KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN
![]() |
ANALISIS HEGEMONI KUNANG-KUNANG DI LANGIT JAKARTA KARYA AGUS NOOR
Dosen Pengampu: Dr. Fathiaty Murtadho,
M.Pd
Disusun Oleh:
Fauziannisa
Pradana Putri
2125164796
Program
Studi Sastra Indonesia
Fakultas
Bahasa Dan Seni
Universitas
Negeri Jakarta
2018
DAFTAR
ISI
Daftar Isi....................................................................................................................................2
Abstrak......................................................................................................................................3
Bab 1
Pendahuluan....................................................................................................................4
A. Latar Belakang
.............................................................................................................4
B.
Tujuan
Penelitian..........................................................................................................4
C.
Rumusan
Masalah.........................................................................................................4
Bab 2 Pembahasan.....................................................................................................................5
A. Pendekatan Analisis yang
digunakan.............................................................................5
B.
Karakteristik
Karya Sastra.............................................................................................6
C.
Hasil
Analisis.................................................................................................................7
Bab 3
Kesimpulan....................................................................................................................11
Daftra Pustaka
............................................................................................................,............12
ABSTRAK
Hegemoni sangat berkaitan erat dengan kekuasaan dominan yang
terjadi di masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap hegemoni
kekuasaan dan kekerasan yang tercermin dalam cerpen Kunang-kunang di Langit
Jakarta karya Agus Noor yang berkaitan dengan tragedi kerusuhan 1998.
Metodologi yang digunakan ialah kualitatif dengan teknik deskriptif isi. Objek
penelitian ini ialah cerpen Kunang-kunang di langit Jakarta karya Agus
Noor dengan fokus masalah mengenai konsep dan aspek hegemoni kekuasaan
dan kekerasan dalam cerpen Kunang-kunang di Langit Jakarta karya Agus
Noor. Teori yang dipakai ialah teori yang dikemukakan oleh Antonio
Gramsci (1891-1937) terkait konsep hegemoni. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa terdapat unsur hegemoni kekuasaan dan kekerasan yang dilakukan kaum
lelaki kepada perempuan dan juga terdapat hegemoni pemerintah terhadap
rakyatnya yang terdapat pada cerpen Kunang-kunang di Langit Jakarta
karya Agus Noor.
Kata Kunci: Hegemoni, Tragedi
1998, Kunang-kunang di langit Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
kehidupan sosial, terdapat pengaruh kekuasaan suatu kelompok atau seseorang
terhadap kelompok lainnya. Contoh nyatanya ialah kekuasaan yang dimiliki oleh
seorang pemimpin negara terhadap rakyatnya. Namun, bagi Gramsci melalui teori
hegemoninya, kekuasaan yang dimiliki
seseorang ialah sebagai jembatan untuk menanamkan pengaruh-pengaruhnya dengan
cara kekerasan dan juga persuasi.
Di Indonesia sendiri,
hegemoni kekuasaan suatu kelompok pernah benar-benar terasa ketika tahun 1998.
Pada saat itu, terjadi pembantaian besar-besaran dan dimimetiskan dalam bentuk
cerpen yang berjudul Kunang-kunang di Langit Jakarta oleh Agus Noor. Cerpen tersebut terkesan romantis namun
mengandung unsur yang miris. Maka dari itu, latar belakang dari penelitian ini
ialah dengan mengungkap sejauh mana hegemoni kekuasaan dan kekerasan yang
tercermin dalam cerpen Kunang-kunang di langit Jakarta karya Agus Noor.
B.
Tujuan
Dari latar
belakang masalah tersebut, tujuan dalam penelitian ini ialah:
1.
Memahami
konsep hegemoni Antonia Gramsci dan sturuktural Burhan
2.
Membedah
karya sastra dengan pendekatan Hegemoni Sosiologi Sastra dalam cerpen Kunang-kunang
di langit Jakarta karya Agus Noor.
C.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
struktural dalam cerpen Kunang-kunang di langit Jakarta karya Agus Noor?
2.
Bagaimana
hegemoni kekuasaan dalam cerpen Kunang-kunang di langit Jakarta karya
Agus Noor?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendekatan Analisis yang Digunakan
1.
Teori
Struktural Burhan
Karya sastra dapat dipahami secara struktural. Maksudnya ialah dengan
memandang teks sastra berdasarkan unsur-unsur yang ada di dalamnya untuk
diidentifikasi dan dipahami relasinya sebagai satu kesatuan yang kompleks. Burhan
membagi menjadi dua unsur, yaitu unsur
Instrinsik dan Unsur Ekstrinsik.
