Penyimpangan Sosial dalam Cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat Karya Umar Kayam: Kajian Sosiologi Sastra Sri Andriani
Abstrak
Berangkat dari pemahaman bahwa sastra merupakan cerminan masyarakat. Penelitian ini berusaha melihat sejauh mana fenomena sosial tercermin dalam sebuah karya sastra. Fenomena sosial yang dikaji dalam penelitian ini adalah penyimpangan sosial dalam cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat karya Umar Kayam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif desriptif analisis yang didukung oleh pendekatan sosiologi karya sastra yang dikemukakan oleh Renne Welled an Austin Warren. Hasil analisis menunjukkan bahwa adanya penyimpangan sosial yang terjadi di dalam cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat karya Umar Kayam yaitu: (1) penyimpangan sosial terhadap interaksi sosial pertukaran, (2) penyimpangan sosial berupa cara berkomunikasi dari interaksi sosial pertukaran, (3) Penyimpangan sosial terhadap sebuah tradisi di dalam sebuah kelompok, dan (4) Penyimpangan sosial terkait norma kesopanan.
Kata kunci: penyimpangan sosial, fenomena sosial, cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat, Umar Kayam.
Daftar Isi
DAFTAR ISI………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………….......3
1.2 Rumusan Masalah………………………………3
1.3 Tujuan……………………………………….….3
BAB II PEMBAHASAN………………………….4
2.1 Pendekatan Sosiologi Sastra……………………4
2.2 Cerpen Sebagai Karya Sastra…………………...5
2.3 Penyimpangan Sosial…………………………...7
2.4 Hasil Analisis……………………………………7
KESIMPULAN………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA…………………………...14
Bab I
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Sastra lahir, tumbuh dan hidup dalam masyarakat. Oleh karena itu, sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat yang digambarkannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ian Watt dalam (Wiyatmi, 2013) bahwa sastra merupakan cerminan masyarakat. Maka, bisa dikatakan bahwa karya sastra dan realitas kehidupan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Karya sastra diciptakan pengarang, yang mana pengarang merupakan bagian dari lingkungan masyarakat. Dalam proses penciptaan karya sastra, realitas kehidupan yang dituangkan pengarang merupakan hasil dari penghayatan pengarang terkait fenomena sosial yang terjadi. Sebagai ungkapan realitas kehidupan, konteks yang disajikan dalam karya sastra dihadirkan dalam bentuk yang terstrutur, dan menarik dengan menggunakan bahasa sebagai media yang berupa teks yang menjadi cerminan dari pengalaman dan pengetahuan yang memiliki banyak bentuk representasi kehidupan (Marlina, 2013).
Menurut Horton (2013) penyimpangan nilai-nilai sosial merupakan segala bentuk perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma dalam suatu kelompok atau masyarakat. Yang menjadi ukuran terkait adanya penyimpangan adalah norma dan nilai sosial yang terdapat di dalam masyarakat tersebut. Dalam praktiknya, tidak semua orang berperilaku sesuai dengan norma-norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat karena norma dan nilai selalu mengalami perubahan dan pergeseran seiring dengan berkembangnya masyaraat.
Dalam penelitian ini, cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat karya Umar Kayam dipilih sebagai objek penelitian karena cerpen tersebut mengandung realitas sosial. Salah satu realitas sosial yang tergambar dalam cerpen tersebut yaitu ineraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk percakapan. Baik peracakapan yang dilakukan antara Peggy dengan pelanggan kedai kopi maupun percakapan yang dilakukan oleh Peggy dengan kekasihnya. Permasalahan sosial yang diangkat dalam cerpen ini membahas hubungan interaksi sosial dengan sistem norma umum yang berlaku dalam masyarakat, dalam hal ini di sebuah kedai kopi bernama Fluffy Donut Coffee House. Penelitian terhadap cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat dilakukan dengan pendekatan sosiologi sastra untuk menemukan hubungan antara sastra dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat.
Untuk mengetahui kedalaman cerita, penelitian ini menggunakan pendekatan structural. Pendekatan structural Nurgiyantoro (2015) yang terbagi menjadi unsur intrinsik yaitu unsur yang membangun cerita seperti tema, latar, tokoh dan penokohannya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana unsur intrinsik dalam cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat karya Umar Kayam?
Bagaimana bentuk penyimpangan sosial yang ada di dalam cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat karya Umar Kayam?
