ASPEK SOSIAL PADA KUMPULAN CERPEN
DUNIA SUKAB YANG BERJUDUL MANUSIA API KARANGAN SENO GUMIRA AJIDARMA (DITINJAU SOSIOLOGI
SASTRA)
Makalah
Ini dibuat sebagai salah satu Tugas UAS Mata Kuliah Keterampilan Menulis yang
diampu oleh Dr. Fathiaty Murtadho, M.Pd dan Dr. Gres Grasia Azmin, M.Hum.

Disusun
Oleh:
Hermawati
2SIS2
2125163027
PROGRAM
STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami ucapkan puji dan syukur atas kehadirat-NYA,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang ASPEK SOSIAL DALAM CERPEN MANUSIA API
KARANGAN SENO GUMIRA ADJIDARMA DENGAN KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA
Makalah
ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan referensi dari buku, dan jurnal.
Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada:
1) Ibu
Dr. Fathiaty Murtadho, M.Pd. dan Dr. Gres Grasia Azmin, M.Hum.
2) Serta
teman-teman yang ikut membantu memberi pendapat.
Terlepas
dari semua itu, kami masih menyadari banyaknya kekurangan dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima kritik dan saran dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah
ini
dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
Jakarta, 06 Juli 2018
PENULIS
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI
Salah satu jenis karya sastra yang populer adalah
cerpen, kelebihan dalam plot yang
ringkas, cerpen memberikan gambaran kondisi sosial tentang kehidupan masa
tertentu salah satunya masa krisis moneter yaitu tahun 1998-1999. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan cerpen Manusia
Api karangan Seno Gumira Ajidarma sebagai objek dengan tujuan dapat
memberikan pengetahuan agar pembaca tidak melupakan sejarah serta berpikir
bijak. Metode yang digunakan adalah deskripsi analisis dengan menggunakan teori sosiologi karya
sastra terutama Aspek sosial untuk melihat potret moral, dan ekonomi. Dari hasil
penelitian ditemukan bahwa aspek sosial
yang terdapat di dalam cerpen Manusia Api
dengan menggunakan tinjauan sosiologi karya sastra adalah 1) Unsur Moral anarkis yaitu membakar ratusan manusia
di dalam bangunan; 2) unsur moral: menutupi fakta untuk kepentingan tertentu,
khususnya politik di zaman orba. dan 3) unsur ekonomi yaitu perekonomian
merosot banyak orang menganggur.
Kata Kunci: Cerpen Manusia Api, Aspek
Sosial, unsur Struktur, Sosiologi
Sastra.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Karya
sastra lahir sebagai alat pembelajaran A. Teeuw (2013) kata sastra berasal dari bahasa Sanskerta
yaitu sas yang artinya alat dan
tra yang artinya belajar. Jadi,
sastra dapat dimaknai narasi yang berisi pelajaran hidup. Sastra juga memiliki
fungsi lain menurut Marx dan Engels (1848) yaitu sastra merupakan refleksi kenyataan dan karya
sastra lahir tidak semata-mata dari kekosongan
budaya maka sastralah yang menjadi alat
monitor sosial.
Aristosteles berpendapat bahwa sebuah karya
sastra terjadi karena proses kreatif. Hal inipun didukung oleh pengertian
Aristosteles yaitu sastra merupakan “sebuah ciptaan, sebuah kreasi bukan
pertama-tama sebuah imitasi. Sang seniman menciptakan sebuah dunia baru dengan
meneruskan proses penciptaan di dalam semesta alam bahkan menyempurnakannya,”
(van Luxemburg, 1992, hlm. 5). Dengan demikian, sebuah karya sastra lahir
menjadi indah dan bernilai ketika mengalami proses kreatif. Sementara itu,
Plato mengemukakan bahwa karya sastra adalah tiruan kehidupan masyarakat. Di
dalam proses karya sastra, kita juga perlu memahami jenis-jenis sastra sehingga
kita dapat membedakan jenis karya sastra, dan dapat memahami lebih jauh
mengenai hal tersebut. Karya sastra berdasarkan genre atau aliran memiliki tiga
jenis yaitu drama, puisi, dan cerpen/novel.
Jenis karya sastra cerpen adalah sebuah narasi fiksi yang berjumlah dua atau
empat halaman yang dapat dibaca sambil duduk dan tidak memerlukan waktu yang
banyak.