Unsur Instrisik adalah unsur pembangun dalam suatu karya sastra
yang terdiri dari Tema, Alur , tokoh dan
penokohan, dan Latar. Sebenarnya masih banyak lagi, tetapi yang cocok untuk
dianalisis hanya itu. Sedangkan unsur ektrinsik dipahami sebagai unsur
pembangun diluar teks karya sastra tersebut. Dan unsur ekstrinsik yang
membangun untuk di analisis ialah terkait sosial dan hegemoni kekuasaan.
2.
Hegemoni
Antonio Gramsci
Hegemoni merupakan bidang ilmu dalam Sosiologi yang dikemukakan
oleh Antonio Gramsci (1891-1937). Pemikirannya berkembang ketika ia dipenjara
dan akhirnya menulis sebuah buku yang berjudul ‘Selection From The Prissons
Notebook’. Hegemoni menurut KBBI yaitu
pengaruh kepemimpinan, dominasi, kekuasaan, dan sebagian suatu negara atas
negara lain (atau negara bagian). Sedangkan
Teori Hegemoni Gramsci meneliti
bentuk-bentuk politis, kultural, dan ideologis tertentu, yang lewatnya, dalam
suatu masyarakat yang ada, suatu kelas fundamental dapat membangun
kepemimpinannya sebagai sesuatu yang berbeda dari bentuk-bentuk hegemoni yang
bersifat memaksa. (Faruk, 2003 :63)
Hegemoni merupakan hubungan antara kelas dengan kekuatan sosial
lain. kelas hegemonik(kelas yang memimpin) menurut Gramsci adalah kelas
mendapatkan persetujuan dari kekuatan dan kelas sosial lain dengan cara
menciptakan dan mempertahankan sistem aliansi melalui perjuangan politik dan
ideologis, simon dalam (Wiyatmi, 2013: 164)
Secara sederhana, hegemoni merupakan suatu dominasi kekuasaan suatu
kelas sosial atas kelas sosial lainnya, melalui kepemimpinan intelektual dan
Moral yang dibantu dengan penindasan. Bisa juga hegemoni didenifisikan sebagai
dominasi oleh suatu kelompok terhadap kelompok lain dengan atau tanpa
kekerasan, sehingga ide-ide dari kelompok dominasi dapat diterima sebagai suatu
yang wajar.
Gramsci pun menjabarkan ada tiga bidang pembagian hegemoni yaitu konsep ekonomi,
negara (political society) dan masyarakat sipil (civil society).
Menurut Nugroho,
Ekonomi bagi Gramsci adalah istilah untuk
menunjukkan mode of production yang paling
dominan dalam sebuah masyarakat. Cara produksi tersebut terdiri dari teknik
produksi dan hubungan sosial produksi yang ditumbuhkan atas munculnya perbedaan
kelas-kelas sosial dalam arti kepemilikan produksi. Sementara negara merupakan
tempat hadirnya praktek-praktek kekerasan (polisi dan aparat kekerasan lainnya)
dan tempat terjadinya pendirian birokrasi negara. Gramsci mengindentikkan birokrasi
negara sebagai pelayanan sipil, kesejahteraan dan institusi pendidikan.
Sedangkan konsep masyarakat sipil (civil society) merupakan
organisasi di luar negara dalam sebuah formasi sosial di luar bagian sistem
produksi material dan ekonomi, yang didukung dan dilaksanakan oleh orang atau
komponen di luar batasan di atas. (Noto Susanto Nugroho, Maret 16, 2015)
Negara adalah kompleks menyeluruh aktivitas-aktivitas teoritis dan
praktis yang dengannya kelas penguasa tidak hanya membenarkan dan mempertahankan
dominasinya, elainkan juga berusaha memenangkan kesetujuan aktif dari mereka
yang diperitahnya (Faruk, 2003:77)
B.
