SATIRE DALAM CERPEN "CORAT-CORET DI TOILET" KARYA EKA KURNIAWAN (Sebuah Kajian Sosiologi Sastra) Oleh Siti Fatimah Lubis
Satire dalam Cerpen "Corat-coret di Toilet" karya Eka Kurniawan (Sebuah Kajian Sosiologi Sastra) Oleh Siti Fatimah Lubis
Abstrak
Cerpen Corat-coret di Toilet karya Eka Kurniawan mengangkat masalah pemerintahan orde baru hingga reformasi melalui satire. Satire adalah alat yang ampuh untuk menggiring perubahan. Satire dapat kita temukan di berbagai aspek seni, yaitu prosa, puisi, dan drama. Dalam hal ini, khususnya karya sastra berbentuk cerpen, peneliti bermaksud melakukan penelitian satire dalam cerpen Corat-coret di Toilet karya Eka Kurniawan. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis ada berapa jenis satire yang terdapat dalam kutipan-kutiapan cerpen Corat-coret di Toilet yang berangkat dari teori Abrams. Adapun metodologi penelitian yaitu teknik analisis isi deskriptif kualitatif. Objek yang diteliti adalah buku teks kumpulan cerpen berjudul yang sama karya Eka Kurniawan. Pendekatan yang digunakan peneliti adalah kajian sosiologi sastra. Hasil penelitian ditemukan tiga jenis satire dalam cerpen Corat-coret di Toilet.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Satire sering ditemukan dalam karya seni, khususnya kesusastraan. Satire adalah gaya bahasa untuk menyindir terhadap sesuatu. Satire juga merupakan kritik secara tidak langsung (tidak terang-terangan) terhadap target yang dikritik. Satire menjadi landasan pengarang dalam menciptakan karyanya untuk mengangkat persoalan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Untuk mencapai hasil penelitian yang terarah, maka diperlukan perumusan masalah pada penelitian. Adapun rumusan masalah penelitian adalah bagaimana satire yang terdapat dalam cerpen Corat-coret di Toilet?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian mendeskripsikan satire yang terdapat dalam cerpen Corat-coret di Toilet.
D. Metode Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan buku teks kumpulan cerpen Eka Kurniawan yang berjudul Corat-coret di Toilet yang di dalamnya terdapat cerpen berjudul yang sama yaitu Corat-coret di Toilet.
2. Metode dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualiatif dengan pendekatan objektif. Adapun langkah-langkahnya yaitu dengan menentukan teks sebagai objek, menentukan focus penulisan, menganalisis objek penulisan dan menyusun serta membuat laporan penulisan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan kajian pustaka.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan penulis ialah pembacaan teks dengan teknik analisis isi.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Satire
Menurut Keraf seperti dikutip Tarigan, satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Bentuk ini tidak harus bersifat ironis. Satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah agar diadakan perbaikan baik secara etis maupun estetis. Adapula satire menurut Stanton adalah karikatur versi sastra karena cenderung melebih-lebihkan, cerdas, sekaligus ironis. Satire mengekspos absurditas manusia atau institusi, membongkar kesenjangan antara topeng dan wajah sebenarnya.
Sedangkan unsur-unsur satire, Abrams menjelaskannya sebagai berikut:
a. Parodi. Bentuk karya sastra yang sering disebut dengan “imitasi”, yakni meniru cara (bentuk dan gaya) atau subyek karya sastra lain atau meniru suatu kejadian tertentu namun imitasi dibuat konyol sehingga membangkitkan sebuah tawa.
b. Ironi. Sebuah perangkat retorik, teknik sastra, wacana atau situasi di mana adanya ketidaksesuaian atau kejanggalan ungkapan atau kejadian yang menyiratkan makna bertentangan dengan makna secara harfiah. Ironi terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya:
1. Verbal Irony adalah pernyataan di mana arti dari pernyataan tersebut menyiratkan makna yang sangat berlawanan dari apa yang diungkapkan.
2. Sarcasm merupakan cibiran, ejekan, atau cemoohan yang kasar dengan cara meremehkan seseorang ataupun sesuatu secara langsung.
