Skip to main content

ASPEK SOSIAL PADA CERPEN MANUSIA API + MINDMAP Oleh Hermawati


ASPEK SOSIAL PADA KUMPULAN CERPEN DUNIA SUKAB YANG BERJUDUL MANUSIA API KARANGAN SENO GUMIRA AJIDARMA (DITINJAU SOSIOLOGI SASTRA)
Makalah Ini dibuat sebagai salah satu Tugas UAS Mata Kuliah Keterampilan Menulis yang diampu oleh Dr. Fathiaty Murtadho, M.Pd dan Dr. Gres Grasia Azmin, M.Hum.



Disusun Oleh:
Hermawati
2SIS2
2125163027

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018








KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami ucapkan puji dan syukur atas kehadirat-NYA, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang  ASPEK SOSIAL DALAM CERPEN MANUSIA API KARANGAN SENO GUMIRA ADJIDARMA DENGAN KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA
Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan referensi dari buku, dan jurnal. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada:
1)      Ibu Dr. Fathiaty Murtadho, M.Pd. dan Dr. Gres Grasia Azmin, M.Hum.
2)      Serta teman-teman yang ikut membantu memberi pendapat.
Terlepas dari semua itu, kami masih menyadari banyaknya kekurangan dari  segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.





                                                                                                                  Jakarta, 06 Juli 2018

                                                                                                                                    PENULIS



DAFTAR ISI















ABSTRAKSI

 

Salah satu jenis karya sastra yang populer adalah cerpen,  kelebihan dalam plot yang ringkas, cerpen memberikan gambaran kondisi sosial tentang kehidupan masa tertentu salah satunya masa krisis moneter yaitu tahun 1998-1999. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan cerpen Manusia Api karangan Seno Gumira Ajidarma sebagai objek dengan tujuan dapat memberikan pengetahuan agar pembaca tidak melupakan sejarah serta berpikir bijak. Metode yang digunakan adalah deskripsi analisis  dengan menggunakan teori sosiologi karya sastra terutama Aspek sosial untuk melihat potret moral, dan ekonomi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa aspek  sosial yang terdapat di dalam cerpen Manusia Api dengan menggunakan tinjauan sosiologi karya sastra adalah 1) Unsur  Moral anarkis yaitu membakar ratusan manusia di dalam bangunan; 2) unsur moral: menutupi fakta untuk kepentingan tertentu, khususnya politik di zaman orba. dan 3) unsur ekonomi yaitu perekonomian merosot banyak orang menganggur.



Kata Kunci: Cerpen Manusia Api, Aspek  Sosial, unsur Struktur, Sosiologi Sastra.









BAB I  PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Karya sastra lahir sebagai alat pembelajaran A. Teeuw (2013) kata sastra berasal dari bahasa Sanskerta yaitu sas yang artinya alat dan tra yang artinya belajar. Jadi, sastra dapat dimaknai narasi yang berisi pelajaran hidup. Sastra juga memiliki fungsi lain menurut Marx dan Engels (1848) yaitu  sastra merupakan refleksi kenyataan dan karya sastra lahir tidak semata-mata  dari kekosongan budaya maka  sastralah yang menjadi alat monitor sosial.
 Aristosteles berpendapat bahwa sebuah karya sastra terjadi karena proses kreatif. Hal inipun didukung oleh pengertian Aristosteles yaitu sastra merupakan “sebuah ciptaan, sebuah kreasi bukan pertama-tama sebuah imitasi. Sang seniman menciptakan sebuah dunia baru dengan meneruskan proses penciptaan di dalam semesta alam bahkan menyempurnakannya,” (van Luxemburg, 1992, hlm.  5).  Dengan demikian, sebuah karya sastra lahir menjadi indah dan bernilai ketika mengalami proses kreatif. Sementara itu, Plato mengemukakan bahwa karya sastra adalah tiruan kehidupan masyarakat. Di dalam proses karya sastra, kita juga perlu memahami jenis-jenis sastra sehingga kita dapat membedakan jenis karya sastra, dan dapat memahami lebih jauh mengenai hal tersebut. Karya sastra berdasarkan genre atau aliran memiliki tiga jenis yaitu  drama, puisi, dan cerpen/novel. Jenis karya sastra cerpen adalah sebuah narasi fiksi yang berjumlah dua atau empat halaman yang dapat dibaca sambil duduk dan tidak memerlukan waktu yang banyak.
Pada tulisan ini, peneliti menetapkan cerpen Manusia Api Karangan Seno Gumira Ajidarma sebagai objek karena cocok dianalisis dengan pendekatan sosiologi sastra. Penelitian ini akan dikaitkan dengan fakta-fakta yang terjadi di dalam teks sehingga akan mudah diperoleh klasifikasi dengan pendekatan struktural. Penelitian ini menggunakan analisis struktural untuk melihat kedalaman cerita yang dimulai dari tema, latar (waktu) , dan konflik. Pendekatan struktural Nurgiyantoro (2015) terbagi menjadi unsur intrinsik yaitu melihat ke dalam struktur karya sastra yang membangun cerita tersebut seperti tema (ide pokok), latar (landasan tumpu), dan yang lainnya sebelum melihat unsur yang berada di luar karya sastra (ekstrinsik). Dalam hal ini, adalah penting untuk melihat unsur luar karya sastra yaitu sosiologi sastra.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimana struktur pada cerpen Manusia Api?
1.2.2 Bagaimana ekstrinsik (Aspek Sosial) pada cerpen Manusia Api karangan Seno Gumira dengan pendekatan Sosiologi Sastra.