Pada
tulisan ini, peneliti menetapkan cerpen Manusia
Api Karangan Seno Gumira Ajidarma sebagai objek karena cocok dianalisis dengan
pendekatan sosiologi sastra. Penelitian ini akan dikaitkan dengan fakta-fakta
yang terjadi di dalam teks sehingga akan mudah diperoleh klasifikasi dengan
pendekatan struktural. Penelitian ini menggunakan analisis struktural untuk
melihat kedalaman cerita yang dimulai dari tema, latar (waktu) , dan konflik.
Pendekatan struktural Nurgiyantoro (2015) terbagi menjadi unsur intrinsik yaitu
melihat ke dalam struktur karya sastra yang membangun cerita tersebut seperti
tema (ide pokok), latar (landasan tumpu), dan yang lainnya sebelum melihat
unsur yang berada di luar karya sastra (ekstrinsik). Dalam hal ini, adalah
penting untuk melihat unsur luar karya sastra yaitu sosiologi sastra.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.2.1
Bagaimana struktur pada cerpen Manusia Api?
1.2.2
Bagaimana ekstrinsik (Aspek Sosial) pada cerpen Manusia Api karangan Seno
Gumira dengan pendekatan Sosiologi Sastra.
1.3
TUJUAN PENULISAN
1.3.1
Tujuan Umum dalam penelitian ini untuk menjelaskan struktural dan Aspek Sosial
1.3.2
Tujuan Khusus dalam penelitian ini untuk memberi informasi kepada peneliti lain
serta agar tidak melupakan sejarah serta dapat bersikap bijak.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
CERPEN
Istilah
cerpen menurut Edgar Allan Poler (dalam
Jassin) “cerpen adalah cerita yang
berjumlah pendek dapat dibaca tidak lebih dari beberapa menit. Kira-kira sampai
dua jam—sesuatu hal yang kiranya tidak mungkin dilakukan untuk sebuah novel.” (Nurgiyantoro,
2015, hlm. 12) Sedangkan “menurut Notosusanto (dalam Tarigan) adalah cerita pendek yang panjangnya sekitar
500 kata atau kira-kira 17 belas halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan
lengkap pada dirinya sendiri,” (Tri Wulandari, 2012, hlm. 8 )
2.2
ASPEK SOSIAL
Istilah
Aspek sudah tidak asing lagi dalam penelitian. Aspek merupakan sebuah ukuran
untuk mengetahui kriteria masalah.
Menurut Herinanto Aspek adalah
cara memandang struktur temporal intern suatu situasi. Situasi dapat berupa
keadaan, peristiwa, dan proses . Lebih lanjut Soelaeman (1999) mengungkapkan
makna sosia sebagai aksi dan interaksi dan fenomena sosial. Interaksi sosial merupakan faktor
utama dalam kehidupan Sosial. Sedangkan Menurut Soekanto (2012) Aspek sosial
perlu mempelajari masalah –masalah sosial karena ia merupakan aspek tata
kelakuan sosial. Jadi wujud aspek sosial adalah masalah sosial, politik,
ekonomi, moral bahkan agama. (Desi
Setianingsih, 2016, hlm. 3)
Aspek
merupakan indikator dalam penyusun skala item
yang menyusun suatu rangkaian acuan. Sedangkan
menurut Widhiarso. Aspek adalah
penjabaran kontrak ukur yang lebih operasional sebelum dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator
perilaku yang lebih operasional (Widhiarso, 2010, hlm.1).
Dengan
demikian, aspek merupakan indikator skala sebagai acuan yang belum memiliki
ketergantungan interpendensinya.
2.3
SOSIOLOGI SASTRA
Istilah
Sosiologi Sastra pertama kali lahir untuk melihat hubungan atau peran sosial di
dalam karya sastra. Sosiologi Sastra
Swingewood (1972) merupakan ilmu yang lahir dengan dukungan ranah ilmiah
yang bersifat objektif sementara sastra merupakan ranah media yang bersifat
subjektif. Namun bukan berarti sosiologi tidak dapat menjadi kombinasi dengan
ilmu lain seperti sastra yang bersifat subjektif. Alhasil pada masa kini
sosiologi sastra telah banyak dipelajari di ranah analisa sastra.