3. Sarcastic Irony adalah cara yang dilakukan seseorang sebagai sarana confuting musuh, dengan cara berpura-pura tidak peduli dengan topik yang dibicarakan atau berpura-pura bodoh padahal dia tahu lebih, dan sebaliknya, Sacratic Irony juga digunakan dengan cara berpura-pura menjadi tahu atau bahkan benar-benar tahu tentang topik dalam sebuah argumen.
4. Dramatic Irony adalah lawan atau kebalikan dari apa yang tidak diketahui tokoh dalam sebuah karya sastra dan apa yang diketahui oleh pembaca.
5. Cosmic Irony adalah ironi yang dikaitkan dengan karya sastra di mana Tuhan dan takdir telah memanipulasi peristiwa seolah-olah membuatnya menderita.
c. Alegori. Sebuah narasi yang diperlukan untuk membuat sebuah doktrin atau paragraf yang menarik dan persuasif yang digunakan sebagai ajaran moral.
d. Humor. Gejala atau rasa yang merangsang orang secara mental untuk tertawa. Salah satu karakteristik humor Jerman misalnya, yaitu perasaan senang atas penderitaan orang lain yang sedikit mendapat simpati.
Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada teori Abrams, yaitu parodi, ironi, alegori, dan humor.
Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada teori Abrams, yaitu parodi, ironi, alegori, dan humor.
B. Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra, yang memahami fenomena sastra dalam hubungannya dengan aspek sosial, merupakan pendekatan atau cara membaca dan memahami sastra yang bersifat interdisipliner. Seorang ilmuwan sastra seperti Swingewood dalam The Sociology of Literature (1972) terlebih dulu menjelaskan batasan sosiologi sebagai sebuah ilmu, batasan sastra, baru kemudian menguraikan perbedaan dan persamaan antara sosiologi dengan sastra. Swingewood (1972) menguraikan bahwa sosiologi merupakan studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan proses sosial. Sosiologi berusaha menjawab pertanyaan mengenai bagaimana cara kerjanya, dan mengapa manusia itu bertahan hidup. (Wiyatmi, 2013:6)
C. Sosiologi Karya Sastra
Soosiologi karya sastra adalah kajian sosiologi sastra yang mengkaji karya sastra dalam hubungannya dengan masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat. Sosiologi sastra ini berangkat dari teori mimesis Plato, yang menganggap sastra sebagai tiruan dari kenyataan. Fokus perhatian sosiologi karya sastra adalah pada isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial (Wallek dan Warren, 1994, dalam Wiyatmi, 2013:45)
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Sinopsis
Sebuah ruang toilet yang baru saja dicat menarik perhatian seorang pengguna untuk menuliskan aspirasinya pada dinding toilet tersebut, ia menuangkan keluhnya perihal reformasi pasca orde baru yang gagal total. Kemudian para pengguna toilet lain pun terinspirasi untuk menuliskan komentarnya terhadap pemerintahan pada saat itu, hingga dinding toilet menjadi penuh dengan coretan.
Analisis Satire dalam Cerpen Corat-coret di Toilet karya Eka Kurniawan
Seperti yang sudah dijelaskan dalam teori Abrams, satire terbagi menjadi empat unsur, yaitu: parodi, ironi, alegori, dan humor.
“Bocah itu berumur dua puluh tahun, berpakaian gaya anak punk, dan terkagum-kagum dengan dinding toilet yang polos. Baru dicat dengan warna krem yang centil. Ia merogoh tas punggungnya dan menemukan apa yang dicarinya: spidol. Dengan penuh kemenangan, ia menulis di dinding, “Reformasi gagal total, kawan! Mari tuntaskan revolusi demokratik!” hlm. 22
Kutipan di atas berbentuk satire ironi berjenis sarcasm yang merupakan cibiran, ejekan atau cemoohan. Hal itu dibuktikan dengan adanya kalimat “Reformasi gagal total kawan! Mari tuntaskan revolusi demokratik!” yang menyindir keras reformasi yang dianggap gagal pada masa pemerintahan saat itu.
Satire alegori juga terdapat pada kutipan sebagai berikut:
“Dengan sebuah pena, ia membuat tanda panah dari kalimat yang terbaca, dan menulis membalas, “Jangan memprovokasi! Revolusi tak menyelesaikan masalah. Bangsa kita mencintai kedamaian. Mari melakukan perubahan secara bertahap.” hlm. 23
Satire alegori dapat dilihat dari adanya sebuah doktrin dalam paragraf tersebut yang merupakan ajaran moral, di sana kita dapat melihat dari bentuk ajakan yang ditandai kata “Jangan” dan “Mari”.