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.3.1 Tujuan Umum dalam penelitian ini untuk menjelaskan struktural dan Aspek Sosial
1.3.2 Tujuan Khusus dalam penelitian ini untuk memberi informasi kepada peneliti lain serta agar tidak melupakan sejarah serta dapat bersikap bijak.



BAB II  LANDASAN TEORI

2.1 CERPEN

Istilah cerpen menurut Edgar  Allan Poler (dalam Jassin)  “cerpen adalah cerita yang berjumlah pendek dapat dibaca tidak lebih dari beberapa menit. Kira-kira sampai dua jam—sesuatu hal yang kiranya tidak mungkin dilakukan untuk sebuah novel.” (Nurgiyantoro, 2015, hlm.  12) Sedangkan “menurut  Notosusanto (dalam Tarigan)  adalah cerita pendek yang panjangnya sekitar 500 kata atau kira-kira 17 belas halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri,” (Tri Wulandari, 2012, hlm. 8 )

2.2 ASPEK SOSIAL

Istilah Aspek sudah tidak asing lagi dalam penelitian. Aspek merupakan sebuah ukuran untuk mengetahui kriteria masalah.
  Menurut  Herinanto Aspek adalah cara memandang struktur temporal intern suatu situasi. Situasi dapat berupa keadaan, peristiwa, dan proses . Lebih lanjut Soelaeman (1999) mengungkapkan makna sosia sebagai aksi dan interaksi dan fenomena  sosial. Interaksi sosial merupakan faktor utama dalam kehidupan Sosial. Sedangkan Menurut Soekanto (2012) Aspek sosial perlu mempelajari masalah –masalah sosial karena ia merupakan aspek tata kelakuan sosial. Jadi wujud aspek sosial adalah masalah sosial, politik, ekonomi, moral bahkan agama. (Desi  Setianingsih, 2016, hlm.  3)
Aspek merupakan indikator dalam penyusun skala item yang menyusun suatu rangkaian acuan. Sedangkan  menurut Widhiarso. Aspek   adalah penjabaran kontrak ukur yang lebih operasional sebelum dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator perilaku yang lebih operasional (Widhiarso, 2010, hlm.1).
Dengan demikian, aspek merupakan indikator skala sebagai acuan yang belum memiliki ketergantungan interpendensinya.