Jadi
sosiologi sastra adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia di dalam
sastra. Wiyatmi (2013) dalam
pembagiannya, menurut Wellek dan Warren membedakan sosiologi sastra menjadi
tiga jenis yaitu sosiologi pengarang, karya sastra, dan pembaca. Sosiologi
pengarang mempermasalahkan status sosial, ideologi politik, dan lainnya yang
menyangkut diri pengarang. Sosiologi karya sastra mempermasalahkan suatu karya
sastra itu sendiri. Yang menjadi pokok permasalahan adalah apa yang tersirat di
dalam karya sastra yang dimaksud serta tujuan dan amanatnya, sedangkan sosiologi pembaca mempermasalahkan pembaca
dan pengaruh sosial karya sastra terhadap masyarakatnya.
BAB III PEMBAHASAN
3.1
Deskripsi Data
Seno Gumira Adjidarma lahir di Boston,
Amerika Serikat pada tanggal 19 Juni 1958. Sekarang beliau berusia 59 tahun.
Beliau membuat beberapa cerpen dan telah menerima banyak penghargaan. Salah
satu cerpennya yaitu Dunia Sukab merupakan cerpen yang menggambarkan penokohan
Sukab yang berbeda di setiap cerita. Dunia Sukab merupakan buku kumpulan cerpen
yang berhasil dibukukan pertama kali oleh Kompas dan dicetak oleh penerbit
Naura (Mizan Publika) yang terdiri dari 230 halaman. Dunia sukab merupakan terbitan pertama,
dicetak 2016 berjumlah 230, dengan tokoh yang sama tetapi plot yang
dimiliki berbeda.
3.2
SINOPSIS
Dikisahkan beberapa lelaki sedang
bermain gaplek di depan bekas bangunan terbakar. Kemudian, mereka mendengar
suara rintihan dan hentakan kaki orang di bangunan tersebut bahkan sebuah
tangisan. Hal ini membuat semua orang ngeri dan membuat mereka ingin membakar
bangunan itu pada kesempatan manapun. Bangunan itu dulunya bekas pembakaran masal, mereka di jarah,
dikurung bersama-sama dan dibakar, saat itu mereka berlari-larian kesana kemari meminta
pertolongan namun tak ada yang menolong sehingga mereka mati dalam kondisi
tidak rela. Inilah sebabnya mereka gentayangan dan meraung-raung setiap malam.
Tangisan pilu mereka terdengar sampai ke warga, sampai pula pada pak Camat.
Camat Sukab mendapat permintaan dari warga agar bangunan tersebut dibangun
kembali. Camat sukab mengatakan pemilik
tidak punya modal lagi untuk membangun kembali tempat itu. Orang mendengar
rintihan itu tidak bisa membantu arwah gentayangan itu. Manusia api yang
berlalu lalang setiap malam menghantui
semua orang yang lewat di depan bangunan, seraya meminta keadilan untuk
ditegaskan. Akhirnya sampai juga manusia api tersebut bertemu dengan salah satu
pelaku pembakaran itu. Kemudian Camat Sukab bertemu dengan mereka yang
melakukan pembakaran gedung tersebut.
3.3.
ANALISIS KONDISI DALAM CERPEN MANUSIA API DENGAN SOSIOLOGI SASTRA
Penelitian
ini mengungkapkan fakta-fakta yang ada dalam teks dengan unsur tema, latar
serta konflik lalu kemudian mengaitkan dengan
sosiologi karya sastra yaitu Aspek
sosial . Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
yaitu analisis isi . Adapun untuk membuat penelitian ini maka langkah pertama adalah membaca semua
literatur berkaitan dengan teori dan
penelitian-penelitian sebelumnya. Kedua
merangkaikan semua hasil membaca dalam bentuk uraian.
Berdasarkan
penelitian maka analisis ini dijabarkan sebagai berikut:
Cerita
manusia api bertemakan sikap warga tentang bekas bangunan pembakaran manusia di tahun 1998. Cerita ini bercerita reaksi masyarakat
kampung yang terusik dengan suara tangisan-tangisan pilu bekas bangunan
terbakar. Peristiwa itu terjadi setelah setahun terjadinya pembakaran dan
penjarahan di tahun 1998. Hal ini dapat dilihat di dalam salah satu kutipan
ini:
Kira-kira
setahun kemudian, ketika peristiwa itu mulai dilupakan orang, mereka yang main
gaple di bekas bangunan yang terbakar itu semakin sering mendengar suara-suara.