Tujuan
Mendeskripsikan unsur intrinsik cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat karya Umar Kayam
Mendeskripsikan bentuk penyimpangan sosial yang ada di dalam cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat karya Umar Kayam
BAB II
Pembahasan
2.1. Pendekatan Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra merupakan salah satu pendekatan dalam kajian sastra yang memahami fenomena sastra dalam hubungannya dengan aspek sosial (Wiyatmi, 2013). Ian Watt dalam (Wiyatmi, 2013) mengemukakan bahwa sastra merupakan cerminan masyarakat. Ian Watt (dalam Sapardi, 1979) menglasifikasian telaah sosiologis menjadi tiga hal dengan melihat hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat, yaitu:
Kontkes sosial pengarang, yaitu berkaitan dengan posisi sosial pengarang dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca.
Sastra sebagai cermin masyarakat, hal ini berkaitan dengan sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan dari masyarakat.
Fungsi sosial sastra, berkaitan dengan sampai sejauh mana nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial dan seberapa jauh sastra sebagai alat penghibur dan sekaligus pendidikan bagi masyarakat pembaca.
Renne Wellek dan Austin Warren (1994) mengungkapkan bahwa pendekatan sosiologi sastra terbagi menjadi tiga, yaitu sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra, dan sosiologi pembaca. Dasar pemahaman sosiologi karya sastra adalah konteks karya sastra dalam hubungannya dengan realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat.
2.2 Cerpen Sebagai Karya Sastra
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita pendek berasal dari dua kata, cerita yang bermakna tuturan tentang sesuatu hal yang dapat terjadi, pendek bermakna sebuah kisah yang diceritaan relatif pendek atau memiliki kata-kata yang tidak lebih dari 10.000 kata yang dapat memberikan kesan dominan dan akan memusatan hanya pada salah satu tokoh saja.
Cerpen “Secangkir Kopi dan Sepotong Donat” merupakan salah satu cerpen dalam buku kumpulan cerpen berjudul Seribu Kunang-kunang di Manhattan yang ditulis oleh Umar Kayam. Terbit pertama eli pada tahun 1972 merupakan sebuah karya fiksi. Sebagaimana diungkapkan oleh Nurgiyantoro (2015) istilah fiksi dalam pengertiannya berarti cerita rekaan (cerkan) atau cerita khayalan. Hal itu disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak mengenai kebenaran sejarah. Bahwa karya fiksi merupakan suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi dengan sungguh-sungguh sehingga kebenarannya tida bisa dicari dalam dunia nyata, karena bersifat imajinatif. Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreatifitas sebagai karya seni. Fiksi menawarkan “model-model” kehidupan sekaligus menunjukkan sosoknya sebagai karya seni dengan medianya yaitu bahasa.
Menurut Nurgiantoro (2015) pendekatan structural terbagi menjadi unsur intrinsik yaitu unsur yang membangun cerita seperti tema, latar, tokoh dan penokohannya.
2.3 Penyimpangan Sosial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartian sebagai tingah laku, perubahan, atau tanggapan seseorang terhadap lingungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hokum yang berlaku dalam masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan untuk berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat atau lembaga yang berkaitan. Apabila melanggar, hal ini dikatakan sebagai bentuk penyimpangan sosial. Maka, bisa disimpulkan bahwa penyimpanagn sosial merupakan bentuk ketidasesuaian perilaku dengan norma-norma yang berlaku dalam lembaga masyarakat.
2.4 Hasil Analisis
Melalui analisis tataran riwayat, dapat diketahui bahwa cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat karya Umar Kayam mengisahkan rutinitas di sebuah kedai kopi bernama Fluffy Donut Coffee House di New York. Setiap pukul sepuluh pagi, kedai akan ramai pengunjung karena jam tersebut merupakan “jam ngopi” dan Peggy, yang merupakan pelayan di kedai kopi tersebut akan sibuk melayani pengunjung di kedainya. Basa-basi kekasih Peggy (pemuda dengan juluan Bung Kakak Tua) tentang kabar Peggy semalam yang tidak jadi datang melalui tulisan pada lembaran serbet kertas sehingga tidak ada pelanggan lain yang tahu. Hal ini terjadi karena kesibukan Peggy melayani pengunjung di kedai kopi tersebut. Kemudian datang Jim, seorang pelanggan yang tiba-tiba mengoceh mempertanyakan mengapa harus ada “jam ngopi” ketika pukul sepuluh? Ia menggugat kelaziman yang menurutnya mengekang zaman dengan hanya memesan air es di kedai kopi. Setelah mengoceh, Jim pergi dan Peggy menjelaskan kepada kekasihnya mengapa ia tidak datang semalam karena ayahnya mabuk dan Ibunya dipukuli. Hingga pukul sebelas di mana “jam ngopi” selesai dan semua orang kembali kepada rutinitasnya masing-masing, begitupun kekasih Peggy. Sebelum pergi, Ia meninggalkan serbet yang berisi permintaan maaf atas kejadian yang menimpa Peggy. Siang itu juga, Peggy menebus ketidakhadirannya di malam sebelumnya dengan menemui kekasihnya dan hubungan asmara merekapun terjalin kembali.