Karakteristik Karya Sastra
Begitu banyak definisi tentang
sastra. Salah satu batasan sastra adalah segala sesuatu yang tertulis atau
tercetak. Namun beberapa ilmuwan mulai beralih pendapat, bahwa sastra ialah
berkaitan erat dengan kebudayaan. Maka dari itu, untuk memberi definisi
terhadap Sastra adalah membatasinya dengan ‘mahakarya’. Baik berupa prosa,
drama, ataupun puisi. Maka dapat disimpulkan menurut pandangan Rene Wellek dan
Austin dalam bukunya Teori Kesusastraan, bahwa perbedaan sastra dan
bukan sastra ialah berasal dari bahasa dan bentuknya. Jika diambil dari pemahaman tersebut, maka
cerpen Kunang-kunang di langit Jakarta merupakan sebuah karya sastra
yang ditulis oleh Agus Noor.
Cerpen merupakan suatu karya sastra berjenis prosa. Karakteristik
yang lekat dari cerpen ialah berbentuk narasi. Karakteristik berikutnya dalam
cerpen ialah bersifat fiksional. Karena baik peristiwa maupun tokoh merupakan
karangan yang Si Pengaramg tulis.
Menurut Burhan (1994:12) Cerpen
sendiri bervariasi. Ada cerpen pendek (short
short story), bahjan mungkin pendek sekali: berkisar 500an kata; ada yang
panjangnya cukupan (middle short story), serta ada cerpen yang panjang (long
short story), yang terdiri dari puluhan (atau bahkan ribuan kata) . Cerpen
dan Novel memang memiliki persamaan dan perbedaan, tentunya. Kedua karya sastra
tersebut termasuk ke dalam jenis prosa dan juga dibangun oleh unsur-unsur
pembangun yang sama. Yaitu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Maka dari
itu, Novel dan cerpen sama-sama memiliki unsur peristiwa, plot, tema, tokoh,
latar, sudut pandnag ataupun amanat.
C.
Hasil Analisis
1.
Struktural
Cerpen Kunang-kunang di langit Jakarta karya Agus Noor
Berdasarkan teori struktural yang dipaparkan Rene Wellek dan
Austin, struktural cerpen Kunang-kunang di langit Jakarta karya Agus
Noor ialah sebagai berikut:
Yang pertama Tema, tema dari
cerpen tersebut ialah tragedi. Tragedi yang terjadi di Jakarta pada sepuluh
tahun lalu. Terbukti dari kutipan berikut ini:
”Lihatlah api yang berkobar itu.
Setelah api itu padam, orang-orang menemukan tubuhku hangus tertimbun
reruntuhan….” (Agus Noor p.
Yang kedua ialah Alur.
Alur dalam cerpen ini ialah regresif yaitu urutan ceritanya tidak kronologis.
Dimulai dari perbincangan sepasang kekasih Peter dan Jane, lalu perjumpaan
pertama Peter dan Jane, dilanjutkan dengan kedatangan Peter dan Jane ke
Jakarta, melihat ribuan kunang-kunang, dan yang terakhir yaitu kematian Peter
yang menyebabkan Jane kembali ke Jakarta.
Yang ketiga ialah Tokoh dan Penokohan. Tokoh utama dalam cerpen
ini ialah Jane yang memiliki penokohan seorang perempuan, sabar, dan bersifat
melankolis. Hal tersebut terlihat dari kutipan,
Mata Jane selalu berkaca-kaca setiap
kali menyaksikan itu; membayangkan Peter ada di antara jutaan kunang-kunang
yang memenuhi langit Jakarta itu. Itulah sebabnya kunang-kunang dan kenangan
selalu membuatnya kembali ke kota ini. (Agus Noor p.
Tokoh yang berikutnya ialah Peter.
Penokohan Peter ialah seorang lelaki ahli zoologist, pemberani, dan
berambisi. Hal tersebut terbukti dari
kutipan,
Mata Peter akan berbinar setiap menceritakannya. Ia termasuk
keturunan langsung spesies kura-kura yang diamati Charles Darwin ketika
merumuskan teori evolusinya pada abad ke-19. Berapa kali ia sudah mendengar
Peter mengatakan itu?
Tokoh berikutnya ialah Kunang-kunang. Kunang-kunang dalam cerpen
ini digambarkan sebagai roh-roh penasaran
yang merupakan korban dari pemerkosan. Hal tersebut terbukti dari kutipan,
”Ini kunang-kunang istimewa, bukan
golongan Lampyridae pada umumnya. Para
penduduk setempat percaya, kunang-kunang ini berasal dari roh penasaran. Roh
para perempuan yang diperkosa….”
”Lihatlah gedung yang gosong itu.
Di situlah mereka memerkosa saya….”
”Mereka begitu beringas!”
”Mayat saya sampai sekarang tak
pernah ditemukan.”
