Buku mengenai ringkasan sejarah Marxisme dan Komunisme ini ditulis oleh Franz Magnis-Suseno. Dia adalah rohaniawan yang lahir pada tahun 1936 di Jerman, kemudian pada tahun 1961 dia hijrah ke Indonesia. Di Indonesia dia adalah seorang guru besar filsafat sosial pada Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara di Jakarta dan guru besar luar biasa di Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Dia belajar Filsafat, Teologi, dan Teori Politik di Pullach, Yogyakarta, dan Munchen pada tahun 1973 dan memperoleh gelar Doktoral dalam Ilmu Filsafat dari Universitas Munchen dengan sebuah disertasi tentang Karl Marx dengan judul Normative Vorausserzungen im Denken des jungen Marx. Dia juga penulis yang telah menulis kurang lebih 300 karangan populer dan ilmiah serta 23 buku termasuk buku ini.
Buku ini menulis tentang pemikiran Karl Marx serta terciptanya paham Marxisme yang menjadi landasan politik bagi beberapa negara di dunia dan paham aliran-aliran sesudah marxisme akan tetapi masih memiliki keterkaitan dengan marxisme, karena masih menentang kapitalisme. Ia menyebunya neo marxisme.
Karl Marx hidup dalam lingkungan politik yang menindas rakyat jelata, karena itulah Marx memiliki keinginan untuk memperjuangkan rakyat jelata yang disebut proletar. Perjuangan Marx untuk mewujudkan pemikirannya yaitu menciptakan kesetaraan kelas sosial dilakukannya bersama dengan Friedrich Engels, seorang sahabat serta mentor dari Marx yang ditemuinya ketika di Perancis.
Bersama dengan Engels, Marx menulis buku tentang Manifesto Komunis yang menjadi referensi timbulnya negara-negara revolusioner. Hal ini dibuktikan dengan adanya Revolusi di Jerman pada tahun 1848, dua bulan setelah artikel Marx-Engels dibuat. Marx dan Engels juga merangkum pemikiran mereka tentang masalah ekonomi dan perkembangan masyarakat dalam buku terbitan mereka, Das Kapital.
Buku ini menjelaskan mengenai pemikiran-pemikiran filsuf neo marxisme. Yang pertama kali dibahas oleg Frans Magnis ialah Mao Zedong seorang pemimpin revolusioner asal Cina. Dengan berbasiskan kepada gerakan massa. Zedong juga memiliki prinsip bahwasannya dialektika kontradiksi tidak pernah selesai. Dunia selalu berputar dan sosusi yang absolut tidak pernah ada.
Filsuf selanjutnya yang dibahas dalam buku ini yaitu Ernest Bloch, ia membicarakan harapan atas manusia yang belum. Manusia selalu memiliki impian, harapan dan utopia dalam hidupnya. Marxisme pun demikian utopia itu yang akan selalu dimimpi-mimpikan manusia. Setelah Ernest Bloch, Frans Magnis membahas mengenai Karel Kosik ia berpendapat bahwasamnya marxisme sudah jatuh ke metafisika pembangunan yang naif. Masyarakat disadarkan oleh sosialisme ilmiah dialektika dari kaum borjuasi. Ia beranggapan bahwasannya kaum proletar tidak tidak boleh dieja oleh kaum borjuasi. Kaum proletar harus menemukan dialektikanya sendiri atas realitas yang mereka alami.
Setelah itu, neo marxis yang selanjutnya dibahas adalah pandangan teori kritis yang muncul di Jerman (Mazhab Frankfrut). Di sini dipertanyakan kembali rasionalitas manusia modern yang ternyata segalanya adalah rasionalitas yang bersifat menguntungkan diri sendiri. Segalanya menjadi barang ekonomi seperti budaya, seni dan lainnya kehilangan nilai-nilai, segalanya hanya bersifat nilai ekonomi.
Buku ini sangat cocok untuk dibaca untuk yang penasaran terhadap percikan filsafat sedudah Marxisme-Leninisme. Namun, ini bukan buku yang bersifat pengantar maka tidak dianjurkan untuk pembaca awam. Pembaca awam harus membaca buku tentang pemikiran Marx dan Marxisme-Leninisme.
Buku ini menulis tentang pemikiran Karl Marx serta terciptanya paham Marxisme yang menjadi landasan politik bagi beberapa negara di dunia dan paham aliran-aliran sesudah marxisme akan tetapi masih memiliki keterkaitan dengan marxisme, karena masih menentang kapitalisme. Ia menyebunya neo marxisme.
Karl Marx hidup dalam lingkungan politik yang menindas rakyat jelata, karena itulah Marx memiliki keinginan untuk memperjuangkan rakyat jelata yang disebut proletar. Perjuangan Marx untuk mewujudkan pemikirannya yaitu menciptakan kesetaraan kelas sosial dilakukannya bersama dengan Friedrich Engels, seorang sahabat serta mentor dari Marx yang ditemuinya ketika di Perancis.
Bersama dengan Engels, Marx menulis buku tentang Manifesto Komunis yang menjadi referensi timbulnya negara-negara revolusioner. Hal ini dibuktikan dengan adanya Revolusi di Jerman pada tahun 1848, dua bulan setelah artikel Marx-Engels dibuat. Marx dan Engels juga merangkum pemikiran mereka tentang masalah ekonomi dan perkembangan masyarakat dalam buku terbitan mereka, Das Kapital.
Buku ini menjelaskan mengenai pemikiran-pemikiran filsuf neo marxisme. Yang pertama kali dibahas oleg Frans Magnis ialah Mao Zedong seorang pemimpin revolusioner asal Cina. Dengan berbasiskan kepada gerakan massa. Zedong juga memiliki prinsip bahwasannya dialektika kontradiksi tidak pernah selesai. Dunia selalu berputar dan sosusi yang absolut tidak pernah ada.
Filsuf selanjutnya yang dibahas dalam buku ini yaitu Ernest Bloch, ia membicarakan harapan atas manusia yang belum. Manusia selalu memiliki impian, harapan dan utopia dalam hidupnya. Marxisme pun demikian utopia itu yang akan selalu dimimpi-mimpikan manusia. Setelah Ernest Bloch, Frans Magnis membahas mengenai Karel Kosik ia berpendapat bahwasamnya marxisme sudah jatuh ke metafisika pembangunan yang naif. Masyarakat disadarkan oleh sosialisme ilmiah dialektika dari kaum borjuasi. Ia beranggapan bahwasannya kaum proletar tidak tidak boleh dieja oleh kaum borjuasi. Kaum proletar harus menemukan dialektikanya sendiri atas realitas yang mereka alami.
Setelah itu, neo marxis yang selanjutnya dibahas adalah pandangan teori kritis yang muncul di Jerman (Mazhab Frankfrut). Di sini dipertanyakan kembali rasionalitas manusia modern yang ternyata segalanya adalah rasionalitas yang bersifat menguntungkan diri sendiri. Segalanya menjadi barang ekonomi seperti budaya, seni dan lainnya kehilangan nilai-nilai, segalanya hanya bersifat nilai ekonomi.
Buku ini sangat cocok untuk dibaca untuk yang penasaran terhadap percikan filsafat sedudah Marxisme-Leninisme. Namun, ini bukan buku yang bersifat pengantar maka tidak dianjurkan untuk pembaca awam. Pembaca awam harus membaca buku tentang pemikiran Marx dan Marxisme-Leninisme.
Comments
Post a Comment