Tema dari cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat menunjukkan bagaimana realitas kehidupan di kota, dalam hal ini di New York. Tema yang terdapat dalam cerpen ini dapat dilihat dari motif-motif penggambaran suasana yang digambarkan oleh pengarang, seperti yang terdapat di dalam utipan di bawah ini,
Secangir kopi, sepotong donat, New York Times, dan “Oklahoma” lirih-lirih dari radio. Oh, What a beautiful morning, oh what a beautiful day….(SKdSD, p. 1)
Oklahoma sendiri merupakan sebuah drama musikal yang hadir pada tahun 1943. Drama musikal ini bercerita mengenai kehidupan di pedesaan yang dibumbuhi dengan kisah percintaan yang emosional. Sebagaimana lirih-lirihnya “Oh, what a beautiful morning, oh what a beautiful day….” lagu ini dihadirkan sebagai pertentangan suasana desa dengan realitas kehidupan kota New York yang pada dasarnya merupakan kota besar dengan segala hiruk pikuknya. Kehidupan kota yang menjemukan. Lagu ini menggambarkan realitas kehidupan dari para pengunjung kedai kopi yang notabenenya berlatar belakang dari desa.
Selanjutnya ialah latar. Latar dari cerpen ini yaitu di New York, tepatnya di sebuah kedai kopi bernama Fluffy Donut Coffee House. Hal ini terdapat dalam kutipan beriut ini,
Sebentar kemudian jam berdenting sepuluh kali, dan suatu pagi yang sempurna di New York dalam Fluffy Donut Coffee House. (SKdSD, p. 1)
Tokoh dalam cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat meliputi tokoh Peggy, Bung Kakak Tua yang merupakan kekasih Peggy, Jim, dan juga para pelanggan kedai.
2.3.1 Bentuk Penyimpangan Sosial
Penyimpangan sosial pertama dalam cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat adalah bentuk penyimpanagn interasi sosial pertuarkaran pada lembaga ekonomi. Penyimpanagn ini terjadi di kedai kopi yang melibatkan tokoh Peggy dan salah satu pelanggan di kedainya,
“Selamat pagi, Manis. Secangir kopi, jangan banyak-banyak susunya, dan donat”
“Donat apa? Biasa, coklat, macaroon?”
“Oh, apa saja, asal kau yang mengambilkan, Manis”
Dari kutipan di atas, diketahui bahwa pelanggan tersebut telah melauan penyimpangan terhadap interaksi sosial yang seharusnya terjadi di dalam lembaga eonomi, yaitu interaksi sosial pertukaran. Pada umumnya, Interaksi sosial yang terjadi adalah pelanggan menyebutan pesanannya dan Peggy menyediaan apa yang pelanggannya pesan. Namun, dari kutipan di atas, tidak semua pelanggan hanya menyebutan pesanannya. Seperti halnya dalam kutipan di atas yang memiliki maksud iseng menggoda si pelayan.
Kemudian, penyimpanagn yang dilakuan oleh Peggy dengan kekasihnya. Mereka berkomunikasi dengan cara menenuliskan pesan dengan menggunakan lembaran serbet sehingga pelanggan lain dalam kedai itu tidak mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan.
Tanpa diminta, Peggy datang memberikan secangir kopi hitam dan jelly cake, kemudian pergi lagi. Si pemuda buru-buru mengambil sehelai serbet kertas yang tersedia di mukanya, kemudian dicoret-coretnya kertas itu.
“Peggy, my love”
Kenapa kau tidak muncul semalam?
Aku tidak bisa tidur.”
Meskipun cara berkomunikasi mereka menyimpang dari interaksi sosial pertukaran, tetapi hal tersebut tidak mengganggu pelanggan lain di kedai kopi tersebut. Menulis di serbet adalah salah satu strategi agar pelanggan lain tidak terganggu oleh isi percakapan pribadi yang dilakukan Peggy dan kekasihnya.
Penyimpangan yang lain adalah penyimpanagn yang dilakukan oleh Jim secara terang-terangan dan lebih serius. Bahan, dia menyimpang dari tradisi minum kopi itu sendiri.