 

2.3 SOSIOLOGI SASTRA

Istilah Sosiologi Sastra pertama kali lahir untuk melihat hubungan atau peran sosial di dalam karya sastra. Sosiologi Sastra  Swingewood (1972) merupakan ilmu yang lahir dengan dukungan ranah ilmiah yang bersifat objektif sementara sastra merupakan ranah media yang bersifat subjektif. Namun bukan berarti sosiologi tidak dapat menjadi kombinasi dengan ilmu lain seperti sastra yang bersifat subjektif. Alhasil pada masa kini sosiologi sastra telah banyak dipelajari di ranah analisa sastra.
Jadi sosiologi sastra adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia di dalam sastra.  Wiyatmi (2013) dalam pembagiannya, menurut Wellek dan Warren membedakan sosiologi sastra menjadi tiga jenis yaitu sosiologi pengarang, karya sastra, dan pembaca. Sosiologi pengarang mempermasalahkan status sosial, ideologi politik, dan lainnya yang menyangkut diri pengarang. Sosiologi karya sastra mempermasalahkan suatu karya sastra itu sendiri. Yang menjadi pokok permasalahan adalah apa yang tersirat di dalam karya sastra yang dimaksud serta tujuan dan amanatnya, sedangkan  sosiologi pembaca mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra terhadap masyarakatnya.

   

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Data

Seno Gumira Adjidarma lahir di Boston, Amerika Serikat pada tanggal 19 Juni 1958. Sekarang beliau berusia 59 tahun. Beliau membuat beberapa cerpen dan telah menerima banyak penghargaan. Salah satu cerpennya yaitu Dunia Sukab merupakan cerpen yang menggambarkan penokohan Sukab yang berbeda di setiap cerita. Dunia Sukab merupakan buku kumpulan cerpen yang berhasil dibukukan pertama kali oleh Kompas dan dicetak oleh penerbit Naura (Mizan Publika) yang terdiri dari 230 halaman.  Dunia sukab merupakan terbitan pertama, dicetak 2016 berjumlah 230, dengan tokoh yang sama tetapi plot yang dimiliki  berbeda.

3.2 SINOPSIS

Dikisahkan beberapa lelaki sedang bermain gaplek di depan bekas bangunan terbakar. Kemudian, mereka mendengar suara rintihan dan hentakan kaki orang di bangunan tersebut bahkan sebuah tangisan. Hal ini membuat semua orang ngeri dan membuat mereka ingin membakar bangunan itu pada kesempatan manapun. Bangunan itu  dulunya bekas pembakaran masal, mereka di jarah, dikurung bersama-sama dan dibakar, saat itu mereka  berlari-larian kesana kemari meminta pertolongan namun tak ada yang menolong sehingga mereka mati dalam kondisi tidak rela. Inilah sebabnya mereka gentayangan dan meraung-raung setiap malam. Tangisan pilu mereka terdengar sampai ke warga, sampai pula pada pak Camat. Camat Sukab mendapat permintaan dari warga agar bangunan tersebut dibangun kembali. Camat sukab  mengatakan pemilik tidak punya modal lagi untuk membangun kembali tempat itu. Orang mendengar rintihan itu tidak bisa membantu arwah gentayangan itu. Manusia api yang berlalu lalang setiap  malam menghantui semua orang yang lewat di depan bangunan, seraya meminta keadilan untuk ditegaskan. Akhirnya sampai juga manusia api tersebut bertemu dengan salah satu pelaku pembakaran itu. Kemudian Camat Sukab bertemu dengan mereka yang melakukan pembakaran gedung tersebut.



