Skip to main content

Hegemoni Dalam Cerpen Matinya Seorang Demonstran Oleh Juniharto Dwi Nugroho Jati







HEGEMONI DALAM CERPEN MATINYA SEORANG DEMONSTRAN KARYA AGUS NOOR

Makalah ini dibuat sebagai UAS (Ujian Akhir Semester) mata kuliah Menulis yang diampu oleh: Dr. Fathiaty Murtadho, M. Pd. dan Gres Gresia Azmin, M. Pd



Nama/NIM:
Juniharto Dwi Nugroho Jati                2125165235


PRODI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018

KATA PENGANTAR

Makalahini merupakan hasil analisis cerpen Matinya Seorang Demonstrankarya Agus Noor dalam kumpulan cerpen pilihan Kompas 2014. Dalam makalah ini saya menjabarkan hasil analisis saya dengan teori Hegomemoni yang terdapat dalam cerpen tersebut.
Makalah ini dibuat buat guna memenuhi penilaian Ujian Akhir Semester pada mata kuliah Menulis Reseptif. Saya sebagai penyusun tidak sedikit mengalami kesulitan dalam pencarian informasi untuk memenuhi aspek-aspek yang ingin dianalisis. Mohon maklumnya apabila saya mengalami sebuah kesalahpahaman dalam pengkajian maupun dalam pencobaan analasis kritis ini. Saya sangat menerima saran dan kritik guna penyempurnaan makalah ini.
Setelah selesainya makalah ini, tidak lupa saya mengucap syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang telah dilimpahkan serta junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Ucapan terimakasih juga kepada semua pihak yang terlibat dan yang telah membantu. Ucapan terima kasih berlebih juga kepada dosen pengampu mata kuliah Menulis, Ibu Fathiaty Murtadho dan Ibu Gres Gresia Azmin. 



Penyusun,



Jakarta 2018
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan .................................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................
2.1 Landasan Teori ....................................................................................................
2.2 Karakteristik Karya Sastra
2.3 Analisis Cerpen Matinya Seorang Demonstram karya Agus Noor
BAB 3 KESIMPULAN...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................



ABSTRAK

Juniharto Dwi Nugroho Jati. Hegemoni dalam Cerpen Matinya Seorang Demonstran Karya Agos Noor. Makalah, Jakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. Juli 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan aspek-aspek Hegemoni yang terdapat pada cerpen Matinya Seorang Demonstran. Agus Noor selaku penulis ingin menunjuknan arogansi-arogansi yang terjadi pada masa orde baru. Teori Hegemoni Antonia Gramsci menjadi landasan teori penelitian ini, dan metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisis isi. Objek penelitian ini berfokus pada tokoh Eka, Munarman, dan aparat penegak hukum. Hasil penelitian ini adalah dapat ditemukan bahwa status sosial, kondisi sosial, dan ekonomi seseorang dapat membentuk seseorang tersebut menjadi apa. Selain itu rakyat kecil selalu tertindas dan penguasa akan menindas atau bersikap arogan.