“Peggy, merpatiku.”
“Ya, Jim.”
“Berilah aku air es.”
“Apa?”
“Apa?”
Dari kutipan di atas bisa dilihat bahwa Jim telah melakukan penyimpangan terhadap tradisi minum kopi. Ketika semua orang memesan kopi di kedai itu, sementara Jim memesan air es, maka Jim telah dianggap aneh dan atau telah melanggar norma yang umum di kedai tersebut.
“Dengar Peggy, merpatiku. Waktu aku mulai meninggalkan kantorku bersama tuan-tuan di sampingku ini, di dalam hati aku mulai bertanya, ‘Jim, kenapa tiap pukul 10 pagi kau meninggalkan kantor?’ Dan aku menjawab, “Karena jam ini jam ngopi. aku berhak minum kopi untuk seperempat jam lamanya tiap pagi.’ Dan aku bertanya lagi, ‘Jim, kenapa kopi? Kenapa mesti kopi? Juga dalam musim panas dingin?’ dan Peggy, di sinilah aku berhenti di dalam kepalaku terus-menerus berdengung-dengung. “Kenapa kopi, kenapa, kopi, kenapa kopi.’ Dan aku tidak tahu menjawab pertanyaan itu. Tidak tahu, Peggy.”….
“Peggy, Tuan-tuan. Hari ini, hari penting. Pedang’tlah kutarik. Dan syiiir, kuputuskan tali elaziman yang mengekang zaman. Tahukah kenapa America makin merosot sebagai Negara besar? Karena rakyatnya tidak tahu lagi menjawab kenapa minum kkopi pada waktu ‘jam ngopi’. Tidak tahu kenapa orang Cuma bisa beli hot dog dan hamburger sejak dari Bowery sampai Upper-Bronx. Orang mengunyah hot dog karena orang di kirinya mengunyah hot dog. Orang memamah humburger karena orang di kanannya memamah humburger. Beo, Peggy, beo! Monyet, Tuan-tuan, di mana-mana monyet!”….
Dalam pidatonya, Jim menyampaikan bahwa ia sama sekali tidak mengerti mengapa harus ada tradisi seperempat jam di jam setiap pukul 10 pagi. Dalam penyampaian pidatonya, tentu saja Jim telah melanggar norma kesopanan, arena secara tidak sadar, Jim telah mengganggu pelanggan lain di kedai tersebut dengan oehannya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma yang pada umumnya telah berlaku di dalam masyarakat telah terjadi di dalam cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat. Terdapat empat bentuk penyimpangan sosial yaitu, (1) penyimpangan sosial terhadap interasi sosial pertukaran, yang terjadi di sebuah lembaga ekonomi (2) penyimpangan sosial cara berkomunikasi di sebuah lembaga ekonomi, (3) Penyimpangan terhadap tradisi, dan (4) Penyimpangan sosial terkait norma kesopanan. Bentuk penyimpangan sosial terhadap masalah-masalah sosial seringkali terjadi dalam kehidupan realita masyarakat. Sebagaimana sastra yang merupakan cerminan dari masyarakat, penyimpangan-penyimpanagn yang terjadi di dalam cerpen tersebut merupakan cerminan dari realita kehidupan dalam hal berinterasi. Yang mana dalam cerpen tergambar bagaimana bentuk-bentuk penyimpangn sosial yang tidak sesuai dengan norma-norma dan tradisi yang seharusnya berlaku dalam masyarakat. Realitas kota dihadirkan dalam cerpen ini, Ironi kehidupan, kebahagiaan yang selalu beriringan dengan penderitaan, masalah keterasingan. Hal-hal tersebut merupakan masalah-masalah yang sering terjdi di kota. Maka, cerpen ini mengangkat realitas tersebut.
Daftar Pustaka
Damono, Sapardi. (1979). Sosiologi Sastra: sebuah pengantar ringkas. Jakarta.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V.
Marlina, L. 2013. Penyimpangan Sosial dalam Novel Hati yang
Bercahaya Karya Wiwid Prasetyo.
Nurgiyantoro, Burhan. (2015). Teori Pengkajian Fiksi (cetakan ke-11).
Yogyakarta:UniversitasGajah Mada Press.
Wellek, Rene, dan Austin Warren. (1989). Teori Kesusastraan
(terjemahan). Jakarta: Gramedia.
Wiyatmi. (2013). Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap Sastra
Indonesia. Yogyakarta: Kanwa Publisher.