”Roh kami kemudian menjelma
kunang-kunang….”
Yang keempat ialah
Latar. Latar tempat dan waktu dalam cerpen ini beragam. Fokus latar tempat
dalam cerpen ini ialah di Jakarta, tepatnya di deretan gedung-gedung gosong
bekas kebakaran. Waktu yang tergambar dalam cerpen tersebut ialah sekitar malam
hari. hal tersebut terbukti dari kutipan,
Ini jelas bukan kota yang ada dalam daftar yang ingin
dikunjunginya pada musim libur. Peter membawanya ke permukiman padat kota tua
tak terawat.
Malam itu ia
merasakan sentuhan dan pelukan Peter meresap begitu dalam. Ciuman-ciuman yang
tak akan terlupakan. Ciuman-ciuman yang paling mengesankan di bawah hamparan
cahaya kunang-kunang. Ciuman-ciuman yang selalu membawanya kembali ke kota ini
dan kenangan.
2.
Hegemoni dalam
cerpen Kunang-kunang di langit Jakarta karya
Agus Noor
Bagi
Gramsci, Negara tidak hanya menyangkut aparat-aparat pemerintah tetapi juga
aparat-aparat hegemoni atau masyarakat sipil. Masyarakat sipil yang berkuasa
bisa saja berbuat kekerasan untuk membuat tatanan ideologis mereka diterapkan
di suatu masyarakat.
Pada
cerpen Kunang-kunang di Langit Jakarta terdapat unsur-unsur yang
menyatakan hegemoni kekuasaan. Hegemoni tersebut menerangkan kekuasaan yang
tinggi yaitu lelaki ke kaum yang lebih
lemah yaitu perempuan. Seperti pada
kutipan,
Ia menyaksikan seorang perempuan berkulit
langsat diseret beberapa lelaki kekar bertopeng. Asap hitam membumbung....
perempuan itu menjerit dan meronta, diseret masuk ke dalam toko yang sudah
ditinggalkan penghuninya. (Agus Noor, 2016, p. 206)
Dari kutipan tersebut, sangat jelas bahwa seorang lelaki
memanfaatkan kekuatannya untuk memperkosa wanita-wanita, khususnya wanita
tionghoa. Para lelaki yang melakukan kerusuhan tersebut memperkosa perempuan
sebagai suatu paham bahwa hal tersebut ialah lumrah. Gramsci pun pernah
menjabarkan bahwa adanya hegemoni sebagai upaya untuk menanamkan ideologi agar
diterima sebagai sesuatu yang wajar dan lumrah. Keadaan sosial pada waktu itu
ialah golongan tionghoa menjadi sasaran
kekerasan kerusuhan karena dianggap menjadi dalang menurunnya stabilitas
perkenomian negara. Dengan begitu motif balas dendam dengan cara kekerasan,
kerusuhan, pemerkosaan dan penindasan menjadi satu-satunya cara untuk
mengungkapkan ada kekuasaan yang lebih tinggi dibanding masyrakat tionghoa. Penindasan
terhadap kaum sosial lain pun sangat terlihat pada kutipan berikut,
Ia seperti menyaksikan api yang
melahap pusat perbelanjaan. Menyaksikan orang-orang yang berteriak-teriak marah
dan menjarah. (Agus Noor, 2016, p. 205-206)
Gramsci menjelaskan bahwa, hegemoni biasanya diiringi oleh
tindak kekerasan. Dari kutipan tersebut, jelas bahwa terdapat unsur hegemoni.
Karena terdapat kata ‘marah’ dan ‘menjarah’. Bentuk kata tersebut memiliki arti
negatif yang mengarah pada kekerasan.
“Lihatlah gedung gosong itu! Di
situlah mereka memerkosa saya..”
“Mereka begitu beringas!”
“Mayat saya sampai sekarang tak
pernah ditemukan.” (Agus Noor, 2016, p. 206)
Kekerasan yang dilakukan oleh para lelaki terhadap wanita pada
cerpen tersebut, begitu menggambarkan kekejian yang sangat menyakitkan. Tindak Bahkan di cerpen tersebut roh-roh
perempuan yang diperkosa dimetamorfosakan menjadi kunang-kunang, seperti pada
kutipan berikut,
Kunang-kunang itu adalah jelmaan
roh perempuan korban kerusuhan. Roh perempuan yang disiksa dan diperkosa. (Agus
Noor, 2016, p. 207)
Hegemoni kekuasaan juga tampak dari hegemoni politik yang terdapat
dalam cerpen tersebut.