(Seno Gumira, 2016, hlm. 93)
Di
dalam cerita pendek Manusia api ini berlatarkan bekas penjarahan dan pembakaran, di mana
ratusan manusia dikumpulkan dan dibakar hidup-hidup. Berikut ini kutipannya:
...”Apakah
adil beratus-ratus orang dibakar dan tidak ada yang peduli bahwa kesengajaan
itu jahat sekali? “...
...Penduduk
Kampung di Belakang bekas bangunan yang terbakar itu juga selalu mendengarnya...
(Seno Gumira, 2016, hlm. 94)
Konflik
di dalam cerita manusia Api menceritakan tokoh roh yang bergentayangan menangis
pilu yang meminta keadilan kepada warga sekitar. Di dalam cerita pendek ini
konflik terlihat jelas pada peristiwa orang-orang mengetahui mereka menjerit
karena suatu alasan, mereka mengingatkan peristiwa krusial di tahun sebelumnya yaitu pembakaran,
penjarahan dan pemerkosaan yang terjadi
di mana-mana. Maka kutipan ini dapat
dilihat di bawah ini:
Begitulah,
sambil main gaple karena tiada lagi yang terasa indah dan membahagiakan selain
main gaple di masa krisis ini, mereka bercakap-cakap ke sana ke mari dari malam
ke malam, sampai segala suara dari bekas bangunan yang terbakar itu
mengingatkan mereka kembali kepada
peristiwa itu, ketika seluruh penjuru kota diguncang oleh pembakaran,
penjarahan, dan pemerkosaan. (Seno Gumira, 2016, hlm. 93)
Aspek
Sosial dalam cerpen Manusia Api.
Berdasarkan
penelitian maka aspek sosial dalam cerpen manusia api dapat dijabarkan
sebagai berikut:
ASPEK
MORAL di tahun 1998 adalah kondisi yang
sangat krusial karena telah terjadi pembakaran ratusan manusia. Bukti kekejaman
masyarakat di tahun tersebut
mengingatkan warga-warga sekitar. Jadi apabila melakukan kejahatan maka
akan selalu diingat oleh orang. Bukti ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai
berikut:
“
Itulah Suara orang-orang yang terbakar dulu,” Kata Satpam...
“Siapa
yang dulu orang-orang yang tahu-tahu ikut main gaple dengan kita di sini,
Bang?”
“Wah siapa ya?”
“Mereka
itulah yang mengajak orang menjarah, lantas membakar orang-orang itu.”
“Kok tahu?”
“Semua
orang juga tahulah, Bang! Mereka datang membawa jerigen berisi bensin dan
membakar bangunan, mereka giring orang-orang masuk toko untuk menjarah, lantas
mereka kepung dengan api, lantas lari.” (Seno Gumira, 2016, hlm. 92)
ASPEK
EKONOMI, masyarakat setahun setelah 1998
banyak warga kelas menengah ke bawah menganggur karena kondisi krisis moneter,
dan sebagian besar warga menghabiskan waktu
bermain gaple yang menjadi
rutinitas sehari-hari mereka.
Begitulah,
sambil main gaple karena tiada lagi yang terasa indah dan membahagiakan selain
main gaple di masa krisis ini, mereka bercakap-cakap ke sana ke mari dari malam
ke malam, sampai segala suara dari bekas bangunan yang terbakar itu
mengingatkan mereka kembali kepada
peristiwa itu, ketika seluruh penjuru kota diguncang oleh pembakaran,
penjarahan, dan pemerkosaan. (Seno Gumira, 2016, hlm. 93)
ASPEK
MORAL masyarakat yang masih takut
mengungkapkan fakta pelaku sebenarnya, ditandai oleh kutipan di bawah ini.
“
Mau mu apa? Jadi taman bermain untuk anak-anak? Apa yang kamu harap dari sebuah
tempat di mana dua ratus orang sengaja dibakar sekaligus tanpa bisa ditolong?
Apa yang kamu harap? Kamu harap tempat itu membahagiakan semua orang? Apakah
adil beratus-ratus orang dibakar dan tidak ada yang peduli bahwa kesengajaan
itu jahat sekali?”