Berangkat dari pemahaman bahwa sastra merupakan cerminan masyarakat. Penelitian ini berusaha melihat sejauh mana fenomena sosial tercermin dalam sebuah karya sastra. Fenomena sosial yang dikaji dalam penelitian ini adalah penyimpangan sosial dalam cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat karya Umar Kayam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif desriptif analisis yang didukung oleh pendekatan sosiologi karya sastra yang dikemukakan oleh Renne Welled an Austin Warren. Hasil analisis menunjukkan bahwa adanya penyimpangan sosial yang terjadi di dalam cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat karya Umar Kayam yaitu: (1) penyimpangan sosial terhadap interaksi sosial pertukaran, (2) penyimpangan sosial berupa cara berkomunikasi dari interaksi sosial pertukaran, (3) Penyimpangan sosial terhadap sebuah tradisi di dalam sebuah kelompok, dan (4) Penyimpangan sosial terkait norma kesopanan.
Kata kunci: penyimpangan sosial, fenomena sosial, cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat, Umar Kayam.
Daftar Isi
DAFTAR ISI………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………….......3
1.2 Rumusan Masalah………………………………3
1.3 Tujuan……………………………………….….3
BAB II PEMBAHASAN………………………….4
2.1 Pendekatan Sosiologi Sastra……………………4
2.2 Cerpen Sebagai Karya Sastra…………………...5
2.3 Penyimpangan Sosial…………………………...7
2.4 Hasil Analisis……………………………………7
KESIMPULAN………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA…………………………...14
Bab I
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Sastra lahir, tumbuh dan hidup dalam masyarakat. Oleh karena itu, sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat yang digambarkannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ian Watt dalam (Wiyatmi, 2013) bahwa sastra merupakan cerminan masyarakat. Maka, bisa dikatakan bahwa karya sastra dan realitas kehidupan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Karya sastra diciptakan pengarang, yang mana pengarang merupakan bagian dari lingkungan masyarakat. Dalam proses penciptaan karya sastra, realitas kehidupan yang dituangkan pengarang merupakan hasil dari penghayatan pengarang terkait fenomena sosial yang terjadi. Sebagai ungkapan realitas kehidupan, konteks yang disajikan dalam karya sastra dihadirkan dalam bentuk yang terstrutur, dan menarik dengan menggunakan bahasa sebagai media yang berupa teks yang menjadi cerminan dari pengalaman dan pengetahuan yang memiliki banyak bentuk representasi kehidupan (Marlina, 2013).
Menurut Horton (2013) penyimpangan nilai-nilai sosial merupakan segala bentuk perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma dalam suatu kelompok atau masyarakat. Yang menjadi ukuran terkait adanya penyimpangan adalah norma dan nilai sosial yang terdapat di dalam masyarakat tersebut. Dalam praktiknya, tidak semua orang berperilaku sesuai dengan norma-norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat karena norma dan nilai selalu mengalami perubahan dan pergeseran seiring dengan berkembangnya masyaraat.
Dalam penelitian ini, cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat karya Umar Kayam dipilih sebagai objek penelitian karena cerpen tersebut mengandung realitas sosial. Salah satu realitas sosial yang tergambar dalam cerpen tersebut yaitu ineraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk percakapan. Baik peracakapan yang dilakukan antara Peggy dengan pelanggan kedai kopi maupun percakapan yang dilakukan oleh Peggy dengan kekasihnya. Permasalahan sosial yang diangkat dalam cerpen ini membahas hubungan interaksi sosial dengan sistem norma umum yang berlaku dalam masyarakat, dalam hal ini di sebuah kedai kopi bernama Fluffy Donut Coffee House. Penelitian terhadap cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat dilakukan dengan pendekatan sosiologi sastra untuk menemukan hubungan antara sastra dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat.
Untuk mengetahui kedalaman cerita, penelitian ini menggunakan pendekatan structural. Pendekatan structural Nurgiyantoro (2015) yang terbagi menjadi unsur intrinsik yaitu unsur yang membangun cerita seperti tema, latar, tokoh dan penokohannya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana unsur intrinsik dalam cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat karya Umar Kayam?
Bagaimana bentuk penyimpangan sosial yang ada di dalam cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat karya Umar Kayam?