Satire ironi berjenis sarcasm ditemukan kembali pada paragraf berikut:
“Dan seperti kebanyakan konsumen toilet, ia tertarik dengan coretan di dinding, dan tergoda untuk ikut berkomentar pula. Dicarinya spidol di tasnya, tapi ia hanya menemukan lipstick. Maka menulislah ia dengan lipstick setelah membut tanda panah, Kau pasti antek tentara! Antek orde baru! Feodal, borjuis, reaksioner goblok! Omong-kosong reformasi, persiapkan revolusi!” hlm. 23
Sarkas dalam kutipan tersebut sangat kental karena dibumbui dengan cemoohan yang sangat kasar terhadap seseorang yang menyerukan ajakan untuk berdamai.
Tak lupa, dalam cerpen Corat-coret di Toilet pun turut diwarnai dengan satire humor:
“Setelah cebok, ia pun mengambil pena dan ikut berkomentar dengan penuh gairah, “Hai, Gadis! Aku suka gadis revolusioner. Mau kencan denganku?” hlm. 24
“… Sambil tertawa centil, ia ikut menulis, juga dengan lipstick, “Mau kencan denganku? Boleh! Jemput jam sembilan malam di café. NB: jangan bawa intel.” hlm. 25
Satire ironi berjenis sarcasm juga terdapat pada:
“... ia tulis “Kawan, kalau kalian sungguh-sungguh revolusioner, tunjukkan muka kalian kalau berani. Jangan Cuma teriak-teriak di belakang, bikin rusuh, dasar PKI!” hlm. 26
Satire ironi berjenis sarcastic irony yang merupakan cara yang dilakukan seseorang sebagai sarana confuting musuh, dengan cara berpura-pura tidak peduli dengan topik yang dibicarakan atau berpura-pura bodoh padahal dia tahu lebih, juga tercantum dalam cerpen:
“… dan segera ikut menulis, “Ini dia reaksioner brengsek, yang ngebom tanpa dibanjur! Jangan-jangan tak pernah cebok pula. Hey, kawan, aku memang PKI: Penggemar Komik Indonesia. Kau mau apa, heh?” hlm. 27
Satire alegori kembali ditemukan dalam kutiapan berikut:
“… nyaris menangis, “Kawan-kawan, tolong jangan corat-coret di dinding toilet. Jagalah kebersihan. Toilet bukan tempat menampunng unek-unek. Salurkan saja aspirasi Anda ke bapak-bapak anggota dewan.” Hlm. 29
Kemudian kutipan berikut yang mengandung satire ironi berjenis cosmic irony, merupakan senjata pamungkas cerpen :
“Tulisan pertama berbunyi: “Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet.” hlm. 29
“Tulisan pertama berbunyi: “Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet.” hlm. 29
Cosmic irony dikaitkan dengan karya sastra di mana Tuhan dan takdir telah memanipulasi peristiwa seolah-olah membuatnya menderita. Hal itu ditandai dengan kalimat “Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan,” yang bermakna anggota dewan, yang dimaksudkan sebagai wakil rakyat, justru membuat rakyatnya sengsara sehingga tak lagi dapat dipercayai.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat tiga jenis satire yang berada di dalam cerpen Corat-coret di Toilet karya Eka Kurniawan, yaitu 1). satire ironi, 2) satire alegori, dan 3) satire humor.
1). Satire Ironi, yang terdapat pada hlm 22, 23, 26 dan 29:
“Bocah itu berumur dua puluh tahun, berpakaian gaya anak punk, dan terkagum-kagum dengan dinding toilet yang polos. Baru dicat dengan warna krem yang centil. Ia merogoh tas punggungnya dan menemukan apa yang dicarinya: spidol. Dengan penuh kemenangan, ia menulis di dinding, “Reformasi gagal total, kawan! Mari tuntaskan revolusi demokratik!”