“Aduh jangan marah dong, Bang!”
Satpam itu makin nyolot.
“Makanya
kalau ngomong jangan asal sembarangan. Aku sudah bertahun-tahun jadi satpam di
sini, tidak pernah terjadi apa-apa kecuali kadang-kadang ada orang mabok ke
sasar...” (Seno Gumira, 2016, hlm. 94)
ASPEK
MORAL di tahun 1999, setelah pembakaran
tersebut banyak cara untuk mempertahankan sebuah kepentingan politik. Bekas
pembakaran ribuan manusia itu adalah bukti kekerasan sebuah politik. Terdapat
dalam kutipan:
“Pemiliknya
tidak punya modal lagi untuk membangun kembali tempat ini. Kalau punya pun
pasti sudah kapok. Takut jadi sasaran lagi.”ujar Camat Sukab.
“Heran,
untuk apasih nyasar-nyasar orang?”
“Itulah
permainan politik, Dil, politik yang kotor.”
“Jadi
mesti diapain suara-suara rintihan ini pak?”
“Wah,
ini sih nggak ada di textbook, Dil.” (Seno Gumira,2016, hlm. 96)
BAB IV PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan
di atas maka dapat disimpulkan penelitian ini sebagai berikut:
Penelitian
yang berjudul ASPEK SOSIAL PADA KUMPULAN CERPEN DUNIA SUKAB YANG BERJUDUL
MANUSIA API KARANGAN SENO GUMIRA AJIDARMA (DITINJAU SOSIOLOGI SASTRA) maka
memiliki tema sikap warga kepada bekas bangunan pembakaran manusia. Kondisi
masyarakat setahun setelah 1998, warga yang mengingat peristiwa pembakaran,
penjarahan sering mengingatkan peristiwa kejam tersebut, sisa-sisa itu bahkan
membuat mereka tidak nyaman. Munculnya sosok manusia api dalam peristiwa
tersebut memberi permintaan untuk keadilan mereka yang terbunuh tidak ikhlas.
Dalam cerpen tersebut segala kepentingan politik akan dipertahankan secara kuat
meskipun dengan cara apapun, meskipun itu
bukti kekuasaan jika perlu untuk menutup-nutupi kekejaman pemerintahan
yang terjadi pada masa sebelumnya. Oknum tertentu rela melakukan tindak
melanggar HAM.
4.2
SARAN
Kami
menyadari bahwa isi dari tulisan ini jauh dari kata sempurna, sehingga peneliti
sangat mengharapkan saran dan kritik untuk karya yang mendatang.
DAFTAR
PUSTAKA
Damono, Sapardi Djoko. (1978). Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas.
Edisi
Kedua. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Luxemburg, Jan van. (1984). Pengantar Ilmu Sastra (cetakan ke-4).
(Dick Hartono,
Penerjemah).
Jakarta: Gramedia Penerbit Utama.
Nurgiyantoro, Burhan. (2015). Teori Pengkajian Fiksi (cetakan ke-11).
Yogyakarta:
Universitas
Gajah Mada Press.
Setianingsih, Dewi . (2016). Aspek Sosial
dalam Novel Orang-orang Pulau Karya
Giyani. Dengan Tinjauan Sosiologi Sastra dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah
Atas (Publikasi Ilmiah). 21 Juni 2018. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Diakses dari http://eprints.ums.ac.id/29911.
Teeuw,
A. (2013). Sastra dan Ilmu Sastra (cetakan
ke-4). Bandung: Pustaka Jaya.
Widhiarso,
Wahyu. (2010). Perbedaan Pengertian Aspek dan Dimensi dalam Pengembangan Alat Ukur. 21 Juni 2018. Fakultas Psikologi UGM. Diakses dari http://widhiarso.staff.ugm.ac.id.
Wiyatmi.
(2013). Sosiologi Sastra. Yogyakarta.
Kanwa Publisher.
Wulandari,
Tri. 2012. Analisis Penokohan dalam Kumpulan Cerpen Lukisan Kaligrafi Karya A.
Mustofa Bisri (SKRIPSI). 07 Juli 2018. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Diakses dari http://digilib.uns.ac.id
LAMPIRAN

(Cover
depan)

(Cover Belakang)
Comments
Post a Comment