Tujuan
Mendeskripsikan unsur intrinsik cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat karya Umar Kayam
Mendeskripsikan bentuk penyimpangan sosial yang ada di dalam cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat karya Umar Kayam
BAB II
Pembahasan
2.1. Pendekatan Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra merupakan salah satu pendekatan dalam kajian sastra yang memahami fenomena sastra dalam hubungannya dengan aspek sosial (Wiyatmi, 2013). Ian Watt dalam (Wiyatmi, 2013) mengemukakan bahwa sastra merupakan cerminan masyarakat. Ian Watt (dalam Sapardi, 1979) menglasifikasian telaah sosiologis menjadi tiga hal dengan melihat hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat, yaitu:
Kontkes sosial pengarang, yaitu berkaitan dengan posisi sosial pengarang dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca.
Sastra sebagai cermin masyarakat, hal ini berkaitan dengan sampai sejauh mana sastra dianggap sebagai pencerminan dari masyarakat.
Fungsi sosial sastra, berkaitan dengan sampai sejauh mana nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial dan seberapa jauh sastra sebagai alat penghibur dan sekaligus pendidikan bagi masyarakat pembaca.
Renne Wellek dan Austin Warren (1994) mengungkapkan bahwa pendekatan sosiologi sastra terbagi menjadi tiga, yaitu sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra, dan sosiologi pembaca. Dasar pemahaman sosiologi karya sastra adalah konteks karya sastra dalam hubungannya dengan realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat.
2.2 Cerpen Sebagai Karya Sastra
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita pendek berasal dari dua kata, cerita yang bermakna tuturan tentang sesuatu hal yang dapat terjadi, pendek bermakna sebuah kisah yang diceritaan relatif pendek atau memiliki kata-kata yang tidak lebih dari 10.000 kata yang dapat memberikan kesan dominan dan akan memusatan hanya pada salah satu tokoh saja.
Cerpen “Secangkir Kopi dan Sepotong Donat” merupakan salah satu cerpen dalam buku kumpulan cerpen berjudul Seribu Kunang-kunang di Manhattan yang ditulis oleh Umar Kayam. Terbit pertama eli pada tahun 1972 merupakan sebuah karya fiksi. Sebagaimana diungkapkan oleh Nurgiyantoro (2015) istilah fiksi dalam pengertiannya berarti cerita rekaan (cerkan) atau cerita khayalan. Hal itu disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak mengenai kebenaran sejarah. Bahwa karya fiksi merupakan suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi dengan sungguh-sungguh sehingga kebenarannya tida bisa dicari dalam dunia nyata, karena bersifat imajinatif. Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreatifitas sebagai karya seni. Fiksi menawarkan “model-model” kehidupan sekaligus menunjukkan sosoknya sebagai karya seni dengan medianya yaitu bahasa.
Menurut Nurgiantoro (2015) pendekatan structural terbagi menjadi unsur intrinsik yaitu unsur yang membangun cerita seperti tema, latar, tokoh dan penokohannya.
2.3 Penyimpangan Sosial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartian sebagai tingah laku, perubahan, atau tanggapan seseorang terhadap lingungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hokum yang berlaku dalam masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan untuk berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat atau lembaga yang berkaitan. Apabila melanggar, hal ini dikatakan sebagai bentuk penyimpangan sosial. Maka, bisa disimpulkan bahwa penyimpanagn sosial merupakan bentuk ketidasesuaian perilaku dengan norma-norma yang berlaku dalam lembaga masyarakat.
2.4 Hasil Analisis
Melalui analisis tataran riwayat, dapat diketahui bahwa cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat karya Umar Kayam mengisahkan rutinitas di sebuah kedai kopi bernama Fluffy Donut Coffee House di New York. Setiap pukul sepuluh pagi, kedai akan ramai pengunjung karena jam tersebut merupakan “jam ngopi” dan Peggy, yang merupakan pelayan di kedai kopi tersebut akan sibuk melayani pengunjung di kedainya. Basa-basi kekasih Peggy (pemuda dengan juluan Bung Kakak Tua) tentang kabar Peggy semalam yang tidak jadi datang melalui tulisan pada lembaran serbet kertas sehingga tidak ada pelanggan lain yang tahu. Hal ini terjadi karena kesibukan Peggy melayani pengunjung di kedai kopi tersebut. Kemudian datang Jim, seorang pelanggan yang tiba-tiba mengoceh mempertanyakan mengapa harus ada “jam ngopi” ketika pukul sepuluh? Ia menggugat kelaziman yang menurutnya mengekang zaman dengan hanya memesan air es di kedai kopi. Setelah mengoceh, Jim pergi dan Peggy menjelaskan kepada kekasihnya mengapa ia tidak datang semalam karena ayahnya mabuk dan Ibunya dipukuli. Hingga pukul sebelas di mana “jam ngopi” selesai dan semua orang kembali kepada rutinitasnya masing-masing, begitupun kekasih Peggy. Sebelum pergi, Ia meninggalkan serbet yang berisi permintaan maaf atas kejadian yang menimpa Peggy. Siang itu juga, Peggy menebus ketidakhadirannya di malam sebelumnya dengan menemui kekasihnya dan hubungan asmara merekapun terjalin kembali.
