Delapan Bab
Sosiologi Sastra Wiyatmi
Judul :
Sosiologi Sastra. Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia
Penulis :
Wiyatmi
Penerbit :
Kanwa Publisher
Tahun : 2013
Tebal :
197 hlm
ISBN : 978-979-153-830-5
Kajian karya yang didekati dari sudut pandang sosiologi semakin banyak dijumpai, baik dalam rangka penelitian, skripsi, tesis, disertasi, maupun karya ilmiah. Dari adanya hal tersebut, hadirlah buku yang berjudul Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap
Sastra Indonesia yang ditulis oleh Wiyatmi. Seorang akademisi kelahiran Purworejo, 10
Mei 1965. Wiyatmi sudah akrab dengan dunia bahasa dan sastra sejak belia. Hasil
dari keakrabannya diwujudkan dengan teori-terorinya yang dibukukan tidak lain
untuk memberi ilmu dan pelajaran tentang kesusastraan Indonesia. Ia menulis
buku berjudul Kritik Sastra Feminis:
Teori dan Aplikasinya dalam Sastra Indonesia , Pengantar Kajian Sastra,
Psikologi Sastra, dan Sejarah Sastra
Indonesia Berspektif Gender.
Dalam buku setebal 197
halaman, akan Anda jumpai delapan bab yang membahas kesusastraan dalam segi
sosial; adalah kajian atas fenomena masyarakat yang dituangkan dalam sebuah
karya sastra. Dimulai dengan bab yang berisi tentang hakikat sosiologi juga
sastra itu sendiri. Jenis-jenis dan hubungannya dengan lingkungan sosial.
Pertumbuhan dan perkembangan sosiologi sastra, menerangkan teori Plato dan
Aaristoteles, teori-teori Rene Wellek, Karl Max. penerapan sosiologi sastra,
hegemoni, dan yang paling saya suka dari buku ini ialah pada bab struktural
genetiknya.
Pada bab ini menulikan
analisis Strukturalisme terhadap beberapa karangan, yaitu novel. Karangan yang
disuguhkan merupakan sastra lama beberapa menunjukan latar kolonialisme.
“Kalau negeri Belanda dan orangnya itu Cuma begini
keadaannya, betul tidak seharusnya kita orang HIndia mesti diperintah oleh
orang Belanda” begitu kata Hijo dalam hatinya (SH, hlm. 59) (Wiyatmi, hlm. 150).
Dari cuplikan-cuplikan
didalamnya, selain menambah daya tarik untuk terus membaca, Wiyatmi menuntun
pembaca untuk menelaah sebuah karya sastra melalui fenomena lingkungan
didalamnya yaitu dengan sosiologi sastra. Dari sini pula, saya mendapat pembuktian
atas opini dosen saya “Disaat semua mulut
terbungkam disitulah sastra angkat suara..” pastinya interdisiplin ilmu ini
akan menarik dan menggandeng disiplin ilmu lain seperti sejarah. Maka sastra
diam-diam akan membungkam sejarah secara subjektif, tentunya.
Comments
Post a Comment