Kata Kunci    : Hegemoni, Arogansi, Penegak Hukum







BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Pembahasan

 Dalam Purba (2010: 48), H.B Jassin dalam bukunya Tifa Penyair dan Daerahnya, mengemukakan bahwa cerita pendek ialah cerita yang pendek (1977: 69). Jassin lebih jauh mengungkapkan bahwa tentang cerita pendek ini orang boleh bertengkar, tetapi cerita yang seratus halaman panjangnya sudah tentu tidak disebut cerita pendek dan memang tidak ada cerita pendek yang demikian panjang. Cerita yang panjangnya sepuluh atau dua puluh halaman masih bisa disebut cerita pendek tetapi ada juga cerita pendek yang panjangnya hanya satu halaman. Pengertian yang sama dikemukakan oleh Sumardjo dan Saini di dalam buku mereka Apresiasi Kesusastraan. Mereka berpengertian bahwa cerita pendek (atau disingkat cerpen) adalah cerita yang pendek. Tetapi dengan hanya melihat fisiknya yang pendek orang belum dapat menetapkan sebuah cerita yang pendek adalah sebuah cerpen (1986: 36).
Cerpen Matinya Seorang Demonstran karya Agus Noor adalah salah satu cerpen yang menggambarkan keadaan mahasiswa pada masa reformasi. Penulis menggambarkan jelas ke aroganan penegak hukum terhadap mahasiswa. Penulis juga menggambarkan dengan gamblang sifat mahasiswa pada masa itu yang sangat membenci dan ingin Soeharto lengser. Selain itu didalam cerpen ini juga terdapat bumbu-bumbu kisah cinta yang tebilang pelik antara Eka dengan Ratih ataupun Ratih dengan Munarman. Tetapi cerpen ini terlalu hitam putih. Kita akan dengan mudah menebak yang mana yang dianggap lebih baik. Karena sifat tokohnya sangat tergambar jelas.
Dalam cerepen Matinya Seorang Demonstran kita akan menganalisis Hegemoninya menggunakan teori hegemoni Gramsci.
Teori Hegemoni dikemukakan oleh Antonia Gramsci (pemikir Marxis dari Italy). Teori tersebut seing kali disebut juga sebagai teori kultural/idologis general dan digunakan untuk memahami bentuk-bentuk politis, kultural, dan ideologi yang dianggap memiliki kekuatan untuk memformasi masyarakat (Faruk dalam Wiyatmi 2013:162)
Teori hegemoni Gramsci merupakan penyempurnaan teori kelas Marx yang belum berhasil merumuskan teori politik yang memadai. Titik awal konsep Gramsci tentang hegemoni adalah bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan cara kekerasan dan persuasi (Simon dalam Wiyatmi 2013:163)
Teori ini saya gunakan karena dengan teori ini kita dapat mengetahui faktor arogansi aparat penegak hukum, kondisi ekonomi dan status sosial. Dengan hasil analisis ini saya berharap agar pembaca dapat mengetahui apa saja yang terjadi di era reformasi


1.2    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana aspek Hegemoni dalam cerpen Matinya Seorang Demonstran karya Agus Noor?


1.3    Tujuan Penelitian
1.      Menemukan aspek Hegemoni dalam cerpen Matinya Seorang Demonstran karya Agus Noor.










BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Landasan Teori
Dalam cerepen Matinya Seorang Demonstran kita akan menganalisis Hegemoninya menggunakan teori hegemoni Gramsci.
Teori Hegemoni dikemukakan oleh Antonia Gramsci (pemikir Marxis dari Italy). Teori tersebut seing kali disebut juga sebagai teori kultural/idologis general dan digunakan untuk memahami bentuk-bentuk politis, kultural, dan ideologi yang dianggap memiliki kekuatan untuk memformasi masyarakat (Faruk dalam Wiyatmi 2013:162)
Teori hegemoni Gramsci merupakan penyempurnaan teori kelas Marx yang belum berhasil merumuskan teori politik yang memadai. Titik awal konsep Gramsci tentang hegemoni adalah bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan cara kekerasan dan persuasi (Simon dalam Wiyatmi 2013:163)
Teori ini saya gunakan karena dengan teori ini kita dapat mengetahui faktor arogansi aparat penegak hukum, kondisi ekonomi dan status sosial. Dengan hasil analisis ini saya berharap agar pembaca dapat mengetahui apa saja yang terjadi di era reformasi

2.2    Karakteristik Karya Sastra
Cerita pendek adalah cerita yang membatasi diri dalam membahas salah satuunsur fiksi dalam aspeknya yang terkecil. Kependekan sebuah cerita pendekbukan karena bentuknya yang jauh lebih pendek dari novel, tetapi karena aspekmasalahnya yang sangat dibatasi (Sumardjo, 1983: 69).
Sukar untuk memberikan perumusan yang tepat dan tegas untuk menjawabpertanyaan-pertanyaan, apakah cerita pendek itu. Tetapi kita coba menerangkancerita pendek itu dengan menyebutkan unsur-unsur apa yang harus dikandungnya.Di dalam cerita pendek harus ada:
·         Cerita pendek mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinyamengenai penghidupan, baik secara langsung atau tidak langsung.
·         Sebuah cerita pendek harus menimbulkan suatu hempasan dalam pikiranpembaca.
·         Cerita pendek harus menimbulkan perasaan pada pembaca, bahwapembaca merasa terbawa oleh jalan cerita, dan cerita pendek pertama-tamamenarik perasaan, baru menarik pikiran.
·         Cerita pendek mengandung perincian dan insiden-insiden yang dipilihdengan sengaja, dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalampikiran pembaca.