Tema dari cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat menunjukkan bagaimana realitas kehidupan di kota, dalam hal ini di New York. Tema yang terdapat dalam cerpen ini dapat dilihat dari motif-motif penggambaran suasana yang digambarkan oleh pengarang, seperti yang terdapat di dalam utipan di bawah ini,
Secangir kopi, sepotong donat, New York Times, dan “Oklahoma” lirih-lirih dari radio. Oh, What a beautiful morning, oh what a beautiful day….(SKdSD, p. 1)
Oklahoma sendiri merupakan sebuah drama musikal yang hadir pada tahun 1943. Drama musikal ini bercerita mengenai kehidupan di pedesaan yang dibumbuhi dengan kisah percintaan yang emosional. Sebagaimana lirih-lirihnya “Oh, what a beautiful morning, oh what a beautiful day….” lagu ini dihadirkan sebagai pertentangan suasana desa dengan realitas kehidupan kota New York yang pada dasarnya merupakan kota besar dengan segala hiruk pikuknya. Kehidupan kota yang menjemukan. Lagu ini menggambarkan realitas kehidupan dari para pengunjung kedai kopi yang notabenenya berlatar belakang dari desa.
Selanjutnya ialah latar. Latar dari cerpen ini yaitu di New York, tepatnya di sebuah kedai kopi bernama Fluffy Donut Coffee House. Hal ini terdapat dalam kutipan beriut ini,
Sebentar kemudian jam berdenting sepuluh kali, dan suatu pagi yang sempurna di New York dalam Fluffy Donut Coffee House. (SKdSD, p. 1)
Tokoh dalam cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat meliputi tokoh Peggy, Bung Kakak Tua yang merupakan kekasih Peggy, Jim, dan juga para pelanggan kedai.
2.3.1 Bentuk Penyimpangan Sosial
Penyimpangan sosial pertama dalam cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat adalah bentuk penyimpanagn interasi sosial pertuarkaran pada lembaga ekonomi. Penyimpanagn ini terjadi di kedai kopi yang melibatkan tokoh Peggy dan salah satu pelanggan di kedainya,
“Selamat pagi, Manis. Secangir kopi, jangan banyak-banyak susunya, dan donat”
“Donat apa? Biasa, coklat, macaroon?”
“Oh, apa saja, asal kau yang mengambilkan, Manis”
Dari kutipan di atas, diketahui bahwa pelanggan tersebut telah melauan penyimpangan terhadap interaksi sosial yang seharusnya terjadi di dalam lembaga eonomi, yaitu interaksi sosial pertukaran. Pada umumnya, Interaksi sosial yang terjadi adalah pelanggan menyebutan pesanannya dan Peggy menyediaan apa yang pelanggannya pesan. Namun, dari kutipan di atas, tidak semua pelanggan hanya menyebutan pesanannya. Seperti halnya dalam kutipan di atas yang memiliki maksud iseng menggoda si pelayan.
Kemudian, penyimpanagn yang dilakuan oleh Peggy dengan kekasihnya. Mereka berkomunikasi dengan cara menenuliskan pesan dengan menggunakan lembaran serbet sehingga pelanggan lain dalam kedai itu tidak mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan.
Tanpa diminta, Peggy datang memberikan secangir kopi hitam dan jelly cake, kemudian pergi lagi. Si pemuda buru-buru mengambil sehelai serbet kertas yang tersedia di mukanya, kemudian dicoret-coretnya kertas itu.
“Peggy, my love”
Kenapa kau tidak muncul semalam?
Aku tidak bisa tidur.”
Meskipun cara berkomunikasi mereka menyimpang dari interaksi sosial pertukaran, tetapi hal tersebut tidak mengganggu pelanggan lain di kedai kopi tersebut. Menulis di serbet adalah salah satu strategi agar pelanggan lain tidak terganggu oleh isi percakapan pribadi yang dilakukan Peggy dan kekasihnya.
Penyimpangan yang lain adalah penyimpanagn yang dilakukan oleh Jim secara terang-terangan dan lebih serius. Bahan, dia menyimpang dari tradisi minum kopi itu sendiri.
