebih menampilkan
sebagian besar pada kajian Marxis atau Golongan Kiri yang dikenal sosialis.
Mungkin memang ideologi seorang Ibu Wiyatmi sendiri. Lalu, ada Sosiologi
Penerbitan dimana membahas akan adanya pengaruh penerbitan kepada suatu
masyarakat pembaca buku yang diterbitkan oleh penerbit itu. Lalu, satu hal unik
yang ia angkat yakni Distribusi karya sastra. Yap, mengenai pembagian honor
antar penerbit dengan pengarang atau penulis menjadi perhatian bagi Ibu Wiyatmi
pula.
Keilmuannya sudah tidak diragukan lagi,
terlebih ia tidak hanya membuat buku sosiologi sastra saja. Buku lainnya
seperti Kritik Sastra Feminis (2006), Psikologi Sastra (2009), Sejarah Sastra
Indoensia Perspektif Gender (2012), dan lainnya.
Setiap buku atau suatu karya pasti tidak luput dari
sorotan penilaian dari masyarakat. Memang jikalau karya kita atau orang lain
sudah memiliki beberapa cetakan berkali – kali sudah menjadi hal yang lumrah
jikalau penulis atau pengarangnya yang mungkin sekaliber atau memiliki
kapasitas yang cukup mempuni. Menurut saya, buku tersebut memiliki kadar
keilmuan yang cukup pas untuk para akademisi khususnya mahasiswa seperti saya,
bahasa dan penyampaiannya yang menyasar kaum akademisi dirasa baik untuk sebuah
buku ilmiah. Namun, bagi kalangan akademisi tingkatan tinggi seperti jenjang S2
atau S3 dirasa buku ini kurang kompleks bahasannya, mengingat semakin sulitnya
tiap jenjang di tiap universitas.
Lalu, seperti yang saya bilang tadi terdapat pemahaman
yang berbeda dan kebutuhan akan ilmiah yang kurang bagi jenjang tinggi seperti
S2 atau S3 yang semakin kompleks. Saya coba membandingkan buku non fiksi ini dengan
buku non fiksi lain. Seperti pada karya Pak Sapardi yang memiliki tema yang
sama mengenai Sosiologi Sastra dimana Pak Sapardi memaparkan hasil – hasil
penelitian secara aplikasi seperti pada tingkat S2 atau S3 yang memang butuh
asupan produktif untuk memberi gambaran secara kompleks. Masing – masing buku
memiliki kebutuhan yang dibutuhkan tiap – tiap orang.
Comments
Post a Comment