Panjang atau pendek sebuah cerita pendek juga tidak bisa ditetapkan. Padaumumnya panjangnya sebuah cerita pendek itu habis sekali, dua kali atau tigakali. Tetapi ini juga bukan pegangan. Dapatlah kita katakan antara 500-1.000 –1.500-2.000 hingga 10.000, 20.000, atau 30.000 kata.Antara cerita pendek yang panjang dan sebuah novelet sudah sukarmembedakannya. Bedanya ialah dalam isi cerita. Novelet mencakup ceritapengalaman-pengalaman manusia yang lebih luas, sedangkan cerita pendekmemusatkan perhatian pada sesuatu yang lebih terbatas.
Cerita pendek itu terbatas kemungkinan-kemungkinannya. Umpamannya, tidak mungkin untuk meceritakan dalam sebuah cerita pendek dikemukakan tanggapantanggapan saat-saat hidup yang karena sesuatu sebab dapat dibawa ke depan dan ditonjolkan. Pengertian tentang batas-batas cerita pendek ini perlu diketahui agar orang jangan mengarang roman dalam sebuah cerita pendek atau sebaliknya. Karena berapa banyak roman-roman yang sebenarnya lebih padat dan lancar ceritanya jika dijalin dalam sebuah cerita pendek. Bahan dalam roman demikian diperpanjang, bertele-tele, sehingga hambar dan tidak berketentuan rasanya (Lubis 1996: 92).


2.3    Analisis Cerpen Matinya Seorang Demonstran karya Agus Noor
Hegemoni dapat berupa suatu kelompok sosial yang mendominasi kelompok-kelompok antagonis yang cenderung dihancurkan. Faktor faktor yang melatar belakangi terjadinya hegemoni di dalam cerpen ini adalah:
1.    Faktor Arogansi Penegak Hukum
Faktor tersebut dapat kita temukan dalam kutipan cerpen berikut:
“Berkali-kali terjadi bentrokan dan aparat tak hanya menembakan gas air mata. Lima mahasiswa terluka tertembak peluru karet, dalam satu bentrokan di bundaran kampus. Seorang mahasiswa yang sedang memotret dihajar puluhan aparat, tubuhnya yang sudah terkapar terus ditendang, kameranya diinjak-injak. Tubuh mahasiswa yang sudah berdarah-darah itu diseret lebih dari 100 meter di aspal jalan yang panas sambil terus ditendangi dan dipukuli dengan pentungan.”

Lalu kutipan berikutnya
“Arman mati tertembak peluru nyasar, ketika bentrokan kembali memanas dijalan itu dan aparat dengan serampangan melepaskan tembakan.”

Dari kutipan cerpen diatas kita dapat simpulkan bahwa aparat berlaku arogan kepada mahasiswa. Aparat tidak melakukan tindakan yang sesuai dengan hukum yang berlaku, mereka berlaku semena-mena kepada mahasiswa agar mahasiswa tunduk dan tidiak berusaha melakukan aksi demonstrasi atau hal yang bersinggungan dengan pemerintah.

2.    Faktor Ekonomi
Kondisi ekonomi Eka dan Arman juga sangat tergambar jelas disini. Kondisi ekonomi mereka sangat bertolak belakang. Eka yang mempunyai ayah yang bekerja sebagai guru sekolah inpres dipedalaman sementara Arman mempunyai ayah seorang purnawirawan kolonel Angkatan Darat.
“Arman anak purnawirawan kolonel Angkatan Darat. Ayah Eka guru sekolah dasar inpres di sebuah desa yang dalam ungkapan Eka sendiri disebutnya “tak akan pernah pantas dimasukan dalam peta Indonesia”.”

“Munarman-lebih suka dipanggil Arman-bertubuh tegap atletis. Seorang yang selalu tak ingin ketinggalan baju-baju yang sedang menjadi mode di majalah populer. Eka ringkih dan selalu tampak kucel dengan kau yang seminggu bisa dipakainya terus-menerus.”