“Peggy, merpatiku.”
“Ya, Jim.”
“Berilah aku air es.”
“Apa?”
“Apa?”
Dari kutipan di atas bisa dilihat bahwa Jim telah melakukan penyimpangan terhadap tradisi minum kopi. Ketika semua orang memesan kopi di kedai itu, sementara Jim memesan air es, maka Jim telah dianggap aneh dan atau telah melanggar norma yang umum di kedai tersebut.
“Dengar Peggy, merpatiku. Waktu aku mulai meninggalkan kantorku bersama tuan-tuan di sampingku ini, di dalam hati aku mulai bertanya, ‘Jim, kenapa tiap pukul 10 pagi kau meninggalkan kantor?’ Dan aku menjawab, “Karena jam ini jam ngopi. aku berhak minum kopi untuk seperempat jam lamanya tiap pagi.’ Dan aku bertanya lagi, ‘Jim, kenapa kopi? Kenapa mesti kopi? Juga dalam musim panas dingin?’ dan Peggy, di sinilah aku berhenti di dalam kepalaku terus-menerus berdengung-dengung. “Kenapa kopi, kenapa, kopi, kenapa kopi.’ Dan aku tidak tahu menjawab pertanyaan itu. Tidak tahu, Peggy.”….
“Peggy, Tuan-tuan. Hari ini, hari penting. Pedang’tlah kutarik. Dan syiiir, kuputuskan tali elaziman yang mengekang zaman. Tahukah kenapa America makin merosot sebagai Negara besar? Karena rakyatnya tidak tahu lagi menjawab kenapa minum kkopi pada waktu ‘jam ngopi’. Tidak tahu kenapa orang Cuma bisa beli hot dog dan hamburger sejak dari Bowery sampai Upper-Bronx. Orang mengunyah hot dog karena orang di kirinya mengunyah hot dog. Orang memamah humburger karena orang di kanannya memamah humburger. Beo, Peggy, beo! Monyet, Tuan-tuan, di mana-mana monyet!”….
Dalam pidatonya, Jim menyampaikan bahwa ia sama sekali tidak mengerti mengapa harus ada tradisi seperempat jam di jam setiap pukul 10 pagi. Dalam penyampaian pidatonya, tentu saja Jim telah melanggar norma kesopanan, arena secara tidak sadar, Jim telah mengganggu pelanggan lain di kedai tersebut dengan oehannya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma yang pada umumnya telah berlaku di dalam masyarakat telah terjadi di dalam cerpen Secangkir Kopi dan Sepotong Donat. Terdapat empat bentuk penyimpangan sosial yaitu, (1) penyimpangan sosial terhadap interasi sosial pertukaran, yang terjadi di sebuah lembaga ekonomi (2) penyimpangan sosial cara berkomunikasi di sebuah lembaga ekonomi, (3) Penyimpangan terhadap tradisi, dan (4) Penyimpangan sosial terkait norma kesopanan. Bentuk penyimpangan sosial terhadap masalah-masalah sosial seringkali terjadi dalam kehidupan realita masyarakat. Sebagaimana sastra yang merupakan cerminan dari masyarakat, penyimpangan-penyimpanagn yang terjadi di dalam cerpen tersebut merupakan cerminan dari realita kehidupan dalam hal berinterasi. Yang mana dalam cerpen tergambar bagaimana bentuk-bentuk penyimpangn sosial yang tidak sesuai dengan norma-norma dan tradisi yang seharusnya berlaku dalam masyarakat. Realitas kota dihadirkan dalam cerpen ini, Ironi kehidupan, kebahagiaan yang selalu beriringan dengan penderitaan, masalah keterasingan. Hal-hal tersebut merupakan masalah-masalah yang sering terjdi di kota. Maka, cerpen ini mengangkat realitas tersebut.
Daftar Pustaka
Damono, Sapardi. (1979). Sosiologi Sastra: sebuah pengantar ringkas. Jakarta.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V.
Marlina, L. 2013. Penyimpangan Sosial dalam Novel Hati yang
Bercahaya Karya Wiwid Prasetyo.
Nurgiyantoro, Burhan. (2015). Teori Pengkajian Fiksi (cetakan ke-11).
Yogyakarta:UniversitasGajah Mada Press.
Wellek, Rene, dan Austin Warren. (1989). Teori Kesusastraan
(terjemahan). Jakarta: Gramedia.
Wiyatmi. (2013). Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian terhadap Sastra
Indonesia. Yogyakarta: Kanwa Publisher.
Comments
Post a Comment