3.3. ANALISIS KONDISI DALAM CERPEN MANUSIA  API DENGAN SOSIOLOGI SASTRA

Penelitian ini mengungkapkan fakta-fakta yang ada dalam teks dengan unsur  tema,  latar serta konflik lalu kemudian  mengaitkan dengan sosiologi karya sastra  yaitu Aspek sosial  . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif  yaitu analisis isi . Adapun untuk membuat penelitian ini  maka langkah pertama adalah membaca semua literatur berkaitan dengan  teori dan penelitian-penelitian sebelumnya.   Kedua merangkaikan semua hasil membaca dalam bentuk uraian.
Berdasarkan penelitian maka analisis ini dijabarkan sebagai berikut:
Cerita manusia api bertemakan sikap warga  tentang bekas bangunan  pembakaran manusia di tahun 1998.  Cerita ini bercerita reaksi masyarakat kampung yang terusik dengan suara tangisan-tangisan pilu bekas bangunan terbakar. Peristiwa itu terjadi setelah setahun terjadinya pembakaran dan penjarahan di tahun 1998. Hal ini dapat dilihat di dalam salah satu kutipan ini:
Kira-kira setahun kemudian, ketika peristiwa itu mulai dilupakan orang, mereka yang main gaple di bekas bangunan yang terbakar itu semakin sering mendengar suara-suara. (Seno Gumira, 2016, hlm. 93)
Di dalam cerita pendek Manusia api ini berlatarkan  bekas penjarahan dan pembakaran, di mana ratusan manusia dikumpulkan dan dibakar hidup-hidup. Berikut ini kutipannya:
...”Apakah adil beratus-ratus orang dibakar dan tidak ada yang peduli bahwa kesengajaan itu jahat sekali? “...
...Penduduk Kampung di Belakang bekas bangunan yang terbakar itu juga selalu mendengarnya... (Seno Gumira, 2016, hlm.  94)
Konflik di dalam cerita manusia Api menceritakan tokoh roh yang bergentayangan menangis pilu yang meminta keadilan kepada warga sekitar. Di dalam cerita pendek ini konflik terlihat jelas pada peristiwa orang-orang mengetahui mereka menjerit karena suatu alasan, mereka mengingatkan peristiwa  krusial di tahun sebelumnya yaitu pembakaran, penjarahan dan pemerkosaan yang  terjadi di mana-mana.  Maka kutipan ini dapat dilihat di bawah ini:
Begitulah, sambil main gaple karena tiada lagi yang terasa indah dan membahagiakan selain main gaple di masa krisis ini, mereka bercakap-cakap ke sana ke mari dari malam ke malam, sampai segala suara dari bekas bangunan yang terbakar itu mengingatkan  mereka kembali kepada peristiwa itu, ketika seluruh penjuru kota diguncang oleh pembakaran, penjarahan, dan pemerkosaan. (Seno Gumira, 2016, hlm.  93)
Aspek  Sosial dalam cerpen Manusia Api.
Berdasarkan penelitian maka   aspek sosial  dalam cerpen manusia api dapat dijabarkan sebagai berikut:
ASPEK MORAL  di tahun 1998 adalah kondisi yang sangat krusial karena telah terjadi pembakaran ratusan manusia. Bukti kekejaman masyarakat di tahun tersebut  mengingatkan warga-warga sekitar. Jadi apabila melakukan kejahatan maka akan selalu diingat oleh orang. Bukti ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut:
“ Itulah Suara orang-orang yang terbakar dulu,” Kata Satpam...
“Siapa yang dulu orang-orang yang tahu-tahu ikut main gaple dengan kita di sini, Bang?”
              “Wah siapa ya?”
“Mereka itulah yang mengajak orang menjarah, lantas membakar orang-orang itu.”
              “Kok tahu?”
“Semua orang juga tahulah, Bang! Mereka datang membawa jerigen berisi bensin dan membakar bangunan, mereka giring orang-orang masuk toko untuk menjarah, lantas mereka kepung dengan api, lantas lari.” (Seno Gumira,  2016, hlm. 92)
ASPEK EKONOMI,  masyarakat setahun setelah 1998 banyak warga kelas menengah ke bawah menganggur karena kondisi krisis moneter, dan sebagian besar warga menghabiskan waktu  bermain gaple yang menjadi  rutinitas sehari-hari mereka.
Begitulah, sambil main gaple karena tiada lagi yang terasa indah dan membahagiakan selain main gaple di masa krisis ini, mereka bercakap-cakap ke sana ke mari dari malam ke malam, sampai segala suara dari bekas bangunan yang terbakar itu mengingatkan  mereka kembali kepada peristiwa itu, ketika seluruh penjuru kota diguncang oleh pembakaran, penjarahan, dan pemerkosaan. (Seno Gumira, 2016, hlm. 93)
ASPEK MORAL  masyarakat yang masih takut mengungkapkan fakta pelaku sebenarnya, ditandai oleh kutipan di bawah ini.
“ Mau mu apa? Jadi taman bermain untuk anak-anak? Apa yang kamu harap dari sebuah tempat di mana dua ratus orang sengaja dibakar sekaligus tanpa bisa ditolong? Apa yang kamu harap? Kamu harap tempat itu membahagiakan semua orang? Apakah adil beratus-ratus orang dibakar dan tidak ada yang peduli bahwa kesengajaan itu jahat sekali?”
             “Aduh jangan marah dong, Bang!”
              Satpam itu makin nyolot.
“Makanya kalau ngomong jangan asal sembarangan. Aku sudah bertahun-tahun jadi satpam di sini, tidak pernah terjadi apa-apa kecuali kadang-kadang ada orang mabok ke sasar...” (Seno Gumira, 2016, hlm.  94)
ASPEK MORAL di tahun 1999,  setelah pembakaran tersebut banyak cara untuk mempertahankan sebuah kepentingan politik. Bekas pembakaran ribuan manusia itu adalah bukti kekerasan sebuah politik. Terdapat dalam kutipan:
“Pemiliknya tidak punya modal lagi untuk membangun kembali tempat ini. Kalau punya pun pasti sudah kapok. Takut jadi sasaran lagi.”ujar Camat Sukab.
“Heran, untuk apasih nyasar-nyasar orang?”
“Itulah permainan politik, Dil, politik yang kotor.”
“Jadi mesti diapain suara-suara rintihan ini pak?”
“Wah, ini sih nggak ada di textbook, Dil.” (Seno Gumira,2016, hlm. 96)


BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan penelitian ini sebagai berikut:
Penelitian yang berjudul ASPEK SOSIAL PADA KUMPULAN CERPEN DUNIA SUKAB YANG BERJUDUL MANUSIA API KARANGAN SENO GUMIRA AJIDARMA (DITINJAU SOSIOLOGI SASTRA) maka memiliki tema sikap warga kepada bekas bangunan pembakaran manusia. Kondisi masyarakat setahun setelah 1998, warga yang mengingat peristiwa pembakaran, penjarahan sering mengingatkan peristiwa kejam tersebut, sisa-sisa itu bahkan membuat mereka tidak nyaman. Munculnya sosok manusia api dalam peristiwa tersebut memberi permintaan untuk keadilan mereka yang terbunuh tidak ikhlas. Dalam cerpen tersebut segala kepentingan politik akan dipertahankan secara kuat meskipun dengan cara apapun, meskipun itu  bukti kekuasaan jika perlu untuk menutup-nutupi kekejaman pemerintahan yang terjadi pada masa sebelumnya. Oknum tertentu rela melakukan tindak melanggar HAM.

4.2 SARAN

Kami menyadari bahwa isi dari tulisan ini jauh dari kata sempurna, sehingga peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik untuk karya yang mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Damono, Sapardi Djoko. (1978). Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Edisi
Kedua. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen  Pendidikan dan Kebudayaan.
Luxemburg, Jan van. (1984). Pengantar Ilmu Sastra (cetakan ke-4). (Dick Hartono,
Penerjemah). Jakarta: Gramedia Penerbit Utama.
Nurgiyantoro, Burhan. (2015). Teori Pengkajian Fiksi (cetakan ke-11). Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada Press.
 Setianingsih, Dewi . (2016). Aspek Sosial dalam Novel Orang-orang Pulau Karya Giyani. Dengan Tinjauan Sosiologi Sastra dan Relevansinya dalam       Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas (Publikasi Ilmiah). 21 Juni 2018. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses dari http://eprints.ums.ac.id/29911.

Teeuw, A. (2013). Sastra dan Ilmu Sastra (cetakan ke-4). Bandung: Pustaka Jaya.
Widhiarso, Wahyu. (2010). Perbedaan Pengertian Aspek dan Dimensi dalam     Pengembangan Alat Ukur. 21 Juni 2018.   Fakultas Psikologi UGM. Diakses dari http://widhiarso.staff.ugm.ac.id.
Wiyatmi. (2013). Sosiologi Sastra. Yogyakarta. Kanwa Publisher.
Wulandari, Tri. 2012. Analisis Penokohan dalam Kumpulan Cerpen Lukisan Kaligrafi Karya A. Mustofa Bisri (SKRIPSI).   07 Juli 2018. Fakultas Keguruan  dan  Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret  Diakses dari http://digilib.uns.ac.id