“Arman selalu mengjakanya ke kafe, diskotek atau ramai-ramai karaokean dengan kawan-kawan gaulnya. Bila mengajaknya keluar, Eka membawanya ke acara-acara diskusi, pembacaan puisi, pameran lukisan atau sampai larut menghabiskan sepoci teh diwarung dekat kampus. Seringkali malah hanya jalan kaki, menyusuri jalanan tanpa tujuan.”

“Arman selalu pamer pangkat orang tuanya. “Orang-ornag seperti ayahkkulah yang memiliki negara ini,” kelakar Arman yangkerap diulangnya dengan nada bangga. Eka begitu menghormati kemiskinan ayahnya. “Aku ingin menjadi filsuf karena merasakan nasib ayahku. Seorang yang dalam hidupnya sanggup menanggung dua pendertiaan sekaligus. Pertama, karena ia guru. Kau tahu nasib guru di negara ini, kan? Mulia statusnya, tapi melarat nasibnya. Kedua, karena ia beristri perempuan yang tak hanya cerewet tapi juga galak dan menindas...”

Sangat jelas penulis menggambarkan tokoh Arman dan Eka dari segi ekonominya. Arman yang mempunyai ayah seorang mantap petinggi penegak hukum mempunyai sifat yang lebih arogan dan semena-mena. Sementara Eka yang mempunyai ayah seorang guru sd di pelosok mempunyai sifat berjuang dan pemberontak.



3.    Faktor Sosial
Dalam cerpen ini penulis tidak terlalu banyak menggambarkan kondisi sosial tokoh Arman. Jika pembaca teliti maka akan menemukan teman Arman disebut.
“Arman selalu mengjakanya ke kafe, diskotek atau ramai-ramai karaokean dengan kawan-kawan gaulnya.”

Disini jelas bahwa Arman banyak bergaul dengan kawan-kawan yang terbilang gaul. Mungkin hal ini juga yang menyebabkan Arman bersifat arogan karena pergaulannya terlalu sempit dan tidak bergaul dengan orang-orang yang berkasta lebih rendah darinya.

Sementara itu Eka memiliki teman bergaul yang lebih bergam dari Arman. Karena Eka sering menghadiri acara diskusi, pembacaan puisi atau pameran. Hal ini membuat Eka lebih memiliki teman bergaul yang beragam.

”Bila mengajaknya keluar, Eka membawanya ke acara-acara diskusi, pembacaan puisi, pameran lukisan...”

“Tapi itulah yang, ketika pertama kali bertemu dalam satu diskusi, membuatnya suka pada Eka”

Tetapi teman Eka yang lebih beragam juga tidak membuat Eka lebih baik. Ia justru cenderung pemberontak.

“Beberapa aktivis segera berkumpul di rumah kontrakan di Gang Rode yang sering dijadikan tempat pertemuan-“rapat gelap” istilah mereka-dalam suasana penuh kecurigaan. Beberapa orang dianggap sebagai intel militer yang disusupkan. Eka mengajaknya ke pertemuan itu.”

Eka cenderung pemberontak karena dua faktor, pertama ia berteman dengan beberapa aktivis, dan yang kedua ia adalah mahasiswa filsafat yang haus akan segala hal.




BAB III
KESIMPULAN

Dari hasil analisis di atas. Dapat disimpulkan bahwa cerpen tersebut mengeritik keras orde baru khususnya militer atau penegak hukum. Hal itu terjadi karena di dalam cerpen ini terdapat banyak sekali sifat arogan dan beruntung dipihak penegak hukum atau yang bersangkutan. Sementara pihak rakyat kecil selalu tertindas dan selalu sial. Sementara itu kondisi sosial dan ekonomi pada saat itu juga sangat berpengaruh pada karakter seseorang. Orang yang memilik kekayaan dan pangkat pada zaman itu bisa berbuat sesukanya. Sementara rakyat miskin yang tak memiliki apa apa ataupun mahasiswa selalu ditindas oleh pihak aparat. Selain itu pihak aparat juga berlaku semena-mena kepada mahasiswa atau rakyat kecil.