Peter
dilenyapkan karena berusaha menghubung-hubungkan fenomena kunang-kunang itu
dengan kerusuhan yang bertahun-tahun lalu terjadi di kota ini. Ia pernah
mendengar tentang para aktivis yang lenyap di kota ini. (Agus Noor, 2016, p. 208)
Di Jakarta, hal yang berhubungan dengan
kestabilitasan negara siapapun pasti akan dilenyapkan. Sebagai contoh misalnya
seorang aktivis yang bernama Wiji Thukul. Beliau juga dilenyapkan hanya karena
menyindir otoriter pemerintah dengan puisi-puisi pada zamannya. Begitulah
kekuasaan penguasa yang dicerminkan juga pada cerpen ini. Peter yang merupakan
seorang zoologist sekaligus peneliti, ingin mengungkap kebenaran tentang jutaan
kunang-kunang yang menurutnya berhubungan erat dengan pembataian bertahun-tahun
yang lalu. hanya saja, bagi penguasa hal itu sangat tersinggung dan dengan
segala kekuasaannya, Peter dilenyapkan daripada mengungkap lebih dalam terkait
pembataian yang terjadi di kota tersebut.
Hegemoni pemerintah juga terlihat
dari kekuasaan pemerintah untuk membuat suatu peraturan dan ketetapan yang
harus dijalankan warganya. Dalam cerpen ini, kekuasaan pemerintah terlihat dari
dengan menjadikannya gedung-gedung bekas kerusuhan menjadi objek pariwisata.
Dengan begitu, pemerintah mendapatkan uang dan meningkatkan perekonomian, hal
tersebut terbukti dalam kutipan berikut,
Pemerintah
daerah kemudian menetapkan gedung-gedung gosong itu menjadi cagar budaya dan
wisata—banyak turis yang datang menyaksikan. Kemunculan kunang-kunang itu telah
menjadi event tahunan. (Agus Noor, 2016, p. 208-209)
BAB 3
KESIMPULAN
Penelitian yang
bejudul Analisis Hegemoni dalam Cerpen Kunang-kunang di Langit Jakarta Karya
Agus Noor terdapat beberapa
kesimpulan.
Yang pertama
ialah, ditemukannya aspek hegemoni kekuasan dan kekerasan yang dilakukan oleh
pihak yang dominan yaitu para lelaki kepada pihak yang lemah yaitu
perempuan-perempuan, khususnya perempuan tionghoa. Aspek hegemoninya seperti
kekerasa, penjarahan, kerusuhan, dan pemerkosaan. Hal tersebut dijelaskan dari
beberapa kutipan yang terdapat dari cerpen tersebut.
Yang kedua ialah,
ditemukannya aspek hegemoni negara, yaitu pemerintah kepada warga sipil.
Penguasanya ialah pemerintah dan warga sipilnya ialah tokoh bernama Peter.
Aspek hegemoninya ialah kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA
Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar
Ringkas. Jakarta: Depdikbud.
Faruk. 2003. Pengantar Sosiologi
Sastra: dari Strukturalisme Genetik sampai Post-modernisme. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Nugroho, Noto Susanto. (2015, Maret
16). Menelusuri Teori Hegemoni Antonio Gramsci. Diambil dari https://terataknugroho.wordpress.com/2015/03/16/menelusuri-teori-hegemoni-antonio-gramsci/ (Diunduh pada tanggal 21 Juni 2018 pukul 14.47 WIB)
Nurgiantoro,
Burhan. 1994. Teori Pengakajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Noor, Agus. 2017. Cinta Tak
Pernah Sia-sia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Saptono. Teori Hegemoni Sebuah Teori
Kebudayaan Kontemporer.
Wiyatmi. 2013. Sosiologi Sastra:
Sebuah Pengantar. Yogyakara: Kawla Publisher.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAssalamu'alaikum caa makalahnya udah runtut ca sesuai sama teori cuma ada sedikit masalah nih dibagian tulisan golongan tionghoa. Setahuku T nya itu gede. Terus tambahan mungkin alangkah baiknya. Dosen yang mengajar matkul tersebut disebutin semua. Saran sih hehe... oh iya satu lagi penulisan kutipan agak kurang konsisten terutama tnda halaman. Semangat caa...🙏
ReplyDelete