LAMPIRAN

Description: thumbnail.jpg
(Cover depan)
Description: thumbnail 2.jpg
                                                                   (Cover Belakang)



LAMPIRAN MINDMAP

Comments

Popular posts from this blog

PENOKOHAN DALAM CERPEN MALAIKAT JUGA TAHUKARANGAN DEWI LESTARI DANMAAFKAN BUNDA,ANAKKU!” KARANGAN IRNA SYAHRIAL : KAJIAN INTERTEKSTUAL (Oleh: Anisa Yulicahyanti)

PENOKOHAN DALAM CERPEN  MALAIKAT JUGA TAHU KARANGAN DEWI LESTARI DAN MAAFKAN BUNDA,ANAKKU!”  KARANGAN IRNA SYAHRIAL : KAJIAN INTERTEKSTUAL ABSTRAK Karya sastra sebagai proses kreatif yang merupakan gambaran masyarakat dibentuk oleh pandangan sang pencipta. Sebuah karya sastra dapat pula menjadi contoh atau sandaran bagi karya sastra yang lahir berikutnya. Pada c erpen Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari dan cerpen  Maafkan Bunda,Anakku! Karya Irna Syahrial   diindikasikan mengandung perbedaan serta persamaan didalamnya. Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penokohan dari cerpen Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari dan cerpen  Maafkan Bunda,Anakku! Karya Irna Syahrial  Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan kajian intertekstual yang dikemukakan oleh Pradopo. Adapun dalam penelitian ini didapat hasil yaitu adanya persamaan tokoh kedua cerpen yang menekankan tokoh yang menderita Down Syndrom. Dala...

KONFLIK DALAM LAKON MENTANG-MENTANG DARI NEW YORK KARYA MARCELINO ACANA JR. (KAJIAN SOSIOLOGI)

Bima Dewanto Program Studi Sastra Indonesia Abstrak Budaya dan tradisi masyarakat di dunia memiliki keanekaragaman yang sangat banyak. Masing-masing dari budaya yang mereka miliki berasal dari latar belakang sosial yang khas dan budaya yang berbeda satu sama lain. Setiap kelompok masyarakat membawa kebiasaan dan tradisi masing-masing dalam kehidupannya sehari-hari. Tradisi yang mereka jalankan adalah hasil dari pembelajaran, perkembangan, dan proses yang mereka jalani bersama masyarakat lainnya. Proses ini membentuk identitas budaya dalam diri individu sehingga memotivasi seseorang untuk belajar tentang sikap dari kelompok masyarakat sendiri maupun kelompok masyarakat lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyajikan kepada pembaca mengenai konflik dalam lakon Mentang-mentang dari New York. Metode yang digunakan merupakan metode deskriptif dengan teknik analisis kualitatif. Objek dari penelitian ini ialah naskah drama Mentang-mentang dari New York karya Marcellino Aca...

Sosiologi Sastra : Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia

Muhammad Kahfi Judul Buku : Sosiologi Sa s tra: Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia Penulis Buku : Dr. Wiyatmi, M.Hum. Penerbit Buku : Kanwa Publisher Cetakan : 1, 2013 Tebal Buku : 197 halaman Sinopsis Sosiologi Sastra : Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia Sosiologi Sastra merupakan kajian interdisipliner untuk mengemukakan seluk beluk masyarakat yang hidup disuatu zaman atau wilayah yang tak terekam oleh mata orang – orang milenial. Namun, dengan suatu karya sastra dan dikaji dengan pendekatan ini membuat penggambaran besar suatu zaman tertentu yang memuat adat istiadat atau kultur masyarakat suatu zaman untuk diketahui oleh para sosiolog zaman milenial. Dalam tiap pendekatan ilmiah memiliki banyak sub kajian yang menjadi perhatian para peneliti untuk menggunakannya dalam penelitiannya. Khususnya penelitian dibidang sosiologi yang notabenenya harus bersifat objektif. Menekankan pada aspek pembelajaran mengenai pengaplikasian tiap – t...