“Dan seperti kebanyakan konsumen toilet, ia tertarik dengan coretan di dinding, dan tergoda untuk ikut berkomentar pula. Dicarinya spidol di tasnya, tapi ia hanya menemukan lipstick. Maka menulislah ia dengan lipstick setelah membuat tanda panah, “Kau pasti antek tentara! Antek orde baru! Feodal, borjuis, reaksioner goblok! Omong-kosong reformasi, persiapkan revolusi!”
“… ia tulis “Kawan, kalau kalian sungguh-sungguh revolusioner, tunjukkan muka kalian kalau berani. Jangan cuma teriak-teriak di belakang, bikin rusuh, dasar PKI!”
“Tulisan pertama berbunyi: “Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet.”
“… ia tulis “Kawan, kalau kalian sungguh-sungguh revolusioner, tunjukkan muka kalian kalau berani. Jangan cuma teriak-teriak di belakang, bikin rusuh, dasar PKI!”
“Tulisan pertama berbunyi: “Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet.”
2). Satire Alegori, yang terdapat pada hlm. 23 dan 29:
“Dengan sebuah pena, ia membuat tanda panah dari kalimat yang terbaca, dan menulis membalas, “Jangan memprovokasi! Revolusi tak menyelesaikan masalah. Bangsa kita mencintai kedamaian. Mari melakukan perubahan secara bertahap.”
“… nyaris menangis, “Kawan-kawan, tolong jangan corat-coret di dinding toilet. Jagalah kebersihan. Toilet bukan temoat menampung unek-unek. Salurkan saja aspirasi Anda ke bapak-bapak anggota dewan.”
“… nyaris menangis, “Kawan-kawan, tolong jangan corat-coret di dinding toilet. Jagalah kebersihan. Toilet bukan temoat menampung unek-unek. Salurkan saja aspirasi Anda ke bapak-bapak anggota dewan.”
3). Satire Humor, yang terdapat pada hlm. 24 dan 25:
“Setelah cebok, ia pun mengambil pena dan ikut berkomentar dengan penuh gairah, “Hai, Gadis! Aku suka gadis revolusioner. Mau kencan denganku?”
“… sambil tertawa centil, ia ikut menulis, juga dengan lipstick, “Mau kencan denganku? Boleh! Jemput jam sembilan malam di café. NB: jangan bawa intel.”
Satire-satire tersebut menyindir pemerintahan orde baru hingga reformasi. Aspek masalah dalam cerpen yaitu pengaruh kuasa pemerintahan orde baru dan reformasi terhadap masyarakat. Cerpen Corat-coret di Toilet ditulis pada periode 1999-2000an, di mana sang pengarang, yaitu Eka Kurniawan mengalami sendiri peristiwa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M. H. A Glossary of Literary Terms, Edisi 7. Massachusetts: Heinle & Heinle.1999LeBoeuf, Megan. The Power of Ridcule: An Analysis of Satire. Rhode Island: University of Rhode Island. 2007
Stanton, Robert. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa. 2009
Nuryanah, Yanti. Satire dalam Kumpulan Cerpen Kuda Terbang Maria Pinto. uinjkt. 2017 (https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/ diunduh pada 23 Juni 2018)
Wiyatmi. Sosiologi Sastra. :Kenwa Publisher. 2013
Halo Lubis, kebetulan ini cerpen favorit saya :)
ReplyDeleteTerima kasih atas penelitian yang baik tentang cerpen ini. Ada beberapa masukan yang dapat saya sampaikan diantaranya:
1. Teknik Penulisan
Masih banyak kesalahan penulisan dalam makalah yang dibuat seperti judul cerpen yang tidak dicetak miring; kata asing yang tidak dicetak miring; kalimat aktif yang seharusnya tidak digunakan dalam pembuatan makalah ilmiah
2. Kesimpulan
Dalam halaman kesimpulan, seharusnya penulis sudah dapat menyimpulkan semua analisisnya pada Bab II dan Bab III. Sementara Lubis malah menyantumkan kembali analisisnya. Mubazir.
Walaupun demikian, pemilihan objek dengan menggunakan cerpen ini sangat baik. Cerpen ini merupakan cerpen milik Eka Kurniawan yang paling laris dan banyak diminati pembaca sehingga semakin banyak persepsi yang timbul. Termasuk satire yang Lubis singgung pada makalah ini.
Terima kasih, mohon maaf jika ada salah kata :) Semoga makalahnya bermanfaat.