DAFTAR PUSTAKA
Damono, 1979. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Henry, 2011. Cinta Yang Hilang terjemahan Sunaryono Basuki K. S. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Wiyatmi, 2013. Sosiologi Sastra. Jakarta: Kanwa Publisher.
www.scribd.com/doc/54781639/Romantisisme-dalam-Sastra-Indoensia- Agung Dwi Ertato, Rissa N, Fransiska S, Andrian Pratama, Eries S, Murshidatul U, Dian H dan Meidy Kautsar. 2011. (diakses pada tanggal 21 Juni 2018, pukul 20:22)

Comments

Popular posts from this blog

PENOKOHAN DALAM CERPEN MALAIKAT JUGA TAHUKARANGAN DEWI LESTARI DANMAAFKAN BUNDA,ANAKKU!” KARANGAN IRNA SYAHRIAL : KAJIAN INTERTEKSTUAL (Oleh: Anisa Yulicahyanti)

PENOKOHAN DALAM CERPEN  MALAIKAT JUGA TAHU KARANGAN DEWI LESTARI DAN MAAFKAN BUNDA,ANAKKU!”  KARANGAN IRNA SYAHRIAL : KAJIAN INTERTEKSTUAL ABSTRAK Karya sastra sebagai proses kreatif yang merupakan gambaran masyarakat dibentuk oleh pandangan sang pencipta. Sebuah karya sastra dapat pula menjadi contoh atau sandaran bagi karya sastra yang lahir berikutnya. Pada c erpen Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari dan cerpen  Maafkan Bunda,Anakku! Karya Irna Syahrial   diindikasikan mengandung perbedaan serta persamaan didalamnya. Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penokohan dari cerpen Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari dan cerpen  Maafkan Bunda,Anakku! Karya Irna Syahrial  Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan kajian intertekstual yang dikemukakan oleh Pradopo. Adapun dalam penelitian ini didapat hasil yaitu adanya persamaan tokoh kedua cerpen yang menekankan tokoh yang menderita Down Syndrom. Dala...

KONFLIK DALAM LAKON MENTANG-MENTANG DARI NEW YORK KARYA MARCELINO ACANA JR. (KAJIAN SOSIOLOGI)

Bima Dewanto Program Studi Sastra Indonesia Abstrak Budaya dan tradisi masyarakat di dunia memiliki keanekaragaman yang sangat banyak. Masing-masing dari budaya yang mereka miliki berasal dari latar belakang sosial yang khas dan budaya yang berbeda satu sama lain. Setiap kelompok masyarakat membawa kebiasaan dan tradisi masing-masing dalam kehidupannya sehari-hari. Tradisi yang mereka jalankan adalah hasil dari pembelajaran, perkembangan, dan proses yang mereka jalani bersama masyarakat lainnya. Proses ini membentuk identitas budaya dalam diri individu sehingga memotivasi seseorang untuk belajar tentang sikap dari kelompok masyarakat sendiri maupun kelompok masyarakat lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyajikan kepada pembaca mengenai konflik dalam lakon Mentang-mentang dari New York. Metode yang digunakan merupakan metode deskriptif dengan teknik analisis kualitatif. Objek dari penelitian ini ialah naskah drama Mentang-mentang dari New York karya Marcellino Aca...

Sosiologi Sastra : Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia

Muhammad Kahfi Judul Buku : Sosiologi Sa s tra: Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia Penulis Buku : Dr. Wiyatmi, M.Hum. Penerbit Buku : Kanwa Publisher Cetakan : 1, 2013 Tebal Buku : 197 halaman Sinopsis Sosiologi Sastra : Teori dan Kajian terhadap Sastra Indonesia Sosiologi Sastra merupakan kajian interdisipliner untuk mengemukakan seluk beluk masyarakat yang hidup disuatu zaman atau wilayah yang tak terekam oleh mata orang – orang milenial. Namun, dengan suatu karya sastra dan dikaji dengan pendekatan ini membuat penggambaran besar suatu zaman tertentu yang memuat adat istiadat atau kultur masyarakat suatu zaman untuk diketahui oleh para sosiolog zaman milenial. Dalam tiap pendekatan ilmiah memiliki banyak sub kajian yang menjadi perhatian para peneliti untuk menggunakannya dalam penelitiannya. Khususnya penelitian dibidang sosiologi yang notabenenya harus bersifat objektif. Menekankan pada aspek pembelajaran mengenai pengaplikasian tiap – t...